Maaf

2.3K 110 0
                                    

...

Ali berjalan keruang inap Tya yang sudah beberapa hari ini dirumah sakit, anak perempuannya itu baru saja sadar dari siumannya. Tangannya sibuk membawa pesanan Tya, suara Arsya terdengar dari luar membuatnya segera masuk melihat kegiatan anak-anaknya.

"Assalamualaikum papa datang"

"Papa" seruh Tya yang sibuk dengan jeruk yang ia kunyah.

"Anak papa lagi ngapain? Kayaknya seruh banget" Ali meletakan pesanan Tya di meja kecil disamping temapt tidurnya, sedangkan Arsya sibuk dengan games baru yang dia download. Ali melihat ke sekelilingnya, ternyata istrinya sibuk membereskan baju Tya. Dari beberapa hari ini ia dan Prilly belum percakapan sema sekali, rasanya ada yang kurang jika istrinya mendiamkan seperti ini dia tidak tau jelas akan kediaman istrinya itu.

"Papa mama kenapa sih? Kok nggk semangat banget, tadi aja Tya siuman mama cuman lihat Tya aja nggk ngomong apa-apa. Apa mama marah ya pa?" Ali mengelus pucuk kepala Tya dan memberikan senyuman yang tenang.

"Mama gpp kok sayang, paling entar lagi baikan kamu macem nggk tau mama aja. Mama itu lagi merajuk sama papa gara-gara nggk dibeliin es krim"

"Masa sih pa?" tanya Tya penasaran, tetapi Ali hanya mengganguk. Mengambil pesanan Tya ya apa lagi kalau bukan peralatan menggambar dengan susu rasa strawberry dan juga satu batang coklat.

Arsya sibuk dengan Gamenya, kini giliran Prilly menghampiri anak sulungnya yang sibuk dengan dunianya sendiri. "Bang ikut mama yuk"

"Kemana ma?" kini perhatian Arsya sepenuhnya ke mamanya itu, matanya menatap penuh sayang ke mamanya.

"Ke kantin, kamu belum makan kan?"

"Belum ma, Arsya laper banget"

"Yaudah yuk" kini mereka beranjak, suara Tya menginterupsi mereka.

"Mama mau kemana?"

"Mama sama abang ke kantin dulu, abang dari tadi belum makan. Gapap kan kalau mama tinggal bentar?" tanya Prilly, Tya mengganguk.

Kini Prilly dan Arsya berjalan beriringan, Arsya menggengam erat tangan Prilly takut nanti mamanya tiba-tiba kabur lagi dan berakhir dia tidak bisa melihat mamanya.

Anak laki-laki itu seakan mengerti permasalahan orang tuanya tetapi hanya saja ia menutup mulut engan memberi tanggapan atas 'kenapa mama sama papa berantam? Kenapa mama diamin papa?' anak laki-laki itu hanya tidak mau ikut campur lebih jauh urusan orang tuanya. Arsya kini hidup menjadi anak laki-laki yang sudah berpikiran remaja hanya saja sifat dan manja tidak akan pernah berubah.

"Ma peseni Arsya nasi goreng ya, sama teh manis hangat gulanya seperempat aja" Prilly mengernyit, ia emang belum memahami pertubuhan anaknya. Karena ia tinggal jauh dari mereka hanya saja ia masih bisa memahami akan keinginan anaknya dan ketidak inginkan anaknya.

"Kenapa seperempat?"

"Karena Arsya udah terlalu manis takutnya diabetes" gurau Arsya membuat Prilly terkiki geli, ah anaknya ini sudah besar saja.

"Oke"

Arsya kembali sibuk dengan dunianya sendiri sampai dimana matanya terus mengawasi lawan mainnya yang begitu licik dan curang.

"Ah yang benar saja!!" pekik Arsya begitu kencang membuat sebagian orang menatapnya, tetapi tatapan itu tidak membuat Arsya risih.

"Bang" kini Arsya sepenuhnya menoleh ke arah sampingnya, ternyata Ali sudah berdiri di sampingnya.

ILY[2/1] [Complate]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang