Selalu Ada

1.8K 175 8
                                    

Aku menatap ke luar, ke arah jalanan yang bersalju.

Australia, memang sedang musim dingin.

Kurapatkan sweater yang membelit tubuhku.

Kinal.

Bagaimana keadaannya?

Apakah ia makan dengan teratur?

Apakah ia mencariku?

Apakah ia masih mencintaiku?

Pertanyaan itu, selalu berputar di kepalaku setahun belakangan.

Aku merindukannya, sangat.

Namun, aku pun harus pergi meninggalkannya.

Harus.

Alasannya? Masih kusimpan rapat-rapat.

Yang jelas, aku memang harus pergi darinya.

Bukan semata-mata karena aku sudah tidak mencintainya, justru sebaliknya.

Mau mencaciku? Silahkan.

"Veranda" seru seorang laki-laki dari belakangku.

Aku menoleh dan tersenyum manis, saat melihatnya menggendong putra ku.

Adrian.

Dia adalah sahabatku dari kecil, dan ia sangat baik padaku.

Menyewakan apartemen miliknya, dengan tarif yang sangat rendah.

Dia pula yang membantuku pergi dari kinal.

Dan kinal tak pernah tau siapa adrian, tapi adrian sangat mengenal kinal, walaupun tak pernah bertemu nya.

Karena aku selalu menceritakan padanya tentang kinalku.

Dan pembahasan tentang kinal, selalu menjadi favoritku.

"Sini sama bunda ya galen" ku ambil galen Dengan pelan.

Adrian menyerahkan galen yang tengah mengantuk, aku segera meraihnya lalu menidurkannya di kasur.

"Dia merindukan mom nya" ucap adrian yang membuatku sendu.

"Aku tau, tapi aku harus melakukan ini" kataku mencoba tenang.

"Dengan saling menyakiti?"

"Adrian!" bentakku tak tahan.

"Aku salah?" tanyanya menantangku.

"Ini demi kebaikan kami berdua, tolong kamu mengerti" ucapku putus asa.

"Yakin? Bagaimana kalau dia telah menemukan penggantimu?" tanya adrian yang membuatku ketakutan.

"Kalaupun iya, maka aku akan merelakannya" kataku sok tegar.

"Bulshit"

"Adrian, tolong jangan membuatku emosi" ucapku sekuat mungkin menahan amarah yang siap meledak.

"Loh aku berkata sebenarnya, apa kamu rela membiarkannya dengan orang lain? Apa kamu rela membiarkannya tersenyum karena orang lain? Apa kamu rela dia bahagia dengan orang lain, dan bukan kamu hah?" tanya adrian dengan nada tinggi.

Aku menunduk dalam, menahan laju air mata yang siap tumpah.

Sungguh, adrian benar, aku tak akan pernah rela.

Tak akan pernah.

Tapi bagaimana kalau apa yang diucapkan adrian telah terjadi?

Dan air matapun mengalir dengan deras.

Aku takut.

Aku terlalu takut, membayangkannya.

"Jangan menangis, apa yang ku ucapkan hanya kemungkinan terburuknya, belum pasti" kata adrian sedikit menghiburku.

Tangannya mengusap air mataku Dengan perlahan.

Aku mendongak, ia tersenyum menatapku.

"Kalaupun semua itu nyata dan terjadi, aku akan berusaha menguatkan hatiku, karena itu adalah resiko atas keputusanku" ucapku mencoba yakin.

"Kamu tahu ve, kamu adalah wanita hebat, berani mempertaruhkan cintamu untuk sebuah keyakinan" ucap adrian memujiku.

"Kamu berlebihan"

"Tidak, kamu memang hebat, andai kinal tau alasan yang sebenarnya" kata adrian menatapku lamat.

"Dia tidak perlu tau, sampai saatnya tiba"

"Baiklah, kamu selalu cerdas, pantas kinal sangat tergila-gila denganmu" ucap adrian menatapku jenaka.

"Bukan hanya kinal, akupun sama" ucapku tersenyum tulus.

"Apakah tak ada lagi tempat di hatimu yang masih tersisa, secuil saja?" tanya adrian menatapku penuh harap.

Aku tau, sangat tau, dari dulu adrian menaruh hati padaku. Itu sebabnya aku tak mengenalkan adrian pada kinal.

Karena kinal, pencemburu.

"Kamu tau jawabannya adrian" jawabku tegas.

"Oke, aku mengerti, kalau kamu berubah pikiran, katakanlah padaku"

"Tidak akan!" ucapku mantap.

"Nothing is impossible" katanya langsung lari menutup pintu apartement, sebelum aku sempat memarahinya.

Sangat keras kepala.

Aku segera memandangi galen yang tengah tertidur pulas.

Tatapanku mulai menyendu.

Maafkan bunda, harus memisahkanmu dengan mom.

Aku segera merebahkan diriku di samping galen dan memeluknya.

Aku memandangi galen lamat, dia sangat mirip dengan kinal.

Aku segera mencium galen lembut, menyalurkan kasih sayangku yang terdalam.

Kinal,

Kamu harus tau, walaupun kita jauh,

kamu selalu ada.

Selalu ada, dalam setiap hembus nafasku.

Selalu ada, disetiap untaian doaku.

Selalu ada, disetiap detak jantungku.

Selalu ada, disetiap langkahku.

Selalu ada, di dalam hati dan pikiranku.

Kamu harus ingat!

Aku mencintaimu, dan akan terus seperti itu.

Kamu pun harus tau,

Aku pergi, untuk kembali.












TBC.


SACRIFICE (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang