Aidan pov
Memandang Alinka dalam pelukanku, membuatku sangat bahagia, pernyataan cintaku semalam membuatku sangat lega, seharusnya aku menyatakan cintaku sejak dulu pada Alinka, dan malam pertama kami tidak perlu tertunda selama sebulan. Karena kesombongan dan keegoisanku, aku membuat Alinka menanti galau dalam perasaannya.
Cahaya lampu yang mengintip dari tirai kamar yang belum ditutup semalam, menerangi tubuh telanjang Alinka dalam pelukanku, meski cahayanya remang, aku dapat melihat jelas stempel kepemilikanku dileher dan payudara Alinka. Rasanya sangat puas, jadi yang pertama untuk Alinka, masih terbayang bagaimana tubuh Alinka yang menggelinjang dibawah tubuhku, dan terngiang jelas erangannya saat mencapai orgasme. Hmm gairahku kembali bangkit, ingin rasanya mendengar kembali desahan dan rintihan Alinka saat ku cumbu. Ku remas dengan lembut payudara Alinka, meski tubuhnya kurus, payudaranya sangat montok, tanganku yang lebarpun tak mampu menggenggam penuh payudaranya. Ku geser tubuhku sehingga berada diatas tubuhnya, kujejalkan putingnya yang masih berwarna pink kemulutku, ku hisap lembut, sambil kumainkan dengam lidahku, perlahan mata Alinka terbuka, "Sir...ouuch siir.." desahannya melecut gairahku, kukulum bibirnya, sementara kedua telapak tanganku sibuk meremas remas payudara kenyalnya, bibirnya mulai mahir membalas ciumanku, bahkan ia mulai pintar memainkan lidahnya, damn.. mungkin bermain sedikit kasar tidak apa, kurasakan kakinya melingkar dipahaku, kewanitaannya menyentuh pahaku... Basah.. tampaknya ia ingin segera dipuaskan, hmm kuluncurkan jariku keatas klitnya namun sedikit sekali jariku yang menyentuh, aku berusaha memainkan jariku disana, aku sudah hafal letak g spotnya, kusentuh pelan dan sekejap sekejap,"Siir.. ouch.. eghh..please.. please." Tubuh Alinka meliuk liuk menahan gelombang gairahnya, tangannya mencengkram bahuku, kukunya menancap dikulitku, terasa perih, tapi mungkin aku gila, rasa perih itu membuat gairahku terlecut makin kencang,"what do you want babe?" Bisikku ditelinganya, seraya kujilati dan kugigit lembut daun telinganya, nafas Alinka memburu..,"I want you sir...please sir.." tangannya meraih pinggulku, mengelus dan meremas. Hmm ku balikan tubuh Alinka, ku ciumi punggunya, kembali desahannya terdengar, kuangkat bokongnya, sehingga Alinka bertumpu pada telapak tangan dan lututnya, ku mainkan jariku di klitnya, dan perlahan kuusap liang cintanya, ku masukan telunjukku disana, sementara jempolku terus mengelus klitnya, aku rasakan Alinka akan mendapat orgasmenya, kuhentikan gerakanku, Alinka menoleh hendak memprotes, kubungkam mulutnya dengan mulutku, dengan tiba2 ku hujamkan kejantananku kelubang cintanya yang sudah basah, dinding vaginanya segera mencengkram kejantananku, aku merasa hampir meledak, aku menahan, aku diamkan sejenak, dan perlahan mulai kupompa liang cintanya, rintihan nikmat Alinka terdengar jelas dikamar ini, ooh wanitaku yang lugu sudah berubah menjadi liar, kuremas remas payudaranya, tubuhnya mengejang, gelombang kenikmatan menyergapnya, kupercepat gerakanku, hingga aku menyusulnya dalam puncak kenikmatan. Tubuhnya ambruk setelah kusemburkan cairan cintaku ke rahimnya. Tubuh kami berkeringat, kami tidur berdampingan dalam diam meredakan nafas kami yang memburu.
Ku elus rambutnya, matanya terpejam, namun bibirnya menyunggingkan senyum, wajahnya memantulkan kepuasan, ku raih kepalanya kukecup pelan keningnya.
"I love you dear.." rasanya tak ada lagi keraguan saat mengucapkannya, Alinka mengangkat wajahnya, tersenyum padaku, wajahnya bagaikan dewi yang sangat cantik, ia mengecup dadaku pelan, jarinya mengelus perlahan bulu bulu didadaku, gairahku bangkit lagi, kutangkap jarinya kubawa kebibirku, aku rasa Alinka belum siap dengan ronde selanjutnya.
Alinka tersipu malu, kuangkat dagunya, matanya terpejam, bibirnya terbuka, menanti sebuah kecupan. Ku kecup lembut bibirnya, detik berikutnya bibir Alinka malah melumat bibirku. Rupanya wanitaku cepat belajar, aku tidak berusaha menahan gairahku lagi, kukulum bibirnya dengan gairah yang meletup letup, tubuh Alinka bergerak naik keatas tubuhku, jari jarinya mengelus dan meremas dadaku, ku posisikan tubuhnya sehingga kejantananku siap memasuki liang cintanya, ciuman Alinka semakin mengila, ia bahkan berani mencium leher dan mengigit kecil dadaku, dengan tak sabar ku masukan kejantananku ke liang cintanya, Alinka menaruh kedua telapak tangannya dipahaku, rambut panjangnya terurai bergerak seirama dengan guncangan payudaranya saat gerakan tubuhnya menikmati kejantananku didalamnya. Kupandang wajahnya yang berbalut gairah, matanya yang terpejam, bibirnya mendesah desah nikmat, ku remas remas payudaranya, kucubit dan kuplintir putingnya, gerakannya semakin menggila, ooh wanitaku bergerak sangat liar sekarang, aku lihat dia akan segera mencapai klimaks, segera kubalikan tubuhnya sehingga berada dibawahku, ku percepat gerakanku secepat mungkin, hingga akhirnya kami mencapai klimaks bersamaan.
Kami terhempas dalam kenikmatan yang dalam. Kukecup keningnya, lalu kubaringkan tubuhku disampingnya, "Linka, kau sangat hebat."
Dia tersenyum, matanya memandang sayu padaku, kemudian perlahan tertutup dan tak lama kurasakan dia pun tertidur. Akupun segera menyusulnya ke alam mimpi...Bunyi dering ponsellah yang membangunkanku, nama Sanders muncul dilayarku, " Ya.. kenapa." Jawabku ketus, aku benar benar tak mau diganggu hari ini terutama olehnya.
"Aku mau bicara dengan Alinka, ponselnya tidak aktif." Sanders menjawab dengan ketus pula.
Hmmm mau apa bajingan itu pagi pagi mencari istriku.
"Istriku masih tidur, tampaknya dia sangat kelelahan." Sengaja kutekankan kata istriku pada Sanders.
"Sejak kapan jadi istrimu haah... Alinka akan membencimu kalo tau siapa kau sebenarnya." Jawab Sanders sambil terkekeh culas.
"Bukan urusanmu, jangan hubungi istriku lagi." Aku bersiap akan menutup telepon ketika Alinka membuka matanya.
"Siapa? Sanders? Boleh aku bicara?" Alinka mengulurkan tangannya ke ponselku, mau tak mau aku ulurkan.
"Hallo Sanders... Iya ini aku.." suara Alinka menjawab lembut.
Rasa cemburu dan khawatir merayapi hatiku, hmm kata kata Sanders mengingatkanku untuk cepat cepat menghamili Alinka, sebelum berkata jujur tentang banyak hal divalik hubungan kami. Segera kutangkap tubuh Alinka yang akan bergerak bangkit menjawab telepon Sanders, kuciumi lehernya, payudaranya kugoda dengan remasan lembut. Mata Alinka terpejam, tampaknya godaanku berhasil membuat konsentrasinya buyar.
"Sanders, sepertinya aku harus meneleponmu lagi nanti, bye" Alinka menutup teleponnya, langsung kusambar dan kumatikan teleponku dengan sebelah tanganku, tanganku satunya tidak kulepaskan dari payudaranya.
"Mau apa bajingan sialan itu meneleponmu pagi pagi begini babe?" Aku berbisik di telingannya
Alinka hanya menjawab dengan gumanan tak jelas, bibirnya mencari bibirku, kami berciuman lebih dalam, tangannya terulur keleherku, naik kerambutku, meremas remasnya, gairahnya kembali memuncak.Tok tok... Sialan, siapa lagi ini.. menggangu sekali, tok tok... Brengsek, Alinka melepaskan bibirnya, matanya masih berbalut gairah memandangku bingung. Tok. Tok.. aku memakai boxerku, dan menyambar kimonoku. Kulihat Alinka menyembunyikan tubuh telanjangnya dibalik selimut.
Kubuka pintu, kusiapkan makian kepada siapapun yang berada di depan pintu, namun ketika melihat siapa yang didepan pintu aku menarik semua makian yang sudah diujung lidahku..Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love for Alinka (End)
Kısa HikayeThis short story contains 21+, those who underage please don't read it "Sir.." suaranya yang hampir seperti desahan, membangkitkan gairahku, ya aku setengah mati harus menahan diri setiapkali dia memanggilku dengan Sir.. dengan suaranya yang setenga...