(48)

79.6K 3.9K 116
                                    

"Jangan bilang kamu mau yang dari bibir Affif? Mas gak ngizinin" Allahuakbar kenapa mas Affan malah mikir kaya gitu? Aku masih waras alhamdulillah jadi gak mungkin sampai mau nyicipin bibir abang aku sendiri.

"Mas mikir apa sih? Nayya belum gila sampai mau minta yang dari bibir mas Affif, cukup Nayya mau yang dari bibir suami Nayya aja." Mas Affan terlihat menarik nafas lega sambil sesekali ngelusin perut aku yang masih datar, haduh suami aku lucu banget, cemburu sampai segitunya.

"Terus kamu kenapa ngeliatin Affif makan sampai gitu banget?"

"Ya itu karena mas Affif makannya yang rasa green tea, jadi Nayya mau nyoba yang rasa itu juga" jelasku.

"Ya Allah dek, ekspresi kamu yang kaya barusan malah ngebuat mas Affan kaya mau langsung bunuh mas hidup-hidup" Mas Affif malah udah ketawa cekikikan gara-gara jawaban aku, ini laki-laki berdua kenapa pada keliatan saraf kaya gini? untung ganteng jadi akunya sayang, eh enggak sih, gak ganteng akunya juga sayang kok.

.
.
.

"Mas, besok kita pulang kerumah ya, kita belum ngasih kabar ke Ayah sama Bunda soalnya"

"Kenapa gak kita telfon aja Nay? mas mungkin gak sempat kalau harus pulang kerumah, kerjaan mas lagi numpuk sayang, kalau gak pas weekend gimana?"

Aku langsung nyubit lengan mas Affan yang masih meluk erat tubuh aku dikamar sekarang, mas Affan apa-apaan nyuruh ngabarin Ayah sama Bunda lewat telfon doang,

Sesibuk apapun mas Affan, yang ngejengukin orang tua itu wajib menurut aku, jangan cuma karena kita sebagai anak udah sukses sampai lupa dan gak punya waktu bahkan hanya untuk sekedar ngobrol dan ngedengerin keluh kesah orang tua kita.

"Mas, Nayya gak suka kalau mas terlalu sibuk kerja sampai gak punya waktu untuk ngejengukin Ayah sama Bunda dirumah, semenjak kita berdua pindah, mas gak sadar kalau Bunda lebih sering ngelamunnya, kita berdua pindah mereka pasti kesepian mas, boro-boro ngandelin mas Affif kalau soal beginian, mas Affif aja kalau udah keluar lama pulangnya. Nayya mau kita pulang ke rumah"

Aku yakin semua orang tua di dunia ini bangga dan bahagia ngeliat putra putri mereka sukses, tapi kita sebagai anak juga jangan lupa, ketika kita berhasil, orang tua bukan hanya mengaharapkan kiriman biaya, tapi kehadiran, perhatian dan kasih sayang kita juga sangat mereka harapkan walaupun mereka gak menunjukannya secara gamblang,

"Ini juga berlaku untuk Nayya sendiri mas, Nayya gak mau kalau mas terlalu sibuk kerja sampai ngurangin waktu mas untuk Nayya dan anak kita"

"Iya iya sayang mas minta maaf, makasih karena udah diingetin, insyaallah kedepannya mas bisa lebih pinter bagi waktu ya"

"Aminn" balasku sumringah.

"Yaudah besok sore kita pulang kerumah, jangan sedih kaya gitu, sekarang kamu tidur, besok kuliah kan?"

Aku mengiyakan dan mulai nyoba tidur masih dengan tubuh dalam dekapan mas Affan, tapi sadar akan mas Affan yang masih aja memperhatikan aku, aku jadinya malah gak bisa tidur.

"Kenapa mas ngeliatin Nayya kaya gitu terus?"

"Kamu tahu? Mas selalu bersyukur karena kamu yang ditakdirkan Allah menjadi istri mas sayang"

"Nayya juga bersyukur karena mas yang jadi suami Nayya"

"Yaudah sekarang kamu tidur, tidur yang nyenyak Bunda, dan tidur yang nyenyak anak Ayah" mas Affan ngecup kening aku sekilas sebelum kembali mempererat pelukannya.

Why Him? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang