HELLO

989 111 5
                                    

"Hello... Sayang, kau sudah makan?"

Hanya dengungan yang aku dengar sebagai jawabanmu.

"Where are you, what are you doing now?"

"Kampus. Sudah dulu ya, aku harus masuk kelas."

KLIK

Kau menutup sambungan telepon tanpa menunggu aku mengucapkan sepatah dua patah salam perpisahan.

Kau berubah...

Jihoonku yang dulu selalu tersenyum ceria kepadaku telah menghilang. Yang ada sekarang adalah Jihoon yang cuek dan terkesan dingin. Apa kau sudah bosan denganku? Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi? Kutepis semua pemikiran itu, karena aku mencintaimu. Aku mencintai seorang Park Jihoon. Tidak perduli itu Park Jihoon yang ceria atau Park Jihoon yang dingin seperti ini. Aku tetap mencintaimu.



Hari ini hujan. Kulirik jam tangan yang melekat di pergelangan tanganku.

Pukul 2:00 PM

Aku tahu sekarang kau pasti sedang menunggu hujan berhenti untuk pulang ke rumah. Kau sedang menghentak-hentakkan kakimu sebal karena lupa membawa payung. Kau memang ceroboh. Padahal aku yakin kemarin kau menonton ramalan cuaca di akhir tayangan berita, tapi kau tetap saja lupa membawa payung. Ck...walaupun kau ceroboh dan pelupa tapi tetap saja itu tidak membuat rasa cintaku berkurang.

Kuambil kunci mobilku. Aku akan menjemputmu sayang, sehingga kau tidak akan kehujanan. Hujan itu akan membuatmu sakit dan aku benci bila melihatmu sakit. Karena saat kau sakit tak akan ada senyuman di wajahmu. Aku benci bila kau harus menangis karena pusing atau mual. Aku benci melihatmu menderita. Kalau bisa aku ingin semua rasa sakitmu pindah ke diriku. Aku ingin kau selalu tersenyum. Aku rela melakukan apapun agar kau tetap tersenyum.

Tut tut tut

Nada monoton itu terus terdengar saat aku mencoba menghubungimu. Kau tidak mengangkat teleponku.

"Pick up the phone darl...because I gotta be there..." Gumamku sambil beberapa kali memencet klakson mobilku karena ada beberapa kendaraan yang mencoba menghalangi perjalananku untuk menemuimu. Aku tidak suka karena mereka hanya membuatku semakin lama bertemu denganmu.

Aku merindukanmu

Aku ingin melihat wajahmu

Aku ingin melihat senyummu

Dan aku harus menerima kekecewaan saat aku tidak melihat dirimu berdiri menunggu hujan di depan kampusmu. Kembali kutekan tombol nomor 1 cukup lama, panggilan cepat. Ya, aku menaruh nomor teleponmu sebagai panggilan cepat di nomor 1. Karena kau adalah sesuatu yang paling berharga dihidupku. Kau bagaikan candu. Aku tidak ingin jauh darimu walau hanya sebentar saja.

Tut tut tut

Kembali nada monoton itu yang masuk ke dalam indra pendengaranku.

Apa kau melupakan ponselmu? Aku tahu kau ceroboh tapi bagaimana mungkin kau melupakan ponselmu dalam keadaan darurat seperti ini? I'm worried about you.

Kuputuskan untuk menemuimu di rumah. Aku ingin mengecek keadaanmu. Aku takut kau terserang demam karena pulang dalam keadaan hujan seperti ini. Harusnya kau menelponku. Seperti dulu, aku akan tetap ada saat kau membutuhkanku.

.
.
.

I'm in front of your house, I see you – I guess you're with someone
But actually, I couldn't say those things in case I lost you

SONGFIC COMPILATION [[ Panwink / Guanhoon ]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang