Buatan : Rinne2702
Genre: friendship, slice of life
Sub Genre: minor romance(?)
Mimpi: Penulis
***
Mimpi? Mimpiku sangatlah sederhana.
.
.
Atmosfer merayapi dengan hening di balkon tersebut. Manik obsidian gadis itu masih saja bergerak dengan cepat, sambil membolak-balikkan kertas. Begitu tenang dan damai, hingga dia dapat berkonsentrasi dengan penuh-
"NATSUMIIII!!!!"
-oke. Tolong diralat. Dia tak pernah mengalami yang namanya damai dan tenang kalau suara itu masih sampai di telonganya.
Natsumi mengangkat kepalanya, dengan bibir yang sedikit melengkung ke bawah. Menampilkan ekspresi yang tidak senang kepada laki-laki yang telah meneriaki namanya itu.
"Tck. Tak bisakah kau diam untuk sejenak, Natsuki?!" Dia menggerutu kesal. Nyaris saja buku yang di pegangnya dilempar ke kepalanya.
Natsuki hanya memasang cengiran khasnya. Tidak peduli dengan omelan gadis itu, walaupun dia telah dengan santainya melompati balkon yang berjarak beberapa senti saja dari balkon rumahnya.
Baiklah. Akan dijelaskan secara singkat bahwa Natsumi membenci Natsuki. Oh, tidak. Dia tidak mau hidupnya layaknya film romansa klise membosankan yang ada di televisi. Tapi, yahh ... sifat Natsuki yang sekarang ini, memicu adanya kehidupan klise tersebut.
Padahal, di sekolah dia terkenal sebagai anak yang pendiam dan kalem. Ada yang bilang bahkan dia yang terpintar-walaupun dia merasa tidak terlalu setuju dengan pendapat terakhir. Tapi, sepertinya image anak baik itu runtuh seketika saat dia menempati rumah baru yang bersebelahan dengan laki-laki bandel tersebut.
Yah. Takdir memang kejam. Bahkan, kenapa namanya harus mirip dengan Natsuki?! Oh, ayolah. Sudah jelas pemuda itu jahil akut dan berisik tingkat dewa dan bukanlah saudara sedarahnya. Masa harus disamakan dengannya yang lebih senang akan ketenangan dan kedamaian?
Terkutuklah orang yang sudah memberikan namanya dan Natsuki dengan mirip.
"Ayolah, Natsumiii!! Aku bosan di rumah!" rengeknya, yang menurut Natsumi tampak seperti rengekan perempuan.
"Tch." Natsumi mendecih pelan dan menutup kasar novelnya. "Kalau mau main kan, masih ada teman-temanmu yang lain!"
Natsuki bungkam. Namun, dua detik kemudian, dia memasang senyum miring.
Dengan lirikan yang setengah tidak niat, gadis itu menyahut, "Apa?"
Natsuki hanya mengendikkan bahu, "Tidak. Aku hanya mengingat kalau kau jarang sekali didekati oleh teman sekelas. Padahal kau orangnya baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Generation of] Dreamers
Short StoryRangkaian kisah, berisi harapan, cita-cita, dan mimpi banyak orang. Inilah mimpi kami. Meski tak hebat, tapi tetaplah sempurna. Event Generation of Dreamers ke-4.