x

3.9K 568 84
                                    

Yoona berjalan dari sisi satu ke sisi yang lain dan menggigiti kukunya. Raut khawatir jelas terlihat dari wajahnya. Hyoyeon dan Yuri yang melihat adiknya seperti itu tidak tega, namun Yuri dan Hyoyeon tidak bisa berbuat apa-apa.

"Yoong. Tenanglah. Sehun akan baik-baik saja," Yuri mencoba untuk menenangkan Yoona.

"Tidak eonnie. Perut Sehun sangat sensitif. Apa ia kuat untuk tampil nanti?"

Hyoyeon menimpali, "Sehun bukanlah pria lemah, Yoong. Percayalah dia akan baik-baik saja."

Yoona mengalihkan perhatiannya pada ponsel yang bergetar ditangannya. Nama kekasihnya terpampang dengan sangat jelas di layar ponsel. Yoona berlari ke kamar meninggalkan Hyoyeon dan Yuri yang menatapnya bingung. Yoona itu memang terkadang tidak sopan dan seenaknya terhadap eonnienya. Tanpa menjawab perkataan Hyoyeon yang mencoba menenangkannya, memilih meninggalkan eonnienya untuk menjawab panggilan dari Sehun.

Yoona menggeser tanda hijau pada layar dan menempelkannya di telinga, "Hunnie? Kau baik-baik saja? Apa kau membawa obatmu? Apa yang kau makan di pesawat tadi? Apa perutmu sekarang sudah membaik?" Yoona memberikan pertanyaan yang begitu banyak pada Sehun. Bahkan Sehun saja belum menyapa Yoona, namun sudah ditimpali pertanyaan. Sehun memang sengaja menghubungi Yoona, karena ia tahu Yoona akan khawatir jika ia tidak menghubunginya.

"Slow down, babe. Tanyakan satu persatu dan bernafaslah saat berbicara."

Yoona menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya, "apa kau baik-baik saja?"

Sehun tersenyum diseberang sana, yang tidak akan diketahui oleh Yoona bahwa dirinya sedang tersenyum, "aku baik. Tenanglah. Aku membawa obatku."

Terdengar suara hembusan nafas lega yang berasal dari Yoona. Setidaknya Sehun sudah membaik, makan itu akan baik-baik saja. "Kita akan ke dokter setelah kau sampai disini."

"Tidak perlu, Yoong. Aku baik-baik saja," tolak Sehun.

"Kau ingin bermain dulu disana?"

"Tidak. Aku akan langsung kembali ke Korea. Jika para hyung memilih untuk main terlebih dahulu, aku akan kembali sendiri ke Korea. Lebih baik aku bermain denganmu diatas ranjang," goda Sehun.

"Sehun tetaplah Sehun. Walau perutmu sedang kambuh, kau masih bisa menggodaku. Akan ku anggap itu baik-baik saja."

"Sudah kubilang, bukan. Aku baik-baik saja," Sehun terkekeh pelan. "Ah, kau suka mawarnya?"

"Aku menyukainya. Kenapa kau tidak membangunkanku saat akan berangkat?"

"Maafkan aku karena tidak membelikan bunga kesukaanmu, Baby's Breathe."

"Kau sedang mengalihkan pembicaraan, Willis-oppa?"

"Karena melihatmu tertidur adalah ketenanganku. Melihat tawamu adalah bahagiaku. Melihat tangismu adalah lukaku. Melihat senyummu adalah semangatku. Kau berada disisiku adalah keajaiban untukku."

Yoona terdiam. Ia tidak tahu akan menjawab apa mendengar kata-kata Sehun. Sehun memang tidak membual seperti kebanyakan pria. Sehunnya kerap kali memanjatkan syukur kepada Tuhan karena telah menghadirkan Yoona disisinya. Terbukti saat mereka bersama ke gereja. Setelah Sehun berdoa untuk kesehatan orang-orang yang dia sayang, ia langsung menggenggam satu tangan Yoona dan mengepalkannya seperti memanjatkan terima kasihnya atas kehadiran Yoona.

"Kau masih disana, sayang?"

Yoona sadar dari lamunannya ketika Sehun berkali-kali memanggilnya dan menanyakan keberadaan dirinya. "Aku masih disini, Sehun."

sailing ✔Where stories live. Discover now