Pemandangan indahnya jam 8 pagi terlihat dari atas sini. Benar benar menyejukkan mata siapapun yang melihatnya.
Aku menyandarkan kepalaku ke pinggir jendela. Membayangkan, apa yang sedang Mom lakukan dirumah.
Apakah dia sedang memasak? atau membantu Aunt untuk merawat bayi kecilnya? Atau menonton acara Master Chef kesukaannya? Atau sedang melamunkanku?
***
"Bangun. Sebentar lagi sampai." Tangan Jonah mendarat dengan halus pada pipiku. Ia mengusapkan tangannya.
"Dimana kita?" Tanyaku sambil menguap.
"Sudah mau sampai! Senang?" Tanya Jonah sambil melepaskan earphones nya yang sedari tadi ia pasang.
Aku sangat khawatir sulit beradaptasi di LA. Aku juga takut teman teman Jonah merasa tidak nyaman dengan keberadaanku. Apalagi, aku hanya satu satunya perempuan yang akan tinggal di rumah mereka.
Lamunanku dibuyarkan oleh suara Jonah.
"Kau tunggu didepan bandara saja. See ya." Jonah menutup telfonnya.
"Siapa itu?" Aku penasaran.
"Salah satu anak Why Dont We." Jawabnya singkat sambil merenggangkan tubuhnya.
***
Aku dan Jonah sudah berada di LA sekarang. Cukup melelahkan untukku karena biasanya aku tidak pernah pergi cukup lama seperti ini.
"Jo kamu tunggu disini. Aku mau ke toilet." Kataku sambil melempar sweater ku pada tubuh Jonah.
"Aku mau ikut boleh?" Tanyanya sambil tertawa.
***
Aku menunggu ada toilet yang kosong sambil merapihkan rambutku didepan kaca.Aku terlihat seperti orang baru bangun dari tidurnya selama 2 hari. Benar benar kacau.
Lebih untungnya, aku tidak mengenakan make up sama sekali. Jadi, aku tidak terlihat seperti singa dari tidurnya. Lagipula, aku tidak bisa pakai make up.
Setelah selesai, aku pergi keluar untuk menemui Jonah.
Aku pergi ketempat tadi kita berpisah. Namun, aku tidak melihatnya sama sekali.
Pergi kemana anak itu? pikirku cepat.
Ini kan hari pertama ku di LA. Aku saja masih bingung dimana harus pergi ke toilet. Bagaimana lagi kalau harus mencari rumah Band Jonah?
Aku menelfon Jonah sambil sedikit panik. Aku takut dia meninggalkanku disini sendirian.
Aku duduk di kursi tempat tadi aku dan Jonah berpisah.
***
Ini sudah 30 menit semenjak aku dan Jonah berpisah.
Mataku mulai memanas. Aku sudah mencari carinya namun tidak ada yang bisa aku temukan. Nihil.
Aku menangis sambil menundukkan kepalaku. Aku sangat panik ditambah ponselku yang sudah mati karena baterainya yang habis.
Bruk.
Sweaterku mendarat diatas kepalaku.
JONAH!
"DARIMANA SAJA KAU?" Tanyaku sengit padanya. Aku menghapus air mataku lalu pergi meninggalkannya.
Dia malah tertawa sambil menjilat eskrimnya. Lalu ia berteriak.
"Salah jalan tuan putri. Harusnya ke arah Selatan." Ejeknya sambil menyusulku dan memberikan eskrim yang sengaja ia beli tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
Fanfiction"Oh- okay. I thought it was Dan." - Daniel Seavey. Known as "Should We Meet".