(25)

75.6K 4.9K 93
                                    

"Gi, dengerin aku, aku beneran berterima kasih tapi maaf aku gak bisa ngebales rasa kamu, aku udah nikah Gi dan mas Affan itu bukan mas aku tapi dia suami aku, apa itu menjawab semua pertanyaan kamu?"

Hagi terhentak diam didepan kami semua sekarang, jujur aku gak tega melihatnya, bukan gak tega karena aku masih mengharapkan Hagi, tetapi bagaimanapun Hagi pernah mingisi setiap do'a disepertiga malamku dan aku mengerti bagaimana rasanya menerima kenyataan kalau cinta yang kita miliki itu tidak terbalaskan

"Hagi, maafin aku, kita masih bisa berteman dan aku do'ain Allah akan menjadikan Hagi seorang imam yang baik untuk seorang gadis yang lebih baik pula nantinya, Hagi lelaki yang baik jadi jangan membuat Nayya berubah pandangan dengan sikap Hagi yang kaya gini"

"Maafin aku juga Nay, aku selalu mikirnya ini cuma alesan kamu untuk nolak aku, maafkan aku yang sudah bersikap bodoh dengan terus memaksakan perasaanku sama kamu, selamat untuk pernikahan kalian dan sekali lagi maafkan aku"

Aku tersenyum lega untuk jawaban Hagi, lelaki yang baik adalah untuk perempuan yang baik dan aku percaya itu,

Tapi apakah mereka yang tidak baik tidak pantas mengharapkan seseorang pendamping yang baik? Yang bisa membimbingnya berubah menjadi pribadi yang lebih baik, bukan seperti itu, kalau memang seseorang pada awalnya tidak baik dan kelak seseorang itu berjodoh dengan orang yang baik, maka insyaallah dengan izin Allah mereka berdua akan berakhir menjadi orang yang lebih baik. Saling membimbing satu sama lain.

"Tidak papa Hagi, maaf juga Nayya sudah mengecewakan" balasku sedikit menunduk.

"Nah udahkan ribut-ributnya, mending sekarang kita makan? Mie aku udah ngembang ini" ucap Icha pura-pura terlihat kesal.

"Makan saja yang dirimu tahu wahai Ichaku" ayo tebak siapa yang ngejawab barusan? Mas Affif orangnya.

"Sorry, saya menolak keras dikasih lebel kepemilikan oleh anda" dan kita semua udah pada nyengir gak jelas.
Selesai makan, kita semua pada bubar nguber dosen masing-masing untuk konsul, ada yang disuruh tunggu di ruangannya, ada yang disuruh nemuin ke warung kopi, ada juga yang di PHP-in dan tak memberikan kabar yang pasti, ini semua adalah serba serbi para pejuang skripsi.

Wejangan penyemangat yang ada di grup letting aku adalah, "lulus itu gak harus cepat tapi lulus itu diwaktu yang tepat" penyemangat doang itu, intinya skripsi masih belum kelar.

"Tok tok tok assalamualaikum" ucapku sebelum masuk ke ruangan dosen pembimbing aku sekarang.

"Wa'alaikum salam, masuk Nay" wih aku ngerasa heran juga ya kenapa pak Layreza bisa inget nama aku kaya gitu, padahal mahasiswi yang bimbingan sama Pak Layreza gak aku aja.

"Jangan heran, nama panggilan kamu sama dengan nama panggilan istri saya, Nayya" wih bisa baca fikiran ni si Bapak, tahu gitu ya Pak apa yang lagi aku fikirin.

"Oh iya Pak, salam untuk istrinya" balasku sok akrab dikit gak papa ya, biar bimbingan skripsi lancar.

"Insyaallah nanti saya sampaikan, mau konsul sekarang?" aku mengangguk dan memberikan skripsi yang sudah selesai aku revisi kemarin.

Selama bimbingan aku sempat mikir, ini Pak Layreza udah nikah tapi Buk Kristal masih nguber-nguber gitu, emang istri Pak Layreza gak risih apa? Yang jadi istri Pak Layreza kayanya kudu punya stok kesabaran yang luas kalau punya suami modelan Pak Layreza gini, yang ngejer banyak.

"Nayya, boleh saya tanya? Apa kamu mengerjakan skripsi ini sendiri?" dapet pertanyaan kaya gini lumayan syok gitu kan?

"Kenapa ya Pak, saya ngerjain skripsi dapet bantuan dari mas sama suami saya juga sih Pak, ada yang salah ya Pak?"

"Bukan begitu, tapi penulisnya sudah sangat rapi" owh alhamdulillah ucapku dalam hati, kirain kenapa gitu kan? Setelah selesai bimbingan, aku keluar ruangan Pak Layreza dan udah ada Buk Kristal yang natap sinis ke arah aku, aku menunduk sedikit untuk menghormati dosen dan berlalu gitu aja, gak mau lama-lama auranya gak enak.

"Dek, pulang sama siapa? Suami kamu jemput gak?" tanya mas Affif keliatan masih sedikit kesal sama mas Affannya.

"Sama mas aja ya, mas Affan masih dikantor"

"Owh yaudah, ayo" aku pamit sama Icha dan Uty untuk pulang duluan, sampai di rumah mas Affif juga gak langsung pulang, katanya mas Affan tadi ngabarin untuk nunggu mas Affannya dirumah, mau ngomong kali.

"Mas, makan dulu, udah adek masakin" panggilku ke mas Affif yang masih betah duduk disofa setelah shalat Zhuhur tadi.

"Masak apa dek?" mas Affif bangkit dan duduk dimeja makan, aku meletakkan sepiring nasi yang mulai menanyakan mas Affif mau lauk apa?

"Ayam goreng aja dek, biar sehat kaya apin sama ipan"  jawab mas Affif mulai ngelawak lagi.

"Sikembar didepan rumah udah keselek itu karena mas omongin"

"Sesama orang kembar itu saudara, mereka juga kayanya ikhlas-ikhlas aja diomongin"

"Makan mas" setelahnya makan siang kita berdua lumanyan hening, selesai makan kita berdua juga duduk disofa sambil nungguin mas Affan pulang.

"Assalaamualaikum" semoga panjang umur suami aku Ya Allah, baru di sebut namanya orangnya langsung keliatan.

"Wa'alaikumsalam" balasku dan mas Affif barengan, "mas udah makan?" tanyaku nyalim sama mas Affan, "udah sayang" dan berakhir dengan mas Affan ngecup kening aku.

"Udah lama nunggu Fif" tanya mas Affan keliatan jelas kikuknya,

"santai mas, lama nunggu juga gak papa soalnya adek ngasih makan" balas mas Affif ikut nyalim.

"Fif, mas_

"Iya Affif tahu, mas mau minta maafkan? Udah Affif maafin, maafin Affif juga udah gak sopan sama mas kemarin" mas Affif tersenyum sekilas dan beberapa detik kemudian senyum yang sama ikut merekah di wajah mas Affan.

"Kamu gak perlu minta maaf sama mas karena kamu gak salah, mas yang salah"

"Udah ah mas, ngak usah maaf-maafan terus, lebaran masih lama, jadi mas nyuruh Affif nunggu segini lama cuma buat bilang maaf? Yah kirain dapet uang jajan tambahan gitu kan?"

"Emang saham yang kamu punya dikantor udah gak cukup untuk uang jajan kamu?" dan mereka berdua mulai ngelawak.

"Gak usah banyak ketawa, kalian berdua mau wisuda kapan?" pertanyaan mas Affan yang sukses ngebuat aku sama mas Affif saling pandang dan diem ditempat.

"Nunggu Adek hamil dulu? Mungkin" jeh kenapa aku?

Why Him? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang