Mad and Die?

493 52 7
                                    

Aku terbangun karena suara gaduh dari lantai bawah. Aku memegang keningku dan merasakan suhu tubuhku yang sudah mulai menurun.

***

Aku duduk dipinggiran kursi sambil memainkan ponselku.

Twitter.

New notification.

Aku penasaran. Biasanya, notification twitter ku tidak pernah ada. Karena, aku memang sangat jarang membuka twitter terkecuali menghubungi Jonah.

Daniel • Why Dont We followed you

Aku langsung membuka notifikasi itu. Dan benar saja. Daniel mengikutiku duluan, padahal aku belum pernah membuka twitternya.

Aku melihat berbagai macam tweet Daniel. Dari yang asalnya lirik lagu, quotes buatannya, curahan hatinya, update keberadaannya dengan Why Dont We, maupun yang lain.

Aku menggerakkan tanganku asal kebawah sambil melihat tweet Daniel.

Tanganku berhenti pada tweet yang Daniel buat dengan menyisipkam foto antara dia dengan seorang perempuan berambut pirang.

Wajahnya mirip dengan wajahku. Aku 80% yakin bahwa itu aku.

Tapi, kapan foto itu diambil? Dan kenapa aku bisa lupa? Bagaimana ia bisa mendapatkan fotoku saat kecil?

Daniel • Why Dont We

i was doing a lil battle dance with her 😏 haha imy Maddie!

***
Aku mengikat rambutku asal, lalu turun kearah bawah.

"Pagi mad." Sapa Jack.

"Bagaimana sudah sembuh?" Tanya akrab Corbyn padaku.

"Sudah. Ada yang lihat Daniel?" Kataku kepada mereka.

"Aku belum melihatnya." Jawab Jonah sambil memakai sepatu.

"Kau mau ikut? Aku dan yang lain akan pergi keluar. Mencari angin." Kata Zach menawariku.

"Um, aku sepertinya tidak akan ikut, takutnya tubuhku masih belum fit. Oh iya terimakasih Jo. Have fun guys bye!" Kataku sambil berjalan meninggalkan mereka.

***

Aku mencarinya di ruang musik pinggir kolam renang. Yang aku yakini adalah ruangan kesukaannya. Tapi aku tidak menemukannya.

Jadi, aku langsung pergi kearah ruang tengah untuk mencari Daniel.

Aku mendapati Daniel sedang tertidur dengan jaket Jonah dibawah kepalanya. Tanpa bantal, guling, ataupun selimut.

Salah satu tangannya sedang memeluk dirinya sendiri dengan posisi meringkuk. Dan tangan yang satunya lagi, memegang kain basah yang terlihat sudah cukup kering.

Kasihan.

Aku pergi keatas lalu mengambil selimutku dan turun untuk memberikannya pada Daniel.

Aku menyelimuti tubuhnya dengan selimutku. Namun, ia terbangun dan sedikit terlihat kaget.

"Pagi Mad. Sedang apa disini?"

Lalu ia menyunggingkan senyumnya perlahan kepadaku. Tangannya mendekat pada pinggir rambutku, lalu memegang keningku dengan lembut.

"Syukurlah. Panasnya sudah turun." Katanya sambil tersenyum.

Aku kira dia mau berbuat apa.

Aku tersenyum balik padanya dan menatap matanya.

Matanya benar benar seolah membuat dunia sekitarku berhenti berputar. Angin yang tadinya terasa berhembus disekelilingku, terasa berhenti. Suara burung yang berkicau, tiba tiba tidak terdengar sama sekali.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang