Sempurna

2.1K 198 2
                                    

Hidupku sekarang, rasanya sangat sempurna.

Galen kecil, kini telah berumur satu tahun.

Raka dan jen juga, kini telah menikah.

Kinal? Perempuanku, terlihat semakin bahagia.

Aku tau dari dulu, ia sangat menyukai anak kecil.

Tapi, ketika ia memutuskan untuk bersama denganku.

Ia mengubur dalam-dalam keinginannya untuk mempunyai bayi.

Rencana tuhan, memang selalu indah bukan?!.

"Galen, sama mom sini" panggil kinal pada galen yang tengah berjalan tertatih-tatih mengambil bola.

Merasa Tak dipedulikan galen, kinal langsung berjalan cepat menangkap galen.

"Kamu lucu banget, mirip banget sama mom lagi, kamu itu sebenernya anak mom apa bunda sih" cerocos kinal dengan terus menciumi seluruh wajah galen.

Galen tertawa kegelian.

"Udah nal, dia geli banget itu" kataku tak tega pada galen, yang terus tertawa.

"Iya bunda" ucap kinal tersenyum dan memberikan galen padaku.

"Mirip banget ya sama aku?" lanjut nya lagi.

"Kamu udah bilang beribu-ribu kali perasaan" kataku jengah.

"Kamu kayaknya cinta banget sama aku ya ve?" tanyanya dengan menaik-turunkan alis.

"Menurutmu?" tanyaku dengan mendelik.

"Pasti iya, karena aku juga sama" ucap kinal mencium tepat di bibirku.

"Kinal! Aku kaget"

"Sengaja" ucapnya sambil berlalu ke kamar.

Dasar! Kelakuannya tak pernah berubah. Selalu seperti anak kecil. Tapi aku suka!.

Aku tersenyum-senyum sendiri. Semakin hari, aku semakin mencintainya.

"Ve, kamu gila?" ucap kinal menatapku aneh.

Aku menoleh ke arahnya sebal.

"Kalau aku gila kenapa?" tanyaku ketus.

"Aku tetap cinta" jawabnya tersenyum tulus.

Blush.

Aku yakin, pipiku sangat merah.

"Kamu sakit? Pipimu kok merah?" tanya nya polos dan memegang bagian pipiku.

Rasanya aku ingin tertawa terbahak-bahak. Tapi harus ku tahan. Karena galen sedang tidur di pangkuanku.

"Ve, kamu kenapa? Kok tambah merah pipimu?" tanya nya penuh kebingungan.

Aku tidak menjawabnya, segera aku menuju kamar galen dan menaruhnya di ranjang bayi.

Setelah memastikan semua aman, aku ke luar dari kamar.

Kinal masih berdiri seperti posisi yang tadi, dan menatapku penuh keheranan.

"Kamu tadi kenapa ve?"

"Aku tidak apa-apa" ucapku sok ketus menahan malu.

Dasar tidak peka!.

"Kirain aku, kamu sakit, abisnya wajahmu merah banget"

Beginilah resiko punya wajah putih.

"Hari ini kamu mau kemana?" tanyaku mengalihkan pembicaraan.

"Mau di rumah aja sama kamu, hari libur, harus dihabiskan hanya dengan bersamamu" ucapnya menggodaku.

"Biasanya juga keluyuran" kataku memutar bola mataku malas.

"Udah bosen keluyuran" celetuknya santai.

"Berarti kalau bosen sama aku, bakal keluyuran terus?" tanyaku ketus, dengan mata yang hampir keluar.

"Eh ve, bukan itu maksudku" katanya takut-takut.

Aku hanya menatapnya kesal, dan mulai berjalan memunggunginya.

Dan kurasakan dekapan dari arah belakang.

"Jangan marah ve, jika menyangkut tentangmu, kata 'bosan' tak ada di kamusku"

"Bohong!" kataku menyembunyikan senyuman.

"Serba salah aku ve" rengeknya putus asa.

Aku segera membalikkan badanku, dan langsung memeluknya erat.

"Aku percaya sayang, sangat percaya" bisikku tepat di telinganya.

"Ve...geli"

"Kamu mau yang lebih dari ini?" tanyaku balas menggodanya.

"Ve, jangan gitu ah, aku gak kuat loh" ucapnya mulai keringatan.

"Kita belum melakukannya loh sayang, kamu kok udah keringetan?" tanyaku sambil mengecup lehernya.

Kinal semakin ketar-ketir. Dalam hati aku tersenyum penuh kemenangan.

Menggoda kinal, memang sangat mudah.

Tidak percaya? Tiup saja telinganya, maka dia akan langsung terangsang.

"Kamu harus tanggung jawab ve" ucapnya menahan gairah.

"Sayangnya aku tidak mau" kataku sambil berlari meninggalkannya yang tengah terbengong-bengong.

"Ve! Kamu tega" teriaknya tak terima.

Aku segera menutup kamar dengan keras. Untung semua ruangan yang ada di apartemen ini kedap suara.

Aku tak perlu khawatir, jika kinal teriak-teriak. Karena galen tak akan terganggu.

"Ve, kamu tega banget, sumpah, ve" rengeknya berulang-ulang sambil terus menggedor-gedor pintu kamarku.

Dengan kesal, aku segera membuka pintu kamar.

Kupandangi kinal dengan tajam.

Kinal menatapku dengan pandangan sayunya. Yang selalu berhasil membuatku tunduk.

"Kamu menang" kataku pasrah.

Kinal langsung menyambar bibirku, dia melumatnya dengan penuh penghayatan.

Aku mengimbangi semua perlakuan nya.

"Sayang di dalam aja" ucapku terengah-engah melepaskan ciuman panas kami.

Kinal mengangguk pelan.

Tanpa menyia-nyiakan waktu, kinal segera melucuti pakaianku.

Hingga nampaklah tubuhku, yang tak terbalut sehelai benangpun.

Akupun melakukan hal yang sama.

Segera ku tarik selimut, hingga menutupi tubuh kami.

Dan....

Cukup aku dan kinal yang tau.



TBC.











SACRIFICE (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang