kenyataan

5.5K 332 15
                                    

"nal aku hamil" kata Veranda perlahan

"Kamu bercanda kan ve?" Tanyaku takut-takut

"Maafkan aku nal" ucap Veranda menunduk

"Apa yang kurang dariku ve? Aku telah memberikan semua yang aku punya padamu, bahkan aku rela meninggalkan keluargaku demi cinta terlarang kita, inikah balasannya ve?" Aku tak dapat lagi menahan emosiku. Perempuan didepanku hanya terdiam menunduk disertai tangisannya yang terisak.

Jujur melihat Veranda yang lemah seperti itu membuatku ingin merengkuhnya, tapi mengingat apa yang dilakukannya membuat hatiku hancur berkeping-keping.

Setelah 3 tahun kebersamaan kami di negeri orang, aku mendapat kan fakta bahwa dia berselingkuh dengan teman kerjanya. Dan sekarang dia hamil!.

Aku menyesal mengorbankan keluargaku demi hubungan terlarang kami. Harusnya dulu aku menuruti kata kakakku, bahwa hubungan kami salah dan pasti akan segera berakhir.

"Pergilah ve, aku harap kamu bahagia dengan pasanganmu" kataku menekan semua rasaku untuknya.

Yah mungkin dari dulu harusnya aku mengakhiri hubungan ini. Maafkan aku pa, ma, kak Rian. Apa yang aku korbankan ternyata sia-sia.

Veranda menggeleng kencang "aku gak mau nal, maafkan aku, aku hilaf nal" lirih Veranda memohon padaku

" Ve ini demi kebaikanmu, mungkin memang kita tidak ditakdirkan bersama karena cinta kita salah" ucapku mencoba setegar mungkin

"Aku cinta kamu nal" teriak Veranda disertai tangisnya kencang 

Aku segera memeluknya, badannya bergetar sangat hebat. Perlahan-lahan dia mulai tenang, akupun mengajaknya ke tempat tidur.

"Ve mungkin ini malam terakhir kamu tidur denganku, besok aku akan mengantarmu kepada lelaki itu, dia harus bertanggungjawab ve"

"Tidak nal, aku tidak mau, aku hanya ingin hidup bersamamu" kata Veranda pilu

"Aku gak mau egois untuk ke dua kalinya, aku sudah memaafkanmu atas perselingkuhan mu tapi anak yang kamu kandung memerlukan ayah ve" kataku memberi penjelasan

Veranda semakin kencang memelukku "harusnya dari dulu aku tidak tergoda olehnya, aku menyesal nal, sangat menyesal"

"Ve udah ya jangan nangis aku sadar kok kamu selingkuh juga karena ku, aku yang terlalu sibuk dengan kuliah dan pekerjaan ku sehingga kamu kesepian" aku terisak menyadari bahwa diriku sendirilah yang membuat Veranda berpaling.

"Kamu gak salah nal, jika ada yang harus disalahkan maka itu aku, harusnya aku sadar hanya kamu yang mencintai ku dengan tulus, harusnya aku mengerti apa yang kamu lakukan untuk kebaikan kita tapi aku malah selingkuh darimu dan tergoda dengan kesenangan sesaat" ucap Veranda penuh dengan penyesalan

"Udah ya ve jangan nangis lagi, kamu lagi hamil jangan sampai kamu stress, dan ibu hamil tidak boleh tidur malam-malam" kataku memaksakan senyum

Bahkan ketika dia menyakitiku sedemikian rupa aku tetap tidak bisa marah. Mungkin aku terlalu dalam mencintainya. Anggaplah aku bodoh, setelah diselingkuhi lalu dia hamil anak selingkuhannya pun aku masih tak bisa marah. Aku memang sudah gila dan bodoh karenamu Veranda.

------------------

"Kamu sudah siap ve?" Tanyaku perlahan

Veranda hanya menunduk, aku pun memegang erat tangannya menuju restoran tempat janjianku dengan selingkuhan Veranda bertemu.

Dari jauh aku melihat Raka duduk dengan gelisah. Nama selingkuhan Veranda sangat Indonesia bukan? Dia memang orang Indonesia yang bekerja di Belanda sama seperti Veranda, dan setelah itu mereka menjadi dekat, bahkan aku juga mengenal dengan sangat siapa itu Raka. Aku tidak akan menceritakan bagian ini karena akan membuatku sangat sakit.

"Sudah lama?" Tanyaku sembari duduk

Raka melihatku sekilas, kemudian beralih melihat Veranda dengan tatapan gelisahnya

"Baru aja nal" jawabnya dengan senyum yang dipaksakan

"Kamu pasti sudah tau apa tujuanku kemari, tolong jaga Veranda dan bayi yang dikandungnya Raka, aku harap kalian bahagia" kataku dengan sekuat tenaga menekan rasa sakit

"Nal..." Rengek Veranda pilu

"Maafkan aku nal aku tidak bisa" ucapnya memancing emosiku

"Dasar pengecut setelah apa yang kamu lakukan, kamu mau menghindar dari tanggung jawabmu" kataku yang sudah dikuasai emosi

"Aku bukan pengecut nal, tapi ketika Veranda bersamaku dia tidak akan bahagia, karena dia hanya mencintaimu, aku tidak ingin egois lagi walaupun aku mencintainya, aku tidak ingin membuatnya bertambah tertekan jika harus hidup bersamaku" ucap Raka berusaha mengendalikan emosinya

"Setelah apa yang terjadi kamu masih memikirkan tentang cinta? Raka dengarkan aku, sekarang bukan tentang aku, kamu, dan Veranda lagi. Masih ada bayi kecil kalian yang tak berdosa, plis untuk kali ini kalian harus egois jangan memikirkan perasaan ku" kataku mencoba untuk tegar, percuma aku menyalahkan mereka karena nasi telah menjadi bubur.

Veranda memelukku dengan erat dan semakin terisak, dia terus menggumamkan kata maaf. Sungguh Veranda aku akan melakukan apapun untukmu bahkan jika aku harus mati aku siap.

---------------

Satu bulan setelah Veranda meninggalkan apartemenku rasanya sangat sepi. Hari-hari ku yang biasanya sangat indah kini hanya berisi kekosongan. Aku selalu memikirkan sedang apa Veranda? Apa ia bahagia dengan Raka?. Mungkin mereka sekarang sedang tertawa bahagia karena sebentar lagi malaikat kecil mereka akan lahir ke dunia.

Setelah pertemuan di restoran itu, aku tak pernah melihat Veranda dan Raka lagi. Mereka benar-benar hilang sesuai permintaanku. Bahkan Raka dan Veranda resign dari pekerjannya.

Aku juga tak ingin repot-repot mencari kabar tentang mereka. Walaupun aku masih terus memikirkan Veranda, setidaknya aku harus tetap melanjutkan hidupku bukan?.

Pekerjaan dan kuliahku pun membuatku benar-benar sibuk, sampai untuk makan saja aku kadang lupa. Biasanya Veranda dengan telaten menyuapiku jika aku tak sempat makan. Kenapa selalu Veranda yang terbayang di otakku. Tuhan jika aku boleh meminta tolong hapuskan namanya dari kepalaku, aku tidak kuat lagi menahan semua ini sendirian. Aku lelah berpura-pura untuk tegar.

TBC




SACRIFICE (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang