"Kau cari aku?"
***
Suara berat terdengar dibalik dinding ruang tengah. Namun, suara ini terdengar begitu khas di telingaku.
JONAH MARAIS!
***
Aku membalikkan tubuhku, lalu berlari kearahnya.
Tangannya melebar, seolah memberi isyarat akan memelukku dengan erat.
Aku berlari dan terus berlari.
Sampai akhirnya.
Dia malah menutup tangannya dan memundurkan langkahnya sampai aku terjatuh.
Bruk.
Mom dan Jonah tertawa sangat keras saat melihat aku terjatuh karena tertipu Jonah.
Dia memang tidak berubah. Tetap saja seperti dulu. Jahil.
***
"Oh shoot! Dasar! Tidak berubah dari dulu." Ucapku keras sambil berusaha berdiri.
"Maddie. Language." Ujar Mom sambil memberikan pertanda tidak suka.
"Oh, maafkan aku Mom." Kataku cepat sambil sedikit meringis.
"Kau kenapa?" Tanya Jonah sambil mengkaitkan rambutku ke ujung telinga.
"Oh gosh. Lututmu terluka. Maaf aku tidak bermaksud begitu." Ucap Jonah sambil melihat kondisi lututku.
Pantas saja ini terasa sakit. Ternyata lututku berdarah karena tadi terjatuh. Sialnya, aku sedang memakai celana pendek. Jadi lututku langsung mengenai lantai sehingga langsung terluka.
"Ayo ambil P3K di dekat gudang. Sambil mengobrol. Aku tahu kau merindukanku." Ledek Jonah sambil mengedipkan salah satu matanya.
Dia memang bisa membuat aku tertawa, padahal daritadi rasanya ingin sekali memukulnya karena membuat lututku sakit.
***
Aku dan Jonah sudah duduk ditepian kolam renang dengan kotak P3K yang ia bawa.
Rambutnya sudah sedikit berbeda sekarang. Penampilannya juga. Lebih sedikit stylish.
"Aku tau aku tampan. Tidak usah memperhatikanku sebegitu dalamnya. Kita adik kakak." Ledek Jonah lagi sambil sedikit tertawa.
"Dasar! Sudah membuat orang lain terluka. Malah menambah nambahinya dengan meledek." Kataku sambil memukul lengan kanannya.
Kita berdua tertawa dipinggir kolam renang sambil memperhatikan langit jam 7 pagi.
"Oh iya. Maaf aku tidak bisa menjemputmu. Aku sudah berniat menjemputmu, tapi mataku tidak bisa diajak kerja sama. Jadi aku ketiduran tadi malam." Aku memecah suasana keheningan diantara kita berdua.
"Adikku yang satu ini! Pintar sekali mencari alasan. Pakai bilang mata yang tidak bisa diajak kerja sama segala. Padahal, bilang saja kau memang sudah ngantuk dan malas menjemputku karena takut banyak perempuan mengerumuniku di bandara." Ledeknya ke tiga kali hari ini.
"Terserah." Jawabku pasrah sambil sedikit tersenyum menahan tawa.
"Oh iya, aku minta maaf sebelumnya karena aku terlalu sibuk dengan urusan bandku. Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya Jonah disusul dengan posisi yang dia ubah dan merubah mimik wajahnya menjadi lebih serius.
"Its okay. Semenjak Dad kehilangan pekerjaannya karena difitnah. Kita semua seolah kehilangan kendali. Hampir setiap hari mereka meributkan keadaan ekonomi bahkan sampai hal hal kecil. Seperti Dad yang lupa menyimpan handuk di tempatnya. Pasti Mom langsung memarahinya dan disusul dengan perdebatan." Jelasku sambil memainkan kaki yang sudah setengah masuk air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
Fanfiction"Oh- okay. I thought it was Dan." - Daniel Seavey. Known as "Should We Meet".