#1

373 31 0
                                    

Aku membuka mataku perlahan, tubuhku masih lemas karna tertimpa reruntuhan besi penyangga wahana Roller Coaster, sial sepertinya aku sudah pingsan hampir 5 jam lamanya.

Tunggu? Kemana Sarah? Bukankah dia ada di sampingku saat menaiki wahana Roller Coaster? Aku mencoba bangun walau tubuhku masih sangat lemas, Aku sudah tidak tahu kemana teman-temanku yang lain bahkan Sarah sekali pun aku tidak mengetahui keberadaan nya dimana. Fun Park sudah hancur lebur semua sudah rata dengan tanah. Tidak ada lagi tawa anak kecil yang sedang menaiki wahana, tidak ada lagi senyum ramah pedagang popcorn bahkan tidak ada lagi jeritan saat memasuki rumah hantu. Semua nya sudah lenyap, kecerian sudah di gantikan oleh kesunyian dari mayat-mayat sepanjang jalan.

Aku mencoba mencari sebuah kedai roti dan tentunya obat-obatan untuk menyembuhkan lukaku akibat tertimpa reruntuhan besi, aku berjalan melewati wahana Tornado yang sudah tidak berbentuk, masih teringat jelas di ingatanku Wendy begitu bersemangat untuk menaiki wahana Tornado sampai mengajak Andrew dan Trian untuk bertaruhan menaiki wahana itu. Sial air mataku mengalir begitu saja saat mengingat teman-temanku yang sudah menghilang. Tunggu? Ada sebuah cahaya? Apa itu teman-temanku?

Who’s that?” kataku sambil berjalan mendekat
Somebody here? Please help me
Aku mencoba mendekat dan benar saja ternyata itu Wendy
“Wendy!” aku langsung membantu Wendy berdiri
“David? Itu lo?”
“Iya ini gue, tenang Wen lo jangan bergerak”

Posisi Wendy saat ini tertindih oleh bangku-bangku Tornado yang sudah lepas dan kepala nya tertimpa beberapa batu bata. Seperti nya punggung Wendy mengalami cedera yang serius. Setelah hampir 15 menit lamanya kini Wendy sudah terlepas dari bangku Tornado dan Wendy
langsung memeluk aku.

“Dav..untung ada lo gue takut banget”
air mata Wendy tidak dapat di tahan lagi langsung mengalir begitu saja
“Andrew sama Trian mana Wen?”
“Andrew belum sempet naik Tornado karna dia ketoilet dan Trian udah meninggal Dav”

tangis Wendy kini menjadi pecah
Aku mencoba menenangkan Wendy dengan mempererat pelukan aku bisa merasakan apa yang Wendy rasakan. Kini anggota Hyper Squad sudah berkurang satu.

“Sekarang kita harus tenang ya Wen kita cari temen kita yang lain. Ayo kita cari tempat yang aman sampai besok pagi”

Aku dan Wendy meninggalkan area Tornado dan berjalan mencari makanan yang masih bisa di makan, kini aku dan Wendy sudah berhenti di depan mesin otomatis air minum. Banyak minuman yang tergeletak begitu saja karna tertimpa pohon besar yang berada tepat di belakang
mesin minuman itu. Aku langsung memasukkan nya kedalam ransel yang entah milik siapa agar aku mempunyai beberapa stok air bersih.

“Punggung lo masih sakit gak Wen?” tanyaku kepada Wendy
“Udah lebih baik kok Dav kenapa?”
Aku memberikan ransel yang ukuran nya tidak terlalu besar kepada Wendy untuk memasukan barang-barang yang masih bisa di gunakan.
“Lo pake Ransel ini ya Wen buat bawa obat-obatan, biar gue bawa ransel yang gede buat bawa roti dan air. Gue yakin teman-teman kita masih banyak yang selamat disana”
“Tapi ini punya siapa Dav?”
“Gue juga gatau Wen yang penting kita masih bisa bawa barang yang berguna, handphone lo masih nyala kan?”

Wendy mengambil handphone nya di saku celana dan menunjukan nya kepada ku.

“Percuma Dav gak ada sinyal”
Handphone gue juga gak ada sinyal tapi gapapa masih bisa kita pake buat senter”
“Terus sekarang kita mau kemana?”
“Kita coba jalan ke area Bianglala”

Dengan sangat pelan-pelan aku dan Wendy berjalan menuju wahana Bianglala, sama saja seperti Tornado kini Bianglala sudah tidak berbentuk. Ku amati sekeliling area Bianglala seperti ada yang jangkal, seperti ada seseorang yang sedang memperhatikan ku.

“Hallo?” kataku dengan kencang
“Siapapun tolong bantuin gue”

Aku dan Wendy mendekati sumber suara tersebut dan benar saja Juno tertindih batang pohon yang cukup besar hampir menutupi separuh tubuhnya.

