Satu persatu orang-orang berbaju hitam juga orang-orang berseragam Angkatan Darat Amerika Serikat pergi meninggalkan pemakaman. Tidak seperti mereka seorang gadis berwajah Asia tetap berdiri menatap kosong gundukan tanah dengan karangan bunga di hadapannya.
Tidak ada tetes air mata yang membasahi pipinya, berbeda dengan orang-orang berbaju hitam yang meninggalkan pemakaman tadi. Semuanya masih terasa tidak nyata baginya. Karena mimpi buruk ini terjadi secara cepat. Bahkan ia masih menganggap ini semua hanya mimpi buruk yang akhir-akhir ini sering datang dalam tidurnya.
Mereka bilang yang ada di dalam peti terkubur tanah itu laki-laki yang sangat dicintainya. Tentu saja ia tidak percaya karena mereka tidak pernah membuka peti itu. Tubuhnya hancur, kata mereka. Sebagian dari mereka bilang, bagian bawah tubuhnya hancur. Dia tentu saja tidak mempercayainya. Kedua matanya tidak pernah diijinkan untuk melihatnya.
Mereka pasti salah, laki-laki yang dicintainya tidak terkubur di dalam peti itu. Ia masih bertugas di Irak. Gadis ini yakin kekasihnya akan kembali sesuai janjinya sebelum ia pergi.
Air hujan mulai bergerombol jatuh membasahi area pemakaman. Namun gadis itu tidak bergeming ia tetap mematung di tempatnya.
Seorang wanita berwajah mirip dengannya menghampirinya, "Klee, honey.. let's go home!" ajaknya.
"Bu, yang terbaring di dalam sana bukan Kai. Aku yakin itu." ucap Krystal sebelum berjalan bersama Ibunya.
Ibu hanya terdiam sambil menitikan air mata memapah Krystal keluar dari area pemakaman.
Dua hari yang lalu lima prajurit angkatan darat Amerika Serikat gugur akibat ledakan bom saat mereka berpatroli di kota Ramadi, Provinsi Anbar, Irak. Salah satu dari prajurit itu adalah Kim Kai, laki-laki yang sangat Krystal cintai.
* * *
"Kai you're here." Krystal terbelalak tak percaya, Kai berseragam lengkap berdiri dibalik pintu rumahnya. Dengan air mata yang mulai turun perlahan dari kedua matanya Krystal beringsut ke dada kekasihnya. Kai membalas dengan merengkuhnya erat.
"I miss you so much," bisik Krystal dalam pelukan.
"So do I!" lirih Kai.
Sudah 6 bulan mereka tidak bertemu, karena Kai sedang merajut mimpinya di Pangkalan Angkatan Darat AS, Fort Bragg di Fayetteville, North Carolina.
Menjadi seorang perwira memang mimpi Kai sejak kecil. Kagum dengan sosok ayah yang juga seorang veteran perang membuat Kai kecil juga mempunyai mimpi untuk menjadi seorang perwira seperti ayahnya.
Setelah berpelukan di teras cukup lama, Kai dan Krystal kini duduk dengan tangan bertaut di tempat favorit mereka, ayunan di belakang rumah Krystal.
Kai tidak bisa melepas pandangan dari Krystal yang duduk di sampingnya. Kekasihnya ini terlihat semakin cantik dari terakhir mereka bertemu.
Kai juga bisa melihat rasa rindu yang teramat dalam sorot mata Krystal. Sesekali ia membelai lembut rambut panjang Krystal dengan terus mengagumi kecantikannya seolah tidak ada hal lain yang ia ingin lihat saat ini.
"Aku akan bertugas ke Irak minggu depan."
Waktu seakan terhenti saat itu. Hari yang selalu Krystal takutkan akhirnya terjadi. Krystal membisu tak sanggup berucap apapun. Yang bisa ia lakukan hanya pura-pura tersenyum bahagia untuk Kai. Krystal sadar tidak ada yang dapat ia lakukan untuk menghentikan Kai pergi."Promise me... you'll come back!" Bisik Krystal lirih, matanya berkaca.
"I promise, I'll come back for you." Kai membawa Krystal dalam pelukannya.