***
Aku tak pernah tau sampai kapan rasa ini terus bersemayam..
yang aku tau, selama rasa ini masih bertahan dan tetap menjadi penguasa indah disana..
aku akan memperjuangkannya..
tanpa peduli.. luka yg nanti akan ku terima..
tanpa peduli.. sakit yg nanti akan ku rasakan..
tanpa peduli.. kau mengacuhkanku..
mengabaikanku.. dan tidak menghargaiku..
yang ku tahu, dalam setiap perjuangan.. memang tak memiliki jalan yg lurus..
Dan seperti yg ku tahu juga, akhir dari perjuangan itu indah..
----- P®ill¥
.
.
.
Ting nong
beberapa kali bel rumah itu di tekan oleh Ali,
tapi tak kunjung ada yg membuka pintu.
' ini penghuni rumah pada kemana sih,
Masak iyaa, pada belom bangun jam segini.' gerutu pria itu dalam hati.
Jengkel..
tangannya terus mencoba memencet bel, hingga beberapa saat pintu itu terbuka
tampaklah seorang paruh baya, badan mungil dengan badan sedikit berisi dengan baju biasa yg memperlihatkan dirinya sebagai seorang pembantu.
wanita itu kini sedang menatap Ali bingung,
"Maaf.. maaf Den, bibik sedari tadi lagi di taman belakang," wanita itu meminta maaf dalam bingungnya.
Ali tersenyum,
"Iyaa tidak apa2 bik,"
"Maaf, kalo boleh tau, Aden ini siapa yaa? dan cari siapa?" tanyanya penasaran.
karena memang untuk pertama kalinya Ali menginjakkan kakinya di rumah itu, dan wanita paruh baya di depannya kini pasti baru kali ini melihatnya.
" Emm.. Apa ini benar , tempat tinggal Prilly putri dari Om Rizal" Tanya Ali memastikan terlebih dahulu, sebelum ia memberitahukan namanya.
"Iyaa Den... memang benar, disini memang tempat tinggal Non Prilly." wanita itu menjawab, dengan wajah yg masih tampak bingung, terlihat dari wajahnya dengan dahi yg berkerut.
" Nama saya Ali bik, temannya Prilly." Ali memberitahu.
" Ohh.. temannya Non Prilly,
Maaf Den, bibik tidak tau.
Soalnya teman Non Prilly yg sering kesini itu dan yg bibik tau hanya Den Rendy.?" Ujar wanita itu.
"Iyaa tidak apa2 bik,
Emm.. Prilly nya ada yaa bik?"
"Ohh.. Iyaa ada Den, Ada.
Mari...
silahkan masuk dulu Den.." Ucapnya mempersilahkan Ali untuk masuk.
Ali melangkah masuk, langkahnya berjalan menuju sofa.
setelah di persilahkan duduk, tanpa basa basi Pria itu langsung duduk.
"Non Prilly kayaknya masih siap2 di atas Den,
bibik panggilin dulu yaa Den...
tunggu sebentar..." Setelah mendapat anggukan atau persetujuan dari Ali, wanita itu langsung berbalik arah, mengambil langkah menuju lantai atas dimana kamar Prilly berada.
.
Setelah kepergian wanita itu, Ali duduk dalam hening. dengan wajah yg tampak masam.
' kalo tidak gara2 Mama maksa gue, gak mungkin pagi2 gini gue majeng di rumah orang,
Mama
enak cuma ngomong doang, toh pada kenyataannya gue juga yg di bikin repot.
emang gak ada cara lain apa?, selain gue yg harus di bikin susah..' gerutunya dalam hati.
Tangannya ia angkat, ingin melihat jam yg melingkar di lengan tangan kirinya.
' Mana lagi tu cewek, kok gak keluar2 sih. udah jam berapa inii..
awas aja, kalo gue telat gara2 dia.
hitungan kelima gak muncul, gue berangkat duluan..
satu,
dua,
tiga,
empat.....
li......
" belum selesai Ali menghitung, terlihat gadis itu berjalan terburu2 menuruni tangga.
" Maaf...
Maaf, aku gak tau kalo kamu udah dateng.
tadi waktu bibik nyamperin ke kamar dan bilang ke aku, aku baru dari kamar mandi." Ujar Prilly meminta maaf dengan nafas yg belum teratur.
kini gadis itu berdiri dengan jarak beberapa meter, tak jauh dari tempat duduk yg Ali duduki.
.
Dari tempat duduknya Ali menatap gadis yg kini sedang menunduk dengan tatapan tajam.
Ali mendengus kesal..
"Lain kali, lebih siang lagi bangunnya. biar gak susah2 lagi gue jemput.
percuma juga, kalo ujung2nya gue yg kenak getahnya, karena telat dan kenak hukuman cuma gara2 ello.
Karena loe juga gak akan bertanggung jawab atas keterlambatan gue." Ucap Ali dingin.
Lalu Pria itu bangkit dari tempat duduknya dan melengos pergi, keluar dari rumah itu.
Di ikuti Prilly di belakangnya, setelah sebelumnya gadis itu mengelus dada, mendengar dan menerima perkataan Ali.
" Ini terakhir kalinya , loe bikin gue nunggu.
kalo loe masih ingin gue jemput dan ingin bareng gue.
Mulai besok dan seterusnya,
Jam setengah 7,
Kira2 itu, waktu gue sampai disini,
Dan gue gak mau tau, setelah gue dateng.. loe harus ada di teras, nungguin gue.
tapi jika loe gak ada,
jangan salahkan gue, kalo gue ninggalin loe." lugas Ali dingin,
Pria itu memberikan kesepakatan waktu, agar gadis itu tidak makin seenaknya menyusahkannya,
sudah enak di jemput, masak iyaa..
Ali harus selalu berperang akan rasa marah dan kekesalan.. karena menunggu.
Dari adanya, kesepakatan waktu mungkin akan sedikit mengurangi perperangan rasa dan berguna untuknya.
.
"Iyaa.." jawab Prilly pelan. dengan anggukan kecil.
Tetapi masih dapat terdengar di telinga Ali.
Setelah itu, tanpa kalimat apapun lagi.. Ali menghidupkan motornya..
Dan menge_Gas, berjalan menuju sekolah.
.
Meski Ali tak pernah menyetujui perjodohan orang tuanya, tapi ia berusaha menghargai keputusan keluarganya.
Meski terkadang pria itu sangat merasa tertekan.#Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Katakan Cinta
RomanceAli Syarief adalah Pria yg dingin, cuek.. Tapi kelebihannya, Ia sudah meraih beberapa prestasi.. Dan dia memiliki jiwa photographer..