Gerakan Prilly terhenti sejenak menatap suaminya yang berjalan tergesa-gesa, Prilly kembali berkutat dengan perkerjaannya hanya diam tapi perhatiannya tak lepas dari suaminya itu.
"Kamu kenapa sih?" tanya Prilly yang menuangkan sup jagung ke mangkuk dan memberikan parutan keju diatasnya.
"Hari ini aku ada janji sama teman, karena dari itu aku harus menjumpainya. Soalnya besok ia akan pergi gitu sih"
"Kenapa kamu harus menjumpainya? Kenapa kamu tidak menyuruhnya saja datang ke rumah kita."
"Dia tidak ada waktu untuk kemari karena dia terlalu sibuk dengan perkerjaannya yang 24 jam"
"Segitu nya?" Prilly menuangkan susu kedalam gelas.
Ali hanya mengganguk dan merahi mantel yang terselampir di punggung kursi, bubur jantung buatan Prilly tadi sudah berpindah ke dalam perutnya dan sekali teguk susu itu habis.
"Kamu nih ya, makan tuh pelan-pelan"
Peringat Prilly sambil berjalan membenarkan letak mantel yang ditubuhnya Ali, mata mereka sempat bertemu sebelum Ali mencium keningnya.
"Kamu dirumah aja hari ini?"
"Iya, kenapa? Kamu..."
"Nggk, aku cuman nanya aja. Ouya, kamu jangan lupa makan teratur oke"
"Sipp bos"
"Istri pintar " Ali mengacak rambut Prilly dan mencium bibirnya sekilas dan berlalu meninggalkan Prilly yang tengah melambaikan tangan kearahnya.
Mungkin hari ini ia akan mampir ke cafe biasanya, sudah lama ia tidak kesana. Kaki kecilnya berjalan di pinggir, menambah orang pejalan kaki disana.
Matanya terus menatap ke arah jalan yang begitu ramai, karena hari ini hari weekend dan semua berkumpul. Sedangkan dirinya harus menunggu Ali pulang.Kring
Suara pintu cafe itu terdengar bersamanya masuk Prilly kedalam cafe tersebut memesan seperti biasa dan mencari tempat duduk yang nyaman, tas ransel yang ia bawa ia letakan diatas meja membuka laptop dan mencari sesuatu disana.
Prilly bisa melihat betapa kayanya suaminya itu, Ali adalah pemimpin yang termuda yang menyandangkan seorang Ceo yang begitu cerdik dan bijaksana dengan harta yang begitu melimpah sampai tujuh keturunan tidak akan habis. Prilly dulu sempat tidak habis pikir ia bisa dijodohkan oleh seorang cowok yang begitu menurutnya mengkesalkan dan perasaan dulu terbanding terbalik mala suaminya itu sangat romantis dan bisa membuat jantungnya merosot kebawah.
Jika saja dulu ia mengenal Ali dengan cara yang baik mungkin ia dulu tidak membantah perjodohan itu, ya tapi dengan itu juga ia bisa dapat bersama dengan Ali. Dan pernikahannya dulu sempat diambang kehancuran dengan syarat pembodohan yang pernah ia setujui dan Ali yang menulisnya. Dan ia bersyukur sampai sekarang Allah masih dapat melindungi rumah tangganya.
Begitu banyak rintangan yang pernah mereka lewatkan bersama, dan udah sembilan tahun pernikahan ini berjalan dan mereka saling menguatkan satu sama lain.
Jika boleh jujur ia sangat mencintai suaminya itu, boleh kah ia berharap jika mereka akan hidup bersama sampai tua. Jika ia akan kehilangan Ali ia tidak akan sanggup, melihat raut wajah pria itu kelelalahan membuatnya khawatir tapi ia tau Pria itu akan menutupnya dengan senyum yang manis yang membuat Prilly semakin mencintainya.
Ting
Notif dari emailnya masuk dan itu dari teman SMAnya dulu yang tinggal di singapore.
Hai Pri dengar-dengar kamu tinggal di Paris ya? Ouya, apa kita bisa jumpa? Mumpung aku di paris nih
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY[2/1] [Complate]
Random[SEQOEL DARI : ILY1/ LENGKAP] Hati serapuh kue kering, Hati tidak akan bisa kembali utuh jika sudah pecah berkeping-keping. Sanggupkah Prilly menerima takdir hidupnya ?? Membesarkan kedua anaknya seperti harapan ayahnya dulu. Atau hidupnya a...