empat

138 65 19
                                    

Bian menatap Naya intens sebelum akhirnya membuka suara. "gimana semalam Nay?"

Naya terdiam lalu tersenyum, sepagi ini bahkan sebelum Naya menaruh ranselnya, Bian sudah terlebih dahulu mengintrogasi dirinya.

"Gimana apanya?" Tanya Naya seolah tak mengerti maksud pertanyaan Bian.

"Gitu kamu sama aku, udah aku kasih peluang biar kamu bisa berduaan sama Bara juga," lanjutnya."eh...sekarang gak mau cerita!"

" Jadi semalam kamu boong sakit perutnya?" Tanya Naya curiga.

"Itulah usaha seorang teman yang membantu temanya." Jawab bian dengan nada sok pahlawanya.

Naya terdiam masih dengan senyum yang sama. Naya masih belum percaya bahwa kenyataanya semalam ia bertemu bahkan sampai mengobrol dengan Bara, semuanya serasa mimpi baginya.

Kenangan semalam untuk pertama kalinya ia berdua dengan Bara masih terus berputar di otaknya seperti sebuah reklame flim. sebenarnya Naya tak ingin waktu berlalu dengan cepat tapi mana mungkin. waktu tak bisa menunggu dan membiarkan orang terpenjara didalamnya, ia terus berjalan meski sekuat apa orang itu berusaha untu tinggal.

"Ga gimana-gimana, karena setelah kamu pulang Bara langsung anterin aku pulang." Ungkap Naya santai.

Bian tampak terkejut mendengar ungkapan Naya. "Kamu gak serius,kan?"

"Permisi aku mau duduk." Ujar Naya mengalihkan topik pembicaraan.

"Ck...Rugi besar kamu nay." Desah Bian dengan nada kecewa.

"Ya udah ntar sore gimana kalo kamu ikut aku liat taekwondo?" Ajak Bian.

"Ogah males aku liat gituan." Jawab Naya sembari mengeluarkan novel dari dalam ranselnya.

"Padahal sore ini Bara yang tanding." Ucap Bian memberitahu

Mendengarnya Naya langsung menutup novelnya kemudian memutar posisi duduknya sembilan puluh derajat ke arah Bian.

"Oke, pulang sekolah aku ikut kamu, kita liat taekwondo." Tukas Naya.

"Kalo Bara aja langsung gas, giliran aku yang tanding kamu ogah-ogah mau nonton aku, kamu temen aku bukan si_-." Cibir Bian.

"Biasa aja kali Ian, kamu tau kan aku sibuk." Ujar Naya dengan.

"Iya sibuk molor kalau kamu!" Ujar Bian geram.

Naya menghela nafas, kali ini sepertinya peruntungan takdir tengah memihaknya. meski awalnya Bara terlihat sangat mustahil untuk digapai tapi lihat sekarang ada banyak kesempatan yang takdir berikan.

Jarak antara dirinya dengan Bara perlahan mulai terkikis, semalam ia bersama Bara, sore nanti Naya akan melihat pertandingan taekwondo Bara, bisa jadi lusa Bara menyapanya. dan entah kapan mungkin Bara tak sejauh saat ini, Naya harap begitu.

"Senyum aja terus." Sindir Bian yang membuat Naya terbangun dari lamunannya.

"Rese', gangguin tau!"

"Oh ya kamu tau semalem waktu Ara nganter aku pulang, yang ada dia bawel mulu." Cerocos Bian setengah berbisik di telinga Naya.

Kebiasaan Bian sudah berbicara panjang lebar bahkan sebelum seperempat jam Naya duduk di sisinya. Bian memang sangat semngat menceritakan banyak hal.

"Iya terus kenapa?" Tanya Naya malas.

"dari dulu juga dia bawel." Lanjutnya.

"ini beda Nay, kamu tau muka Ara keliatan gak rela banget kamu sama Bara, dia jealous."

Let Me Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang