Chapter 11

16 2 0
                                    

Suasana kantor pagi ini bagai pasar. Ya, sangat berisik, ditambah lagi dengan banyaknya orang yang berlalu-lalang disini.

Mereka semua disibukkan oleh kegiatannya masing-masing. Begitu pula Andrew. ia masih disibukkan oleh kasus Sang Bintang ini—ya, meskipun Sang Bintang sudah tertangkap, ia masih punya banyak tugas. Seperti, mencari data-data dari para korban. Dan juga, ia harus menjelaskan hal ini kepada pihak keluarga korban dengan sejelas-jelasnya. Tidak jarang ia mendapat amukan dari keluarga korban yang masih tidak terima dengan terbunuhnya kerabat mereka.

"huft, jadwal hari ini padat sekali ya," keluh Alex.

Andrew hanya meliriknya lalu menghela nafas, "ya, terlebih lagi kita harus menginterogasi Sang Bintang."

Ya, mereka akan menginterogasi Sang Bintang. Sebenarnya, mereka semua masih bingung kenapa Sang Bintang diam saja ketika di tangkap? Kenapa dia tidak menyerang para polisi seperti dia menyerang L? Yah, dia pasti punya sebuah alasan.

Andrew pun kembali berjalan menuju sebuah ruangan. Ya, ruangan dimana Sang Bintang ditahan. Andrew dan Alex akan menginterogasinya sekarang.

Di dalam ruangan tersebut, terdapat sebuah meja yang lumayan besar dengan sebuah borgol yang menempel di sana.

"Yo, bagaimana kabarmu? Keparat," ucap Andrew. Ya, sejak awal Andrew memang sudah membencinya kan? Dan kini, kebenciannya bertambah mengingat Sang Bintang sudah melukai L dan teman-temannya.

"tidak baik dan tidak buruk," jawabnya

Andrew pun menghela nafas dan menghampiri Sang Bintang yang berada di tengah ruangan. Tangannya sudah di borgol dan, borgol itu menempel dengan meja. Jadi, jangan khawatir. Ia tidak akan kabur.

Andrew pun duduk berhadapan dengan Sang Bintang sementara, Alex berada di bilik sebelah yang hanya dipisahkan oleh kaca. Alex hanya bertugas merekam dan menjaga interogasi ini agar berjalan lancar.

"to the point saja. Kenapa kau melakukan serangkaian pembunuhan ini?" tanya Andrew

Sang Bintang terdiam sejenak, "aku tidak tahu. Aku hanya melakukan hal yang ingin kulakukan. Lagipula, hidup mereka juga tidak ada gunanya. Sama sekali tidak berguna bagi kota ini. Tidak, bahkan negeri ini."

Andrew mengerutkan keningnya, "kenapa kau berpikir begitu? Apa kau kenal dengan para korban?"

"tidak. Aku tidak kenal dengan mereka. Hanya saja.." Sang Bintang terdiam sejenak sebelum melanjutkan perkataannya. "Mereka memiliki nama yang indah. Sangat indah seperti bintang-bintang yang ada di langit ini. karena terlalu indah, aku jadi ingin melenyapkan mereka."

Andrew membulatkan matanya, begitu pula Alex.

"hanya itu alasanmu? Kau membunuh mereka karena itu?" ucap Andrew yang terlihat sedikit kesal

"sebenarnya tidak hanya itu. Mereka memiliki nama yang indah tapi, kepribadian mereka sangat buruk. Mereka adalah manusia-manusia bodoh yang sok berkuasa. Dan itu tidak indah sama sekali."

"ada alasan lain?" tanya Andrew seraya menaikkan sebelah alisnya.

"hm, kurasa tidak," balasnya datar

"jadi, alasanmu membunuh mereka semua hanya karena mereka memiliki nama yang indah dan, kepribadian yang buruk? Benar-benar tidak masuk akal. Jika hanya itu alasanmu, kenapa kau sangat teliti saat melakukan pembunuhan? Maksudku, kau sangat bersih. Tanpa bukti sedikitpun."

"aku memang sangat teliti. Sejak kecil, aku sudah diajarkan untuk teliti oleh kedua orangtuaku,"

Andrew menghela nafas pelan, "baiklah. Kurasa sudah cukup."