“Dav..Wen..bantuin gue singkirin batang pohon ini”
Dengan sisa tenaga aku dan Wendy berusaha menganggat batang pohon yang cukup besar supaya tubuh Juno terlepas, namun tidak semudah yang kubayangkan batang pohon terlalu besar untuk diangkat kami berdua.
“Jun tunggu sebentar gue cari alat dulu, Wendy jagain Juno ya”

Aku langsung berlari untuk mencari alat pemotong kayu, saat aku berhenti di sebuah bagunan dekat danau buatan bertapa terkejutnya saat Randy tiba-tiba muncul dari sebrang danau.

“Randyyy” aku berteriak sekencangnya
“Dav…David?”
Randy langsung berlari kearahku dengan nafas yang terengah-engah
“Randy lo harus bantuin gue cari alat pemotong kayu”
“Buat apa? Kita harus selamatin Salsha dulu Dav”

“Salsha? Dimana dia?”
“Dia di area istana boneka Dav”
“Sekarang bantu gue cari gergaji atau apalah, Juno tertindih pohon di area Bianglala disana juga ada Wendy baru kita selamatin Salsha”
“Oke tadi gue liat ada gudang penyimpanan alat-alat”

Aku dan Randy berlari kearah gudang, tidak memperdulikan mayat-mayat yang tergeletak begitu saja. Yang penting teman-temanku selamat.

“David..Randy buru Juno mulai pingsan”
Air mata Wendy sudah tidak dapat tertahan lagi melihat tubuh Juno yang mulai kehilangan kesadaran. Aku langsung menyalakan mesin pemotong pohon dan memotong pohon yang menimpa tubuh Juno. Butuh waktu 10 menit untuk memotong bagian pohon yang besar itu.

“Juno please lo pasti kuat” suara Wendy terdengar lirih
“Dav gue udah gak kuat”
“bentar lagi selesai Jun”

Kini batang pohon yang besar sudah tersingkir dari tubuh Juno tetapi kondisi tubuh Juno semakin melemah.
“Wen lo tunggu sini ya jagain Juno dia butuh istirahat sebentar, gue sama Randy mau nyelamatin Salsha”
“Tapi Dav?”
“Percaya sama gue kalo semua bakalan baik-baik aja”

Aku berlari dengan sisa tenaga menyusuri reruntuhan bangunan menuju ke wahana istana boneka, saat sudah di depan istana boneka aku baru ingat kalau di dalam penuh air dan gelap. Bahkan rute istana boneka yang sangat panjang cukup sulit untuk menyelamatkan Salsha.

Tanpa fikir panjang aku dan Randy langsung berenang menyusuri rute istana boneka, di dalam terlihat sangat tidak beraturan, boneka-boneka di dalam sudah berjatuhan bahkan mengambang di atas air.

“Salshaaaa” teriakku dan Randy
“Tolongg, dingin” terdengar suara samar-samar

Cukup sulit untuk mencari Salsha karna boneka-boneka yang banyak sekali sampai tidak terhitung jumlahnya di tambah suasana yang cukup gelap dan serpihan kayu-kayu akibat benturan keras dengan dinding.

“Salshaaa” Randy berhasil mendapatkan Salsha
Tubuh Salsha membeku karna kedinginan, bibirnya terlihat sangat biru dan muka nya sangat pucat.

“Sal lo masih kuat jalan kan?”
“Bi…bisa kok” suara Salsha terdengar terbata-bata

Kami berusaha keluar dari dalam istana boneka namun tiba-tiba suara raungan dengan sangat keras terdengar sekali hingga membuat kami menjadi panik.

“Su..suara apa itu?”
“Gue gak tau yang jelas kita harus cepet-cepet keluar dari sini”
Dengan sigap kami melewati genangan air yang cukup dalam supaya cepat keluar dari dalam area istana boneka, suara raungan itu kini terdengar kembali bahkan menghalangi kami keluar saat sudah di depan pintu.

“Itu..apa?”

Tubuhnya yang besar, memiliki bulu berwarna hitam dan coklat di sekujur tubuh serta muka yang sangat menyeramkan sedang memperhatikan kami dari atas pintu. Kami langsung berlari meninggalkan area istana boneka, raungan nya masih terdengar tetapi tidak mengejar kami hingga keluar.

“Anjir itu tadi apaan?” kataku dengan nafas terengah-engah
“Gue gak tau yang pasti kita dalam keadaan bahaya”

Aku, Randy dan Salsha menghampiri Wendy dan Juno yang sudah mulai tersadar. Untung saja Randy sempat membawa obat-obatan yang dia temukan di area kesehatan Fun Park.

“Ranz dan Lily udah meninggal tapi Sandra sempat mencari bantuan”Juno mulai bercerita
“Terus sekarang kemana Sandra?”
“Yang jelas dia lari kearah Selatan setelah itu gue gak inget apa-apa lagi”

Sandra masih hidup? Bagaimana dengan Sarah? Lalu makhluk apa yang kulihat di area istana boneka?

Scary ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang