Pagi menyapa dengan cepat, rasanya baru kemarin mereka sibuk dengan kegiatannya dan hari ini suara burung terlihat menyaut membangunkan orang yang masih terlelap. Prilly mengucek matanya menyesuaikan cahaya yang mulai masuk kedalam kornea matanya, ia sadar jika ia tadi malam ketiduran di ranjang Tya tapi ia sedikit merasa aneh saat ia tau jika ia berada di kamarnya dan juga Ali. Perutnya terasa berat seakan ada yang menindihnya, saat ia tau kalau itu tangan Ali suaminya sendiri. Prilly menghela nafasnya pelan sebelum ia melepaskan tangan Ali dari perutnya. Tapi gerakan tersebut malam membangunkan sang pemilik tangan.
"Jangan meranjak, tetap lah seperti ini" pinta Ali semakin mengeratkan pelukannya. Ia tidak mau kehilangan Prilly sedikit pun saat ini, ia merindukan istrinya entahlah rasa-rasanya ia sudah lama tidak seprti ini bersama Prilly. Istrinya itu hanya diam menatap langit-langit kamar mereka, tidak ada yang berbicara sedangkan Ali tetap dalam posisinya memeluk Prilly erat dengan kedua mata yang terpejam.
"Maaf" gumam Ali, Prilly menoleh tapi hanya serpihan detik ia kembali menatap lurus.
"Untuk?"
"Maafi aku udah bikin kamu marah, kesal dan"
"Siapa yang marah" potong Prilly, membuat Ali langsung membuka matanya. Ia tau jika istrinya itu tengah berbohong, tapi ini bukan waktunya untuk menggoda istrinya tapi ada satu hal yang harus ia katakan sebelum semuanya terlambat. Ali memeluk Prilly erat membuat jarak mereka terhapus, boong bila Prilly tak menginginkan ini ia malah sangat mendambakan jika Ali kembali seperti ini sebelum wanita entah siapa namanya itu datang menggangu hubungan mereka. Prilly membalas pelukan Ali kemarahannya menguap entah ke mana ia hanya ingin Ali selalu bersamanya selalu.
"Aku sayang kamu,please jangan pergi lagi. Aku tidak tau siapa wanita itu hanya saja aku mau kamu selalu disampingku, aku tidak perduli lagi dengan akan yang kamu lakukan kemari bersamanya aku cuman mau kamu disampingku menjaga anak-anak kita."
Ali diam, dia hanya ingin mendengar keluh kesal istrinya selama ini ,menjadi pendengar yang baik. "Kamu tau jika Tya melihat mu kemarin mungkin dia akan marah denganmu, tapi aku tidak mau membiarkan Tya membencimu karena aku mau anak-anak ku menyanyangi kedua orang tuanya. Aku sangat beruntung mendapatkan mereka terimakasih karena kamu lah aku mendapatkan dua malaikat itu." Prilly mendongak mengusap wajah Ali yang masih terlihat seperti awal mereka ketemu hanya saja sedikit ada keriput di bagian matanya.
"Aku sayang kamu"
"Aku sayang kamu" balas Ali memeluk istrinya, ini adalah hal yang tepat memberi tau akan hal itu ia tak ingin mengundur-ngundur waktu lagi.
"Jika kalau aku pergi meninggalkan kalian tolong maafin aku Sayang." Prillu menatap suaminya itu, sebuah sirna cahaya mengisi mata Ali. Ali sangat berbeda hari ini.
"Tetap lah menjadi ibu untuk mereka, tetap lah menjadi super hero mereka. Aku yakin kamu kuat menjalankan ini, tolong suatu hari nanti itu akan datang jangan pergi selangkah pun dari pelukan mereka. Kedua malaikatku ingin ibunya selalu disisi mereka saat itu, jangan menangis aku tidak ingin melihat mu menangis saat itu. Tetap lah bersama mereka, bisa kah kau berjanji denganku?" Prilly mengganguk, perkataan Ali membuatnya sedikit tidak mengerti tapi dirinya hanya bungkam. "Tetap lah bersama mereka awasi mereka sampai merek menemukan pasangan mereka, aku tidak bisa berjanji menjadi ayah yang baik untuk mereka menjadi suami yang siap siaga kapan pun kamu butuhkan. Tapi aku berjanji aku akan menjaga kalian dengan cara ku sendiri, aku sayang kamu aku cinta kamu"
"Emang kamu mau kemana?" tanya Prilly yang masih sedikit tidak mengerti dari selipan kalimat Ali di sana, ia merasa ada ganjalan dari perkataan itu tapi apa?"
"Aku tidak kemana-mana"
"Tapi kenapa kamu-"
Ali mencium sekilas bibir Prilly dan beranjak dari sana menuju sebuah lemari yang berdekatan dengan balkon kamar mereka, Prilly bisa melihat Ali mengambil sesuatu dari dalam sana. Prilly bangkit menghampiri suaminya itu memeluk lengan Ali.
"Itu apa?" Prilly bertanya, ia bisa melihat itu sebuah Map tapi ia tidak tau apa isinya. Ali memberikan map itu Prilly, dengan kening yang berkerut Prilly membukanya dan mendapatkan selembar kertas yang berisi nama rumah sakit di Paris. Prilly ingat dia pernah ke sana saat ia melihat Ali bersama seorang dokter tapi dia tidak tau tujuan Ali kesana.
Matanya menyapu isi kertas tersebut dan sepegal kata demi kata membuatnya terjatuh, lantai mamer yang dingin menusuk tulang kakinya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memastikan isi surat itu tapi kalimat itu tidak berubah saat ia beberapa kali berkedip, suaranya seakan menyangkut di tenggorokannya.
Ali tau reaksi istrinya ini, ia memeluk Prilly mengucapakan kalimat tenang untuk istrinya itu menguatkan istrinya dari fakta yang sebenarnya. Siapa yang tak terkejut saat mendapatkan kabar seperti itu. Prilly berani untuk menatap Ali yang tengah menatapnya, Prilly tidak menyangka akan apa yang terjadi dia tidak siap sangat tidak siap.
"In ini?" Prilly bertanya suara nya seakan tertelan bumi membuatnya kesulitan untuk berbicara."Ini data kesehatan aku sekarang, kamu bisa lihat disana aku terkena genjala anemia tepatnya kangker darah putih. Virus itu sudah menyebar seluruh tubuhku, aku udah masuk stadium dua. Aku sembunyiin ini dari kamu biar kamu nggk kepikiran tentang aku, aku cuman mau kamu mikiri anak-anak kita bukan aku. Mereka lebih membutuhkan kamu maafin aku udah membuat mu curiga atau kecewa. Wanita yang bersama ku semalam adalah dokter Arena dia yang selalu merawat ku selama kita di paris dia dokter ku Prilly, maafin aku yang udah sembunyiin ini dari kamu maafin aku." legah hanya itu yang bisa Ali rasakan dia suda jujur dengan istrinya tentang penyakitnya dan juga tentang hubungannya dengan Arena. Prilly mengelus wajah itu sekali lagi tersenyum kecil walaupun itu sangat sakit, bagimana orang yang ia cintai dan juga ia sayangi tengah menutupi sesuatu yang akan menjadi hidupnya. Bagimana ia menjadi tidak berguna seperti ini? Selama Ali bersamanya pria itu tidak memberikan tanda atau kesakitan, apa selama ini Ali menyembunyikannya? Dan dia? Dia sudah menjadi tidak berarti untuk Ali, bagaiman bisa dia tidak tau?.
"Maafin aku Ali maafin aku, maafin aku yang udah todak berguna untuk kamu maafin aku yang selama ini marah sama kamu maafin aku Ali. Maafin aku hiks" tangisan Prilly pecah dengan tenang Ali membawanya kedalam pelukannya ia tau ini sakit, sebenarnya dirinya lah yang harus minta maaf bukan istrinya dirinya lah telah membohonginya.
"Kamu tidak salah sayang, disini aku lah yang salah. Aku salah sudah menutupkan ini dari mu, tolong jangan memandang dirimu rendah ini salah aku maafin aku." tangisan Prilly semakin pilu,Ali tidak tau harus berbuat apa lagi. Hanya pelukannya lah yang bisa menenangkan hati istrinya itu, dari sisi yang berbeda dia sedikit merasa tenang akan kejujuran ini tapi bagimana pun Prillh harus menerima kepahitan yang sebenarnya.
Jujur Ali tak ingin Prilly memikirkan tentangnya hanya saja kecurigaan itu harus di hapuskan dengan Tuntas agar Prilly tidak salah paham lagi akan dirinya, dan kejujuran ini juga lah yang membuatnya takut jika kalau Prilly tak menyempatkan waktu untuk anak-anak mereka. Ini lah hidup.
Kehidupan terus berjalan beriringan dengan takdir, dari bagimana pun kehidupan memiliki hak nya. Kehidupan terus berputar sesuai rotasi begitu juga dengan takdir mereka berjalan dengan berdasarkan sesuatu yang sudah di tentukan, dan hanya waktu lah yang dapat mengetahui segalanya sampai dimana kehidupan dan takdir di pisahkan. Satu hal yang harus tau jika di kehidupan ini lah kita dapat menemukan arti kehidupan yang sebenarnya. Kehidupan bersama orang di kasihi.
##
Oke tinggal beberapa satu part lagi dan cerita ini ending. Huaaa...
Bagaimana dengan ini?Ya semoga memuaskan ya guys. Dan cerita ILy benar-benar tampat okeee.
See you bye bye.
KAMU SEDANG MEMBACA
ILY[2/1] [Complate]
Random[SEQOEL DARI : ILY1/ LENGKAP] Hati serapuh kue kering, Hati tidak akan bisa kembali utuh jika sudah pecah berkeping-keping. Sanggupkah Prilly menerima takdir hidupnya ?? Membesarkan kedua anaknya seperti harapan ayahnya dulu. Atau hidupnya a...