Andrew pov
"baiklah. Sekarang kita mulai rapatnya," ucap salah satu rekanku.
Ya, kami sedang rapat. Rapat untuk membicarakan bagaimana rencana menangkap Sang Bintang. Kali ini, kami tidak boleh melewatkannya. Ini kesempatan yang langka.
"baiklah, ada yang punya saran?" tanya seseorang.
"hm, bagaimana kalau kita memancingnya dengan menggunakan Capella? Kita lepas saja dia di tempat yang lumayan sepi dan sekiranya rawan terjadi penculikan," balas seseorang di dalam ruangan ini.
Aku mengerutkan keningku, "tidak, tidak. Sang Bintang tidak sebodoh itu. Dia pasti sudah tau rencana kita kalau kita melepaskan Capella di tempat seperti itu."
"benar juga. Lalu, kita harus bagaimana?" tanya Alex.
Banyak anggota yang mengusulkan berbagai macam rencana. Disini aku hanya menyimak saja—karena yah, aku tidak kepikiran rencana satupun. Beberapa orang merencakan rencana yang biasa-biasa saja. Beberapa lagi, merencanakan hal yang lumayan tidak masuk akal.
"hey, kenapa kita tidak menggunakan rencana yang pertama saja? Siapa tahu berhasil," sela Alex.
Sontak, aku pun langsung terbatuk-batuk, "Hey, kau bercanda? Itu rencana yang paling mudah untuk diketahui."
"lalu, apa kau punya rencana lain? Tuan Harrelson," balas Alex seraya menaikkan sebelah alisnya.
Ugh. Aku bungkam. Yah, ini karena aku tidak memiliki rencana apapun. Aku bukan orang yang pintar dalam membuat rencana seperti ini.
Dan, disaat kami semua sedang berdebat, tiba-tiba salah seorang anggota kepolisian masuk ke ruangan dengan terengah-engah.
"kita terlambat," ucapnya
Aku membulatkan mataku, "terlambat apa?"
"Sang Bintang. Di-dia, dia telah mendapatkan Capella!"
Sontak, seluruh orang yang ada di dalam ruangan pun membulatkan matanya. Aku kaget bukan main. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa dia—Argh!
"mayatnya ditemukan di dekat perbatasan kota. Diperkirakan, dia sudah ada disana sejak kemarin. Ya, sejak kita mengetahui apa maksud dari clue-clue yang diberikannya!" ucapnya lagi
"a-apa dia meninggalkan sebuah note?" tanyaku ragu
"ya. note itu bertuliskan 'Find Me' jujur saja, aku tidak tahu apa maksudnya itu," balasnya
Shit. Lagi-lagi kami terlambat. Kurasa aku harus memberi tahu L soal ini.
"hey, bisakah kau mengantarku ke TKP?" tanyaku seraya membenarkan dasiku
"tentu. Ikuti saya, Sir," ucapnya
Akhirnya, akupun pergi mengikutinya. Dan, tumben sekali suasana di kantor sudah sangat berisik meskipun masih pagi.
Saat aku mencapai pintu depan kantor, tiba-tiba Henry datang dengan nafas terengah-engah.
"Oh, Hey! Apa kau habis marathon? Lihat, bajumu penuh keringat!" gurauku
"Andrew, dengarkan aku baik-baik. Apa L pergi bersama Alice tadi pagi?" tanyanya
"Tidak, dia berangkat sendiri. Memangnya kenapa? Dan, dia juga sudah berada di sekolah," balasku.
"oh god, berarti benar dugaanku. Aku mengerti pesan yang diberikan oleh Sang Bintang tadi! dia, dia, dia menculik Alice," balasnya dengan nada kesal
Aku membulatkan mataku, "menculiknya? Maksudmu? Hey! Jangan bilang kalau kita akan bermain kucing-kucingan dengannya!?"
"mungkin memang itu tujuannya. Andrew. Dia menggunakan Alice sebagai pancingan. Dan juga, dia pasti mengejek kita. Andrew, kita harus menemukannya hari ini juga. Ini bukan demi diriku ataupun demi Alice tapi, demi kita semua. Si kep*rat itu harus segera ditangkap!" ujarnya geram
KAMU SEDANG MEMBACA
Holopsicon.
Mystery / ThrillerPembunuh ini menjuluki dirinya sebagai 'Sang Bintang'. dia selalu melakukan pembunuhan dengan sangat bersih. Tidak ada bukti satupun. Setiap kasus pembunuhan yang dilakukannya dia selalu memberikan clue siapa orang yang selanjutnya akan dibunuh oleh...