Andrew pun bangkit dari duduknya dan hendak pergi menuju Alex hingga tiba-tiba Sang Bintang kembali bersuara. "Detektif, ingat ini. Saat sebuah bintang jatuh, akan ada bintang lain yang menggantikannya."

Andrew membulatkan matanya. Kata-kata itu mirip dengan apa yang pernah di ucapkan oleh L. Ya, kata-kata yang dilontarkan oleh pelaku dari kasus hukuman.

***

Lucy pov

"L, aku tidak tahu kalau kau bisa bela diri. Ya, tampangmu memang seperti preman pasar tapi, aku tidak menyangka kau bisa melawan Sang Bintang," ucap Leo

Aku mendengus kesal, "aku tidak tahu kau sedang menghina atau memuji ku, Leo."

Ngomong-ngomong, kami semua sedang berada di rumah sakit. selain untuk mengobati luka-luka kami, kami juga menengok Alice.

"hey Mark, apa perutmu benar baik-baik saja?" tanyaku seraya menunjuk ke arah perut Mark.

"a-oh ini. Masih terasa sakit sih, tapi tidak separah lukamu, L," balasnya.

Ya, kalau dilihat-lihat memang sepertinya lukaku lah yang paling banyak. Tanganku dan kakiku bahkan dipenuhi perban, belum lagi lebam-lebam yang berada di tubuhku—bahkan wajahku. Uwoah, sekarang aku terlihat seperti seorang siswi yang baru saja terlibat tawuran.

Mark memang mengalami luka yang cukup fatal di bagian perut tapi, ia tidak mendapat banyak luka dari sabetan pisau. Dan kurasa, dari kami bertiga, Leo lah yang hanya mengalami luka ringan. Ya, kaki kirinya cedera dan hanya mendapatkan beberapa luka gores ditangan.

"saat masuk sekolah mungkin kita akan tenar," ucapku sambil tersenyum miring mengingat bagaimana kerepotan yang harus kualami.

"aku sih sudah tenar. Jadi, sudah biasa jika orang-orang mengerubungiku," cetus Leo

Aku hanya memutar bola mataku.

Yang jelas, sekarang aku sudah puas. Meskipun aku tidak bisa menepati perkataanku—kalau aku akan memukuli Sang Bintang sampai tidak bisa berdiri—tetap saja, aku telah membuatnya mengeluarkan banyak darah.

Padahal, aku sangat penasaran dengan identitas asli Sang Bintang tapi, Dad tidak mau memberitahuku. Aku memang tidak berhak untuk mengetahui identitas aslinya tapi, aku sangat penasaran.

"oh ya, aku ingin menanyakan sesuatu kepada kalian," ucapku seraya menatap mereka berdua.

Mereka balas menatapku, "apa?"

"bagaimana jika, kasus ini hanya permulaan saja? Maksudku, jika akan ada serangkaian kasus lagi bagaimana?"

"yang jelas, kita harus memecahkannya. Bukankah, dari dulu kita sudah seperti itu, hm?" balas Mark sementara Leo hanya manggut-manggut.

Aku tersenyum tipis.

Korban di kasus ini jauh lebih sedikit daripada di kasus hukuman. Hey, dalam kasus hukuman, si pelaku ingin membalas dendam kepada teman-teman nya yang menindasnya dulu. Coba kau tebak, berapa total korban? 8. Bayangkan saja, 8 orang terbunuh dalam kurun waktu 1 bulan. Dan, para masyarakat mulai mendemo pihak kepolisian karena dinilai tidak becus menangani sebuah kasus. Ya, dibanding kasus itu, kasus Sang Bintang ini tidak ada apa-apanya. Keunggulan Sang Bintang hanya satu, dia sangat pintar. Melakukan serangkaian pembunuhan tanpa ada bukti satupun. Dan, jujur saja. Aku sedikit kagum dengan ke hati-hatiannya itu.

Ngomong-ngomong, dia akan diberikan hukuman apa ya?

##

TBC

Bored part? I know '3' dan maaf karena beberapa minggu ga apdet apdet//tabok author/

Btw, chap depan masuk arc baru ehe xD sebenernya masih rencana sih//tabok lagi/

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 18, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Holopsicon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang