#3

278 36 3
                                    

Dengan pencahayaan seadanya kami mulai menyusuri area Hysteria untuk mencari Clara, Nichol dan Jeje. Awalnya kami ingin melakukan pencarian siang hari namun hujan deras mengguyur hampir seharian serta demam Salsha yang kembali mengigil membuat kami harus berdiam diri di dalam restoran itu.

“Nichol…Clara..Jeje”

Tidak ada jawaban dari mereka hanya suara desiran angin yang kami dengar.

“Apa jangan-jangan mereka udah meninggal?” tanya Randy yang mulai gelisah.

“jangan ngomong gitu Ran” jawabku.

Area Hyteria yang sudah hancur lebur serta beberapa genangan air membuat kami menjadi sulit melakukan pencarian, terlebih lagi aroma bangkai mayat yang tercium dengan sangat jelas.

“Nich lo dimana” Suara Sandra yang sudah terdengar lirih

Kulihat air mata Sandra sudah membasahi pipinya, sepertinya Sandra sangat kehilangan Nichol.
Cahaya dari senter aku sorotkan hingga bagian-bagian yang dalam dengan harapan menemukan salah satu dari mereka, hingga harapanku berbuah manis aku melihat Jeje dengan keadaan yang sangat tidak stabil. Tubuhnya pucat bahkan nyaris sama dengan mayat-mayat yang sudah membusuk.

“Jeje…” teriakku dari kejauhan
“Dav? Itu lo kan?” Suara Jeje yang terdengar lemah

Aku dan Randy berusaha mengangkat tubuh Jeje yang tertumpuk dengan tubuh-tubuh mayat itu. Jeje terlihat lemas, kaki kirinya mengalami memar yang sangat parah.

“Tolongin gue, gue takut. Ada makhluk aneh disini”

Randy memegang lengan Jeje sementara aku di bantu dengan Wendy mencoba menyingkirkan
benda yang menghalangi tubuh Jeje.
Sial, sebuah ular berwarna hitam pekat melilit di bagian kaki kanan Jeje.

“Dav itu ada ular!” Wendy terlihat sangat panik

Ular itu masih saja terus melilit kaki kanan Jeje dengan cepat aku langsung memukulnya dengan balok kayu.

“Kita harus segera keluar dari sini”

Setelah ularnya mulai tidak bergerak dengan cepat aku membawa Jeje keluar dari dalam.

“Je gue coba pukul kaki kiri lo ya, kalo sakit bilang” kata Randy dengan yakin Randy mulai memukul kaki Jeje dengan sekuat tenaga namun anehnya Jeje hanya diam seperti
tidak merasakan apa-apa.

“Gak sakit Ran malah gak kerasa apa-apa” Randy menghela napas panjang

“Kaki kiri lo harus di amputasi Je”

Kami semua membulatkan mata hampir bersamaan, sementara Jeje yang tidak terima dengan ucapan Randy justru tersenyum dengan sangat sinis.

“Lo jangan sok tau Ran! Lo belum jadi dokter, gak mungkin kaki kiri gue harus di amputasi” Jeje tertawa dengan sangat kencang

“kalo kaya gini gak ada guna kalian nolongin gue, mending gue mati aja nyusul Clara”
Air mata Jeje tidak dapat tertahan lagi. Kini Jeje hanya diam sambil memukul-mukul kaki kirinya.

“Tuh gue pukul-pukul emang gak sakit, gue kuat ya kan Dav?” Tangis Jeje kini menjadi semua
“Udah Je udah gak ada guna nya lo nyesel sekarang!” Sandra mencoba menenangkan Jeje

“udahlah kalian tinggalin gue aja disini, gue mau nyusul Clara ke surga”
Seperti tidak ada harapan untuk hidup Jeje terus menyesali semuanya.

Aku berusaha supaya Jeje bisa menerima keadaan namun sebuah bayangan dari belakang seperti sedang memperhatikan kami semua.

“Ssstt…” aku memberi aba-aba kepada semua
“Kenapa Dav?” bisik Juno
“di belakang..”

Raungan dari Ogress mulai terdengar bahkan lebih kencang dari sebelumnya, sepertinya Ogress
bertambah banyak.

Scary ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang