#7

178 22 0
                                    

Kalian tahu kan bagian tersedih dari kehidupan adalah merelakan seseorang pergi untuk selamanya? Inilah yang kami rasakan sekarang. Melihat Jeje yang terbujur kaku karena ulah Ogress, bahkan sampai detik ini Nichol masih saja memeluk erat tubuh Jeje dengan sangat erat.

Tangis mereka pecah saat aku, Nichol dan Jeje datang menghampiri mereka. Semua masih tidak percaya kalau Jeje pergi secepat ini. Bahkan Sandra tanpa sungkan langsung memeluk tubuh Jeje walau tubuhnya masih berada di pundak Nichol.

"Jejeeee please bangun Je"

Ya, hari ini sahabat kami bagian dari Hyper Squad telah pergi untuk selamanya. Yang kami kira sebelumnya akan berhasil keluar dengan selamat tapi nyatanya kami justru kehilangan satu sahabat kami yang paling ceria.

"Bersihin dulu biar gak ada darahnya" ucap Randy

Pagi ini kami sudah menyiapkan pemakaman seadanya untuk Jeje, setelah menggali tanah yang cukup dalam serta mengumpulkan beberapa bunga segar kami berkumpul di dekat tubuh Jeje sambil membersihkan tubuhnya.

"Sudah selesai."

Entahlah, pagi ini cukup mendung, gemuruh petir juga sudah terdengar dari saat Juno dan Nichol menggali tanah. Sepertinya alam juga bersedih saat manusia yang paling ceria seperti Jeje harus pergi secepat ini.

Kini Nichol dan Randy sudah berada di dalam galian tanah untuk menopang tubuh Jeje. Sementara aku dan Juno berada di atas untuk mendorong tanah ke bawah. Jeje sudah berbaring di atas tanah, senyum nya yang khas menghiasi muka pucat nya. Nichol belum juga naik ke atas, masih berada di bawah sambil menahan air matanya agar tidak jatuh membasahi wajah Jeje.

"Istirahat yang tenang ya Je, gue bakalan kangen sama lo. Gue sayang banget sama lo Je, sering-sering mampir ke mimpi gue ya." Ucap Nichol sambil mencium kening Jeje.

Perlahan tanah mulai menutupi sebagian tubuh Jeje sampai akhirnya tubuh Jeje sudah terkubur dengan tanah. Sandra, Wendy, Andrew, dan Salsha menaburi makam Jeje dengan bunga-bunga segar di sekitar bukit. Oh ya, kami semua sudah berhasil keluar dari zona Fun Park. Setelah satu minggu lamanya kini kesempatan kami untuk kembali semakin besar. Kami mengubur tubuh Jeje di bawah pohon rindang yang sangat teduh, ya kami sengaja mengubur Jeje di bawah pohon yang teduh karna permintaan Nichol.

"Nich udah jangan sedih terus."
"Gue masih gak nyangka Jeje pergi secepat ini. Clara, Jeje udah ninggalin gue, habis ini siapa lagi Wen?" lirih Nichol
Wendy memeluk tubuh Nichol sambil mencoba menenangkan Nichol, ya Nichol sangat rapuh karna kepergian Jeje dan Clara. Dua orang yang mereka sayangi pergi begitu saja karna liburan sialan ini.

"Nich, Wen kita harus bergegas ke atas bukit untuk minta pertolongan."
"Sebentar lagi Dav gue mau pamit dulu sama Jeje."

Gemuruh petir semakin jelas terdengar, sepertinya hari ini akan turun hujan dengan sangat deras. Nichol masih duduk di dekat pusaran makam Jeje memejamkan mata sejenak lalu berkata.

"Je gue pamit dulu ya, maaf gue gak bisa ajak lo. Yang tenang ya Je, jagain Clara disana buat gue ya." Nichol pun bangkit menjauh dan menghampiri kami yang sudah siap untuk menyusuri bukit.

Kami pun mulai berjalan masuk ke dalam bukit, sebenarnya lebih baik di sebut sebagai hutan pinus. Matahari kurang mendukung kami melakukan perjalan hari ini, karna sedari tadi rintik hujan serta angin yang lebih menemani kami menyusuri hutan pinus yang sangat luas ini. Karna terlalu bersemangat berjalan sampai Wendy mengabaikan perut nya yang sedang sakit, sampai akhirnya Wendy meringis kesakitan karna perutnya yang semakin terasa sakit.

"Duh perut gue sakit nih." ringis Wendy sambil memegang perutnya
"Bentar Wen biar gue cari tanaman yang bisa di jadiin obat."

Wendy mengangguk pasrah sambil berusaha menahan sakit perutnya. Aku, Randy dan Andrew mulai menyusuri ke dalam hutan pinus ini sambil mencari-cari tanaman yang bisa di jadikan untuk obat. Jalanan tanah yang tergenang air menyulitkan kami untuk mencari tanaman obat dan memilih untuk beristirahat sejenak.

"Daviiiid."

Aku menoleh saat seseorang menyebut namaku, suara nya terdengar sangat samar karna terbagi dua oleh suara rintikan hujan.

"Ran, Ndrew lo denger suara orang manggil nama gue gak?" tanyaku penasaran.

Andrew hanya menggeleng sambil menyeritkan dahi. "Halusinasi lo aja kali itu Dav, dari tadi gue cuma denger suara hujan."

"Daviiiiid." aku kembali menoleh dan mencari pandangan kepada sumber suara.

"Dav please jangan buat gue takut deh."
"Serius Ran udah dua kali nih gue denger suaranya."
"Udah-udah dari pada terus gini mending kita cari lagi obat buat Wendy, kasihan dia udah kesakitan banget."

Kami pun bangkit dan berjalan kembali menerjang genangan air. Sampailah kami di semak-semak dekat aliran air sungai dan memetik tanaman obat yang entah apa aku tidak ketahui namanya, kata Randy tanaman ini bisa meredakan nyeri di perut.

Kreeeek

Kami bertiga langsung menoleh kearah sumber suara, kali ini sangat jelas suaranya sampai kami bertiga menoleh secara bersamaan.

"I..itu suara apa?"

Kreeeek

Lagi-lagi sangat jelas suara injakan ranting kayu yang terdengar tidak jauh dari tempat kami berdiri. Dan benar saja ada tiga anak Ogress sedang menatap kami dengan sangat tajam. Tunggu, anak Ogress di siang hari seperti ini? Bukankah mereka takut dengan cahaya matahari? Apa mungkin..

"Dav.." Andrew menepuk pundak ku
"Kenapa ada Ogress siang-siang gini?"
"Gue gak tahu yang pasti kita harus buru-buru lari dan pergi secepatnya."

Kami bertiga pun langsung berlari meninggalkan anak Ogress yang mulai mendekati kami, sungguh sangat mengerikan bertemu Ogress di saat seperti ini. Kami berhenti saat di rasa sudah cukup jauh dari anak Ogress, mengatur nafas agar tidak terengah-engah. Lagi-lagi pandanganku beralih kepada seseorang seperti yang ku kenal sedang berdiri tidak jauh dari tempat kami berhenti. Seseorang itu seperti sedang melambaikan tangan dan tersenyum ke arahku.

"Daviiiiid."

Aku berjalan meninggalkan teman-temanku yang masih mengatur nafas, menghampiri seseorang yang sedang tersenyum kearahku.

"Dav lo mau kemana?" teriak Andrew
"Kalian duluan aja kesana, gue mau ketemu seseorang."
"What? Siapa? Dav jangan buat kami takut."

Aku tidak memperdulikan ucapan Randy dan Andrew malah terus berjalan menghampiri seseorang itu. Ya, seseorang yang sedang berdiri di dekat pohon seperti Sarah. Aku mendekat dan terus mendekat tetapi anehnya seseorang itu malah terus berjalan jauh ke dalam hutan pinus.

"Saraaah? Itu kamu kan? Aku kangeeen." teriakku

Hening, tidak ada jawaban malah yang terdengar hanya kicauan burung dan suara aliran sungai. Semakin dalam aku berjalan justru semakin hilang seseorang itu pergi. Sampai akhirnya aku tersadar aku sedang berdiri di tengah-tengah anjing hutan yang sedang mengamatiku seperti sedang ingin menyantapku.




Hollaaaa!!! Akhirnya aku update juga nih🙋 jangan lupa vote dan comment ya readers💗

Selamat membaca✨

Scary ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang