Pertengkaran

2.6K 139 2
                                    




Lagi-lagi Prilly mendengus, matanya sudah memebeka beberapa jam yang lalu hidungnya memerah nafasnya tak teratur. Hari sudah terselimuti oleh gelapnya malam, rembulan yang bergantung di langitnya malam dengan formasi bintang yang terang.

Kakinya ia ayun-ayunkan yang bergantung di bangku, matanya menatap kesal kearah luar. Manara efel terlihat dari rumah mungil mereka. Tempat itu yang terindah dimiliki kota paris dan begitu juga dengan kenangannya, semuanya masih terasa kental.

Hembusan angin tertiup pelan Ali berdiri di daun pintu melihat sepatu Prilly yang jorok diujungnya, apa istrinya itu keluar tadi? Dan Ali meletakan sepatunya disamping sepatu Prilly.

"Assalamualaikum"

Tidak ada sautan Ali semakin melangkah masuk dan kakinya yang hendak masuk kamar terhenti melihat Prilly yang duduk di balkon dengan pandangan luar yang begitu indah. Ali tersenyum dan ia masuk kedalam kamar membersihkan diri adalah hal yang terbaik.

Malam semakin larut dan Prilly enggan beranjak dari sana walaupun ia tau angin malam tidak baik untuk kesehatannya, kakinya ia tekuk menenggelamkan pipi kirinya di lipatan kaki tanganya memeluk erat kakinya rambutnya jatuh terurai kebawah. Ia tidak tau kenapa takdir begitu suka memainkan perasaannya, dirinya bukan orang yang sabar dan juga suka menunggu tapi kenapa takdir suka sekali mengusik kesabarannya. Entahlah apa ia harus menyalahkan takdir seperti ini tapi jujur ia tidak sepenuhnya menyalahkan takdir tapi Allah sedang mengujinya. Dan insyah allah dengan ini ia akan lebih sabar.

"Kamu kenapa?" tangan Ali terulur membelai rambut Prilly, wanita itu langsung membenarkan duduknya dan membuang wajah.

"Kamu kenapa? Yuk masuk, nggk baik angin-"

"Kenapa? Kenapa kamu perduli sama aku? Kenapa kamu begitu khawatir sama aku?"

"Aku suami mu dan aku pantas buat memeberi tau yang baik dan yang -"

"Buruk?" Prilly tersenyum kecut ia berdiri berpegang pembatas balkon yang setinggi pinggangnya.

"Kamu nggk sadar apa? Kamu mengatakan itu seolah kamu itu udah benar, dan kamu pantas menasehati istri kamu. Kamu cocoknya sadar introspeksi diri kamu..

" asal kamu tau dunia ini sempit, kapan pun dan dimana pun aku bisa melihat kamu dengan kemauan aku sendiri" Prilly membalikkan badannya, menatap Ali dengan guratan kebingungan di wajahnya.

"Dan terutama melihat kamu sama wanita itu, siapa dia? Seorang dokter yang bertukar propesi menjadi jalang kecil menggangu suami orang"

"Prilly!!! Apa yang kamu katakan!!hentikan kebodohan mu itu!!"

"apa!! Apa huh apa mas!! Biar kamu tau ya, aku udah tau apa yang kamu lakukan sama dia. Kamu nggk lebih dari bangkai yang tercium baunya."

Ali hampir saja meloloskan pertahanannya yang selama ini ia tahan kan. Mata itu meredup menenangkan wanita didepannya itu , tapi sayang tatapan itu tak mempan lagi.

"Ini apa lagi mas, apa lagi!! Semua yang udah kamu lakukan itu jelas sangat jelas!!. Kamu selalu minta maaf dan esoknya kamu ulangi lagi, aku capek aku capek!! Kenapa kamu seperti ini huh? Dan kamu harus tau aku nyesal udah memberikan cinta aku sama kamu, kamu sama aja!!..

" dan ouhya, kamu silakan jalan sama dia dan aku nggk akan cemburu sedikit pun " setelah mengatakan itu Prilly keluar dari rumah mereka, jujur saja saat ia membentak Ali ia ingin ada pembelaan yang dikeluarkan Ali tapi sayang Ali hanya bungkam mengunci rapat penjelasan itu, dan Prilly semakin kesal dengannya.

**

Dengan penuh kekesalan Prilly bergegas keluar dari sana meninggalkan semua kecurugiannya terhadap Ali, kaki kecilnya berjalan di depan toko yang tutup duduk didepannya mengeratkan mantel tebal itu. Malam ini hembusan angin sedikit kencang menandakan sebentar lagi hujan, lampu-lampu di pinggir jalan itu hanya menerangi gelapnya malam. Sedangkan dirinya tidak ada yang menjelaskan apa yang ia curiga kan, Ali benar-benar bungkam merasa Ali menyembunyikan sesuatu darinya.

Kini semakin menjelang malam, terlihat setiap toko-toko di depannya sebagian mematikan lampu dan menutupnya rapat. Sedangkan Orang-orang yang berjalan semakin mempercepat langkahnya mengeratkan mantel yang mereka pakai, tapi Prilly tetap tidak meranjak dari sana sehingga setitik air mulai jatuh dan ia pergi dari toko tersebut mencari tempat teduhan. Mungkin malam ini atau esok ia akan mendiamkan suaminya itu sampai Ali berbicara tapi sebelum itu ia akan mencari tau apa yang disembunyikan oleh suaminya itu. Sungguh semarah apa pun dirinya ia tidak akan bisa jauh dari Ali, ayah dari anak-anaknya.

Kecintaanya teramat besar sehingga rasa takut itu selalu muncul di dalam mimpinya.

**

Pukul 23:55dan lima menit lagi akan tengah malam, dan istrinya itu sejak tadi belum pulang. Kemana dia? Dan lebih bodohnya lagi dirinya hanya diam termenung menunggu istrinya pulang duduk di sofa ruang tamu. Kenapa ia tidak langsung menyusulnya? Kenapa dirinya diam disini? Apa karena ia sibuk mencari alasan apa yang ia katakan terhadap istrinya nanti pulang. Dan sampai sekarang istrinya belum pulang.

Dia beruntung mendapatkan Prilly dirinya adalah pria yang paling beruntung di dunia ini, dan sayangnya dia tidak pantas untuk bersanding dengan wanita itu. Di banyak ke kurang dan istrinya itu belum tau sama sekali ke kurang dirinya. Banyak orang yang mengatakan jika suami istri itu harus jujur dalam ke kurang satu sama lain, tapi dirinya? Dirinya saja belum jujur dengan apa yang ada dirinya ke kurang itu takut membuat wanita itu menjauhinya. Walaupun Prilly sering mengatakan jika ia menerima Ali dari segala ke kurang pria itu tapi? Tapi dirinya tetap takut. Ketakutan yang selalu menyelimuti lemari hatinya.

**

Menjelang pagi Prilly masuk kedalam rumah mereka, rumah yang beberapa tahun ini mereka tempati. Meletakan sepatunya di rak sepatu dan berjalan menuju dapur, wajahnya terlihat tirus dan pucat.

Sebelum mengerjakan sesuatu ia mencuci tanganya sampai bersih, mengambil lap untuk mengeringkan tangannya. Membuka lemari pendingin mencari sesuatu yang bisa di masak jam berdetak menuju pukul 5 pas dan dirinya masih bisa memasak untuk sarapan mereka.

Pisau yang di pegang Prilly telah memotong wortel dan juga kentang, memasukkannya kedalam panci dan juga bumbu lainnya. Mengaduk nya sehingga matang dan Prilly menuangkan sayur itu kedalam mangkuk yang berisi nasi.

Sederhana saja yang penting menyehatkan siapa saja yang memakannya. Setelah ia memakan sedikit lalu membersihkan sisa makannya, sebelum pergi kembali Prilly memberikan Note di pintu kulkas dan bergegas kembali keluar rumah mereka.

**

"Kalo kamu mau makan, jangan lupa panaskan kembali sayur di panci itu. Dan berkas kantor kamu sudah aku masukan kedalam tas. Selamat beraktifitas"

Prilly

Ali meletakan kembali kertas pesan itu di mana ia ambil tadi, matanya melihat sebuah panci yang berisi sayuran yang sudah dingin. Sekarang pukul 8:05 dan kapan istrinya itu pulang dan masak untuk sarapannya dan kemana lagi wanita itu? Kenapa ia belum memahami sekali istrinya itu. Dia tidak tau apa yang istrinya mau seakan hubungan mereka hanya di batasi rasa sayang dan cinta dalam keluarga tidak mau memasuki kehidupan masing-masing seakan mereka di hindari dengan tembok yang tinggi transparan.

Kesulitan dalam hubungan sedang mereka jalankan dan dirinya tidak tau sampai kapan kesulitan itu berhenti menyiksa mereka. Semoga ini yang terbaik dan pada hari ini ia berharap semuanya kembali seperti semula. Seperti hubungan mereka baik-baik saja.
ALI sayang Prilly.




###

Vote komen.
Thx

ILY[2/1] [Complate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang