Pulang

1.8K 191 21
                                    

Ku tarik nafas secara perlahan-lahan.

Sudah tiga tahun ku tinggalkan rumah besar ini.

Rumah sang pemilik hatiku.

Kinal.

Senyumku terus mengembang, begitupun galen.

Ia terlihat sangat merindukan mom nya.

Secara perlahan, aku mulai memencet bel.

Pintu pun terbuka dan menampakkan wajah yang sangat mirip dengan pemilik cintaku.

Dia menatapku sinis "kenapa kau kembali?" tanyanya, yang sudah ku perkirakan.

Aku masih terus tersenyum "aku pasti kembali untuk pulang, karena kinal adalah rumahku" ucapku dengan tenang.

Laki-laki itupun semakin berang dan memejamkan matanya, untuk menenangkan emosinya.

Lalu dia pun menoleh ka arah galen.

Seketika, wajah sangarnya pun memudar, tergantikan dengan senyum kerinduan.

Matanya berkaca dan memeluk galen dengan erat.

Galen yang tak tau apa-apa hanya pasrah dan terdiam.

Aku tersenyum, galen memang sangat mirip dengan kinal.

"Om rian" ucap galen ragu-ragu, karena dia hanya tau dari ceritaku dan foto keluarga kinal.

"Iya sayang, ini om, kamu sangat mirip dengan mom mu ya" ucap kak rian lembut.

Kak rian mempersilahkan kami masuk, dan terus memandangi galen dengan mata yang berkaca.

Ketika tatapannya bertemu tatapanku, maka raut wajahnya akan berubah menjadi datar.

Aku tau, aku memang salah.

Meninggalkan adiknya, tanpa sebuah alasan dan penjelasan.

Hari ini, semua akan ku ungkapkan.

Ku harap mereka mempercayaiku.

Dan kuharap kinal masih menungguku.

Jikapun harapanku tak terkabul, aku akan mencoba menerimanya.

Dari awalpun aku sudah tau, hanya ada dua kemungkinan.

"Veranda" ucap kak risa dengan berjalan tergopoh-gopoh dan langsung memelukku erat.

Aku membalas pelukannya dengan erat.

Kak risa menangis sesenggukan.

"Kemana saja kamu?" tanyanya sembari melepas pelukan kami.

Aku mencoba tersenyum "aku akan menjelaskan semuanya kak".

Kamipun mulai duduk, hanya ada aku, kak risa, dan kak rian.

Galen sedang bermain bersama salbi.

Kinal dan papa?

Aku ingin bertanya, tapi ku urungkan.

Mungkin mereka sedang pergi.

Karena aku datang secara tiba-tiba.

"Selama ini kamu dimana?" tanya kak rian langsung.

"Di australia kak" ucapku agak gentar.

Tatapan kak rian sangat tajam, seperti kinal, jika sedang emosi.

Kak risa terus menggenggam tanganku.

"Kenapa kamu pergi?" tanyanya lagi.

Akhirnya pertanyaan ini keluar.

Aku menatap kak risa dan kak rian secara bergantian.

"Aku akan menjelaskan jika kinal di sini" ucapku tegas.

"Dia tidak ada" ucap kak rian tajam.

"Aku akan menunggunya" balasku tajam.

"Dia tidak akan datang" imbuhnya lagi.

"Karena dia tak tau" ucapku tersenyum.

"Tau atau tidak tau, percuma" kata kak risa pelan.

Aku memandangi kak risa penuh harap.

Apa yang sudah terjadi?

Apa yang sudah kulewatkan?

Apakah ketakutanku menjadi nyata?

Apakah aku benar-benar terlambat?

Semua pikiran buruk itu terus berputar.

Tanpa sadar otakku menyimpulkan sebuah penjelasan.

Air mataku pun mulai keluar secara perlahan.

Aku menatap kak risa dan kak rian bergantian untuk memastikan bahwa apa yang ku pikirkan salah.

Mereka hanya terdiam.

Seolah membenarkan pikiranku.

Dan sekarang isak tangisku tak bisa lagi ku bendung.

"Aku terlambat" ucapku dengan tersenyum miris.

Kak risa langsung memelukku lagi.

Dan ini lah kemungkinan terburuk dari pilihanku.

"Kamu masih berhutang penjelasan" ucap kak rian datar.

"Dimana kinal? Setelah itu akan ku jelaskan" kataku cepat.

Setidaknya, aku harus menemui kinal, sebelum melepaskannya.

Kak rian dan kak risa saling berpandangan.

"Kamu akan mengetahuinya, setelah kami mengetahui alasanmu" tekan kak rian.

Aku memejamkan mata perlahan.

Ku tarik nafas dalam-dalam.

Aku akan menceritakannya.

Menceritakan sebuah alasan yang akan menjadi penjelasan.











TBC.









SACRIFICE (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang