Suasana dirumah Ily terasa hangat saat kedatangan pasangan yang baru dinikahkan seminggu yang lalu. Harusnya sih tiga hari setelah menikah Ali sudah membawa Ily main kerumah orang tuanya, tetapi karna Ali sempat menolak keharusan itu jadinya seminggu kemudian mereka baru punya rencana bertandang kerumah orangtua istrinya itu.
"Kamu kenapa sih, Li? Mau menolak aturan melulu, apa kata orangtuanya nanti kalau kamu nggak mau membawa anak mereka berkunjung?"
"Alah maaa, bukannya mereka harusnya sadar, mereka menjual anak mereka!"
"Ali?? Keras kepala banget sih jadi anak, yang mengajukan syarat itu kita, kita yang minta, mereka cuma menyanggupi, mereka juga pastinya terpaksa Li, kalau nggak terpaksa nggak mungkin terjadi!"
Ali terdiam mendapat teguran dari mamanya saat dia menolak membawa Ily berkunjung ketempat orangtuanya setelah lebih dari tiga hari.
"Apa kamu siap, fasilitas yang kamu miliki diambil alih kubu sebelah hah? Kamu pingin mama mengalah memberikan semuanya pada mereka? Kubu sebelah itu punya TIGA, Li, ingat, TIGA!!!" Bu Rosehan satu mengingatkan Ali akan adanya ancaman kubu sebelah yang artinya keturunan dari ibu Rosehan dua.
"Nanti Ali juga punya EMPAT!" Sahut Ali cuek.
"BAGUS! LIMA anak aja sekalian, jangan tanggung!" Bu Rosehan satu bersemangat.
"Bukan anak ma, tapi BINI!" sahut Ali lagi.
"APA??"
Dan mata mamanya itu melotot.
"Awas ma keluar tu mata!"
Pakkk!
Tangan mamanya melayang ketangan Ali yang setengah meledek karna matanya melotot."Kamu mau mengulang sejarah menyakiti hati seorang istri seperti mama hah?"
Mama Ali berubah serius membuat Ali terdiam lagi dan saat ini memandang kedepan tanpa memandang ibunya yang berada disampingnya.
"Nggak ada wanita yang mau cintanya dibagi, Li!" Bu Rosehan berkata lirih.
"Bukan membagi cinta, kan enggak cinta ma, membagi raga, kayak papa!" Ali mencoba menjelaskan alasannya.
"Ck.ck.ck, Ya Rasullullah, mungkin bila hanya Allah yang tahu kamu bisa melakukannya Li, kalau mama yang tahu mama bisa mati, mama tahu rasanya, merelakan hati dibagi itu tak semua bisa!!"
Berdecak tiga kali sambil menggeleng, mama Ali seperti kehabisan napas mendengar ucapan anaknya sendiri. Ia sangat tahu rasanya berbagi suami. Membayangkan suaminya bersentuhan bahkan jadi anak sampai tiga saja dadanya selalu sesak. Jika tidak ingat perjuangannya bersama papa Ali mendapatkan segalanya dari nol, takkan mungkin ia mau bertahan. Kubu sebelah akan keenakan menikmati jerih payahnya mendoakan dan mendukung suaminya selama ini. Cukup baginya dirinya menjadi wanita yang mengalami ditusuk dari belakang. Oleh suami dan sahabatnya sendiri. Jika tak ingat takdir Allah, mungkin sudah ia musnahkan mereka.
"Kita harus mempertahankan hak milik kita Li!!"
"Tapikan sebenarnya nggak harus menikahkan aku, ma!"
"Pernikahan ini juga buat kamu Li, agar kamu berubah, karna aa Jaelani mengatakan..."
"Aa Jaelani lagiiii....." protes Ali.
"Tapi mama pikir benar, kamu harus segera dinikahkan agar bisa bertanggung jawab, biar ada yang layanin kamu, biar kamu tuh ada yang urus, nggak liar kayak sebelumnya, ganti-ganti cewek nggak jelas, nggak ada tujuan hidup!"
"Tapikan maaa..."
"Enggak mau tau ya Li, kalau kamu nggak mau fasilitas kamu dicabut, kamu DENGERIN mama!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Couple
RomanceHidup tak menjanjikan semuanya jadi seperti yang diharapkan. Banyak berkhayal melalui masa remaja yang ceria, sederet pilihan cinta, bergaul dengan sesama lalu menikah dengan seseorang yang dicinta dan ditandai sebuah pesta yang meriah karna akan m...