Part 23 : Laten We Spelen

30.1K 1.7K 199
                                    

Malam itu aku masih di dalam ruangan kerja.

Menatap layar komputer dengan serius, menelaah beberapa angka yang membuat ku di marahi oleh atasan. Aku tadi salah meng-input data pengeluaran. Bos memarahiku dan menyuruh ku untuk tetap berada di sini sampai data yang aku buat benar-benar akurat.

Di saat karyawan yang lain sudah berada di rumah mereka, aku masih di sini berteman dengan layar komputer dan bergelut dengan angka yang menyebalkan ini.

Suara detak jam dinding dan ketikan papan keyboard komputer, mampu menemani malam ku yang terasa sangat sunyi ini.

Jam tujuh malam lewat sedikit, aku masih berada di dalam ruangan kerja. Semakin sunyi, semakin bosan aku berada di dalam ruangan ini.

Ingin rasanya aku berjalan keluar meninggalkan ruang kantor. Tapi omelan pak bos mampu membuat nyali ku ciut.

Aku baru menjadi karyawan magang saat itu, butuh tiga bulan lagi hingga aku benar-benar bisa menjadi karyawan tetap. Hanya tempat kerja ini yang dekat dengan tempat tinggal ku. Belum lagi gajinya yang lumayan, membuat ku tak ingin berpindah kerja ke tempat lain.

Ku hembuskan nafas kasar, menatap geram angka-angka dan berkas yang kutaruh di atas meja. Rasa lelah mulai menyuruh tubuh ku untuk segera menyelesaikan pekerjaan ini.

"Belum mau pulang?" tanya wira

Aku menggeleng.

"Mau sampai jam berapa kamu di sini?" wira bertanya lagi

"Sampai tugas ku selesai"

Wira dan ning tak bisa membantu. Mereka hanya melihat aktivitas yang tengah ku lakukan. Sesekali celotehan ning mampu membuat kepala ku pusing hingga aku membentak nya untuk diam.

Dengan suara keras aku memarahi nya, beruntung tidak ada orang lain selain diriku sendiri di dalam ruangan ini. Orang lain bisa menganggap ku gila jika mereka melihat kelakuan aneh ku.

Ning berputar-putar di atas kap lampu tepat di atas kepala ku. Mendendang kan suara rintihan yang terdengar sangat seram.

Sebuah lagu kematian yang mampu membuat siapa saja bergidik mendengar nya. Sementara wira masih setia menemani ku, ia berdiri tepat di samping kanan tubuh ku. Memperhatikan segala aktivitas yang tengah ku jalani.

Aku berdecak menyaksikan kelakuan ning yang mulai membuat ku tak nyaman. Ku tatap wujudnya yang tengah menari riang di atas kepala ku.

"Apa?" ning tahu kalau aku tengah memperhatikan nya

"Keluar sana, kau hanya mengganggu ku!!"

"Gua gak mau"

"Diamlah kalau begitu" aku berteriak kesal

Ning menatap ku dengan tatapan tak suka. Ia lebih memilih untuk keluar, sembari terus mengeluarkan rintihan pilu.

Ingin sekali ku lempari wujudnya dengan box yang ada di samping ku saat ini.

"Belum selesai juga?" wira masih bertanya

"Belum.."

Indigo Stories - Telah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang