Chapter 10

12 3 0
                                    

Bugh!

Mark menyerang si pria bertopeng itu tanpa ampun. Bukan hanya Mark, Leo juga. Mereka berdua mati-matian melawan si pria bertopeng ini.

Meskipun mereka berdua sudah mengerahkan seluruh kekuatannya, mereka tetep anak SMA biasa. Mereka belum sekuat orang itu.

Si pria bertopeng ini balik nyerang, dia menendang perut Mark sampai membuatnya jatuh tersungkur—lagi. Leo bantu melawannya menggunakan tongkat baseballnya dan tendangannya.

Satu pukulan, dua pukulan, tiga pukulan, namun tidak ada yang kena. Leo memindahkan serangannya. Sekarang, dia menyerang menggunakan kakinya. Dan sayangnya, gerakannya sudah terbaca oleh si pria bertopeng itu. satu kaki Leo di tarik. Dan dia kehilangan keseimbangan tapi, dia tidak menyerah.

Salah satu kakinya yang masih bebas digunakan untuk melompat dan, sepersekian detik kemudian dia menendang kepala si pria bertopeng itu menggunakan salah satu kaki yang bebas. Serangan combo dengan satu kaki.

Dan, rupanya serangan itu cukup berefek sehingga membuat si pria bertopeng itu jatuh. Tapi, efek sampingnya, salah satu kaki Leo yang di tarik oleh si pria bertopeng itu cedera. Dia jadi sedikit pincang.

Tiba-tiba terdengar suara pistol. Ya, L. Mark langsung membulatkan bola matanya. Dia tau, L tidak mungkin menggunakan pistolnya untuk hal sepele. Dia pasti menggunakan itu dalam keadaan yang sangat terdesak.

Tidak mau kehilangan fokus, Mark mengabaikan suara pistol yang berbunyi itu. Mark yang melihat si pria bertopeng itu masih duduk dan sedikit kehilangan keseimbangan langsung mengambil tongkatnya dan memukul kepala si pria itu berkali-kali. Sampe akhirnya dia pingsan dan, darah merembes keluar dari topengnya yang terbuat dari kain—atau bahan yang mirip kain itu.

Setelah berjuang mati-matian melawan si pria bertopeng itu, Mark dan Leo pun langsung pergi ke tempat L. Mereka memeriksa setiap kamar dan akhirnya menemukan salah satu kamar yang mempunyai dua pintu.

Saat masuk kedalam sana, Mark dan Leo sedikit terkejut karena melihat banyak darah di lantai. Dan, karena mereka bukan orang bodoh, mereka langsung mengedarkan pandangan dan, Shoot! Mereka melihat L sedang ngelawan musuh terakhirnya—atau bisa dibilang Sang Bintang.

Mark dan Leo tersentak karena, tubuh L sudah berlumuran darah. Begitu pula lawannya.

***

Splash! Sang Bintang Menyayat leher Alice. Terdengarlah teriakan tertahan yang dikeluarkan oleh Alice.

Refleks, L langsung mengambil Revolvernya dan menembaki Sang Bintang. Dia sangat marah kepada Sang Bintang.

Dor! Dor! Dor!

Tiga tembakan.

Dor! Dor! Dor!

Enam tembakan. Dan hanya dua yang kena---ya, kali ini dia gegabah. L melempar Revolvernya ke arah pintu masuk ruangan ini, lalu mengambil pisaunya.

"Pisau lawan pisau. Sekarang kita adil," ucap L sembari menggertakan giginya.

Mereka berdua perlahan mulai mendekat dan, L menyerang duluan. Dia mengayunkan pisaunya ke arah Sang Bintang terus menerus dan, Sang Bintang pun berusaha menghindarinya. Hingga akhirnya, Sang Bintang mendapat celah dan menendang perut L hingga ia terhempas. Sang Bintang mendekati L dan mengayunkan pisaunya kearah kepala L. Tapi, L menahannya dengan kedua tangannya meskipun sudah ditahan dengan sekuat tenaga, pisau itu menggores pipi kiri L. Ia menekan tangan Sang Bintang sekeras-kerasnya hingga pisau itu terlempar. Tapi, sayangnya pisau itu terlempar kebelakang. Karena merasa mendapat celah, L langsung mengayunkan pisaunya ke kaki Sang Bintang.

Holopsicon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang