Aku memeluknya dengan erat.
***
Aku memegang pipinya dan mengatakan padanya bahwa sekarang sudah cukup larut dan kami harus segera pulang. Ia mengangguk, memakai bajunya lalu menggandeng tanganku.
Aku tersenyum dan berjalan dengannya ditemani keramaian LA pada malam hari, juga disinari terangnya lampu lampu jalanan yang kita lalui.
Sekitar 15 menit berjalan, tiba tiba ada seorang perempuan yang datang dan berteriak pada kami.
"OH MY GOD, THAT IS DANIEL SEAVEY, GUYS LETS TAKE A PICTURE WITH HIM!"
Lalu teriakannya diikuti beberapa gadis yang langsung berlarian ke arah Daniel.
Aku memundurkan langkahku. Akan kubiarkan dia mempunyai space tersendiri dengan fansnya, apalagi mengingat aku bukanlah siapa siapanya.
Aku berusaha untuk terlihat biasa saja dan pura pura sibuk memainkan Handphone ku untuk tidak terlihat begitu canggung.
Setelah kurang lebih 5 menit mereka mengambil foto, Daniel tersenyum dan mengucapkan selamat tinggal kepada mereka & langsung merangkul pundakku.
"What are you doing? What if they thought we were more than 'friends'? That's not ok Daniel." Aku melepaskan tangannya dari pundakku. Merasakan suatu perasaan yang sekiranya cukup sulit dijelaskan.
Mengingat tadi banyak fans wanita yang memeluknya, membuat pikiranku cukup terganggu.
Lol who the hell are you Mad.
"Wait what?" Ia tertawa dan menggelengkan kepalanya.
Aku mengerutkan dahiku padanya dan langsung jalan mendahuluinya.
Ia berjalan didepanku dan berhenti.
"Come on ba- Mad. They're just fans. Tidak usah cemburu," Katanya sambil menurunkan kepalanya agar bisa melihat wajahku.
"Ba what?" Aku menatapnya dengan kesal namun diikuti perasaan senang juga ingin tertawa.
Aku menatap mata birunya dan ia juga menatap mataku.
Setelah 10 detik menatap matanya juga wajahnya, aku tertawa.
"Apa?! Mau menantang siapa yang lebih lama kuat untuk menahan tawa?"
***
Kami berjalan dan mengetuk pintu rumah, namun tidak ada yang membukakan pintu untuk kami.
"Sebentar, biar aku buka pintunya," ia membuka pintu dengan sebuah kartu berlogokan Why Don't We.
Aku menyalakan lampu sementara Daniel menutup pintu. Keadaan benar benar gelap. Ya. Mereka semua pasti sudah tertidur dengan lelap.
"Yasudah, selamat malam Mad. Jangan tidur terlalu malam." Kata Daniel memegang pundakku lalu ia berjalan menuju ke kamarnya.
Aku membuka pintu kamarku dan melihat Jonah sedang tertidur pulas diatas ranjang. Dapat kulihat juga disebelahnya tergeletak Handphone dengan layar menyala dan disitu jelas terlihat ada namaku di history panggilan telefonnya.
Pasti ia menungguku daritadi dan sudah berusaha menelfon dengan susah payah.
"Hey, wake up." Aku menepuk pundaknya dengan pelan.
Dia mulai terbangun sambil reflek melihat jam yang ia kenakan.
"Oh my God. It's 12.15 in the am Mad. Where have you been?" Tanyanya sambil berdiri.
"Aku baru pulang. Habis mencari angin sebentar bersama Daniel." Jawabku sambil melepas sepatuku dan mengambil baju piyama yang ada di lemari.
"Yasudah, ganti baju, cuci muka lalu segera tidur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
Fanfiction"Oh- okay. I thought it was Dan." - Daniel Seavey. Known as "Should We Meet".