19. Find Your Dream

27 5 2
                                    

By : Tzacchi_

genre : supranatural

sub-gen : friendship, family, romance(?), hurt, drama

Berulang kali kuhapus coret-coretanku yang sungguh tak berfaedah di kertas. Padahal, apa yang harus kulakukan sudah tertulis jelas di papan tulis, 'tuliskan mimpi yang ingin kalian capai esok'. Tapi yang kulakukan malah menggambar wajah guru yang memberi tugas itu. Setiap guru mendekat, kuhapus coretan ini atau menutupinya dengan tanganku, kalau menjauh ya lanjut lagi. Akibatnya kertasku lecek tak karuan.

"Ini sih harus ganti kertas," ujarku, kemudian kuambil buku tulis dan menyobek halaman tengahnya. Yak, kertas lecek berevolusi menjadi halaman bergaris yang suci! Baru saja aku ingin melanjutkan karya seniku tiba-tiba kalimat kutukan keluar dari bibir sang guru.

"Tolong tugasnya dikumpulkan lima menit lagi."

"E GUSTI! BELUM NULIS APA-APA!" rasanya ingin kulempar semua barang yang ada di atas mejaku ini. Aku memukul pelan meja dan berdoa keajaiban semoga datang.

KRIIING!

"Oh, jam sensei sudah habis? Kalau begitu itu untuk tugas kalian di rumah," ujarnya lalu menuju pintu, tapi ia menghentikan langkah dan mengucapkan perintah absolutnya, "Ketua kelas, tolong tugasnya diletakkan di meja sensei hari Rabu, ya?"

"Siap!" balasku yang terdengar tegas padahal malas, ah sangat malas tepatnya. Yak, saatnya ke kantin.

"Yo! Ketua kelas sok rajin!" sebuah lengan menimpa pundakku. Siapa lagi pelakunya kalau bukan teman masa kecilku, Rei.

"Apa-apaan panggilan itu," protesku, ya memang sih aku sedikit terpaksa menjadi ketua kelas. Kalau saja waktu itu pemilihan ketua kelasnya benar pasti jabatan ini akan dipegang orang lain. Memang ada pemilihan ketua kelas secara random dengan pensil putar? Kurasa hanya kelasku saja yang menggunakan cara ini.

"Ayolah, aku tahu kau belum mengerjakan tugasmu dan malah asik menggambar wajah sensei," Rei mengambil kertas milikku dan menunjukkannya tepat di depan wajahku.

"Kau sendiri bagaimana? Sudah selesai?" tanyaku kemudian. Fufufu, kalau kulihat Rei sama sepertiku.

"Sudah! Niatnya kukumpul hari ini, sih."

Aku mematung sejenak, tidak mungkin... Rei dia harusnya sama sepertiku, ah bukan, tapi harus sama sepertiku! Aku langsung berlari menuju mejanya dan mengambil kertas milik Rei.

"Woi! Apa yang mau kau lakukan?! Woi!"

Aku tidak mempedulikan ucapannya, dengan segera kertas milik Rei kusobek-sobek sampai menjadi potongan-potongan yang sangaat kecil. Kubuat dia tidak bisa menyalin lagi tulisan yang ia tulis di kertas yang tinggal kenangan ini.

"NJER! TUGASKU YANG BERHARGA!"

Aku tertawa puas melihat Rei memungut potongan-potongan kertasnya.

"Pungut dan buang mengerti?" ujarku sambil terkekeh bak orang kesetanan. Teman-teman di kelas menatapku dan Rei seolah-olah ini drama ibu tiri yang kejam pada anak angkatnya.

Rei masih menangisi tugasnya yang sudah tiada. Karena bosan, kuputuskan untuk keluar kelas. Ya, ke perpustakaan mungkin atau kantin. Tapi, saat aku menggeser pintu kelas, sebuah tangan menahanku, ditambah aura mengerikan di sekitarku membuat bulu kudukku berdiri merinding.

"Kau mau ke mana, Yuuki~?"

"Kantin... mau ikut?" tanyaku ragu, kalau tidak segera kabur, habislah aku.

[Generation of] DreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang