"Namaku Maddie."
***
Aku menatap mata birunya. Jantungku berdegup sangat kencang sampai aku gemetaran. Rasanya, aku tidak pernah merasakan rasa seperti ini sebelumnya.
Lalu, ia menjawabku dengan sedikit acuh.
"Oh. Lalu Maddie, kenapa kau ada disini?"
Deg.
Aku pikir dia orang yang ramah dan baik hati. Aku maksud, bisakah dia menanyakan siapa aku dan kenapa aku kesini dengan kata kata yang sedikit lebih halus?
"Aku disini untuk menemani kakakku Jonah. Jadi aku akan tinggal bersama kalian untuk beberapa bulan." Jawabku sambil memainkan remote yang sedari tadi aku bawa.
Lalu perlahan tersungging senyum manis dari bibirnya. Disusul dengan kedua bola mata berwarna biru lautnya yang menuju tepat kearah mataku.
Senyumnya begitu berbeda.
"Kau terlihat sangat tegang. Tenang. Perkenalkan, aku Daniel James Seavey. Panggil Daniel untuk singkat. Panggil Dan untuk panggilan sayang." Katanya remeh sambil tertawa.
Aku tertawa sedikit. Aku pikir dia akan begitu jutek kepadaku. Nyatanya dia tidak. Manusia aneh.
"Kau seperti orang kebingungan. Datang kesini menemani aku bernyanyi, menggangguku bermain gitar, membawa remote TV, lalu terlihat tegang. Apakah aku sebegitu terlihat galak sehingga kau begitu takut?" Suara lembutnya terdengar.
"Haha. Soal remote TV aku bingung, TV di kamarku tidak mau menyala. Ku pikir karena remote TV yang rusak, aku mencari cari orang diluar tapi tidak ada siapa siapa. Jadi, aku pergi kesini dan mendengar kau menyanyikan lagu kesukaanku. Hehe, tidak sadar malah ikut bernyanyi. Soal mengganggu permainan git-" Lagi dan lagi, ucapanku dipotong oleh Daniel.
"Jangan tegang Mad! Pipimu terlihat merah. Blushing atau takut?" Tanyanya padaku sampai sepertinya pipiku sudah berwarna merah seperti tomat sekarang.
Aku dan dia tertawa seperti seseorang yang sudah sangat dekat sebelumnya. Daniel kusimpulkan orang yang mudah tertawa dan mudah dekat dengan orang lain. Dia juga sangat pandai bermain gitar. Setiap aku menyanyikan lirik suatu lagu, pasti dia langsung ikut bernyanyi dan memainkan gitarnya.
"Jadi, kau adik Jonah?" Tanya Daniel sambil memberhentikan sedikit tawanya.
"Iya." jawabku singkat.
***
Kami berdua memasuki kamarku untuk mengecek TV ku yang tadi tidak mau menyala. Setelah TV ku menyala, aku pun berterimakasih pada Daniel.
"Terimakasih Seavey!" Kataku sambil memberikan senyuman padanya.
"No problem. Kupikir kau akan memanggilku Dan." Katanya lagi sambil tersenyum.
Dan?
Lalu aku langsung duduk dipinggiran tempat tidurku dan memakai kaos kakiku karena hari terasa sedikit dingin. Padahal, aku pikir ini cuaca normal di LA.
"Kau kedinginan?" Tanyanya. Padahal, seharusnya dia sudah keluar. Namun, dia malah ikut duduk dipinggir ranjangku.
"Hehe, sedikit." Jawabku sambil membuat bun di rambutku.
"Kasihan. Mau kubikinkan sup hangat? teh hangat? atau mau coklat hangat? Diam diam aku pernah ikut lomba memasak. Walaupun tidak begitu enak, tapi bisa membuat makanan penghangat tubuh."
Aku tertawa mendengar perkataannya. Dia lucu.
"Atau mau duduk diruang tengah bersamaku?" Tawar Daniel padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
Fanfiction"Oh- okay. I thought it was Dan." - Daniel Seavey. Known as "Should We Meet".