"Cuami...!"
"Ya, Istli?"
"Badan aku lemes kaki aku pegel!"
"Sakit?"
Ali menyentuh dahi Ily dengan punggung tangannya. Ily merasakan dingin terasa karna Ali baru saja selesai mandi, bahkan handuk masih melilit dipinggangnya.
Memandanginya tanpa kedip, Ily mengangkat tangan menyentuh wajah Ali.
"Kenapa? Bukan kayak waktu pertama kamu kasar sama aku kok, cuami, tapi emang udah beberapa hari waktu dirumah, aku udah ngerasa lemes begini!"
Ily menebak apa yang ada dalam pikiran Ali. Ily meriang gara-gara ia terlalu kasar karna sangat berhasrat. Takut seperti saat pertama ia bermain kasar membuat Ily sakit, meriang, tak dapat bangun dari tempat tidur, berjalan terseok. Ah, teringat itu Ali merasa kasian, meskipun saat itu ia seakan-akan tak peduli. Ia tak sadar. Ia menyesal saat itu tetapi tak pernah ia sampaikan.
"Bener?" Ali bertanya sangsi.
"Beneran!"
Suara Ily terdengar serak khas bangun tidur, tapi tatap matanya ingin meyakinkan kalau ia tak apa. Bukan karna Ali, bukan karna mereka terlalu bersemangat tadi malam. Kalau bicara hasrat, hasrat mereka sama menggebu. Gerakan mereka yang saling berlawanan arah bahkan sama kuat. Tidak ada yang lebih dominan. Mereka saling mengimbangi. Bahkan Ily sudah berani memberi tanda kepemilikan.
"Ih ungu, ini sakit?" Ily memencet dengan jari telunjuknya tanda disamping daerah pusat dada Ali. Tanda bekas gigitannya. Saat dipuncak hasrat mereka, tubuhnya melengkung dan menahan ledakan pelepasannya dengan menggigit dada yang menghimpitnya. Uhgggg.
"Geliii..!" Tubuh Ali justru kelihatan merinding cuma disentuh ujung jari telunjuknya. Ily mengangkat punggung dengan tangan yang menyangga tubuhnya lalu menyentuh bercak ciptaannya itu dengan bibir seakan memberi kecupan penyembuhan kalau terasa sakit. Apa yang dilakukannya justru membuat Ali makin merinding.
"Mhhh....jangan nantangin deh, tambah meriang nantii!" ucap Ali disela helaan napasnya sambil mengusap dan mengacak rambut Ily yang masih bertengger didadanya.
"Sukaa, wangii habis mandii...!" Ily mencium lagi, kali ini hidungnya mampir kebelahan ketiak Ali. Ali meringis geli sambil memegang kepala Ily dimana hidungnya menempel menghirup bau wangi yang menyeruak dari aroma sabun mandi yang baru saja dipakainya.
"Berarti biasanya begitu?" Ali menggoda istrinya menbuat Ily mendongak melepaskan hirupan hidungnya pada ketiak suaminya.
"Enggak! Biasanya nggak ngerasa gitu, biasa aja, kan kemarin-kemarin bete sama kamu, jangankan suka, pingin deket aja ogah!" sergah Ily.
"Masa?" Ali mengerling lucu.
"Iya dong, siapa yang suka sama patung mulut berbisa, bisanya mencela aku, ihhhh, sebel banget tauu!" Ily menghempaskan punggungnya kebantal.
"Gara-gara terlalu benci makanya benar-benar cinta!" ucap Ali lagi.
"Idihh, enggakkk, kamu yang duluan cinta kali makanya suka mencela aku buat nutupin rasa cinta!" balas Ily menolak dikatakan terkesan jatuh cinta terlebih dahulu.
"Enggakk, najissss...." Ali membalas tolakannya dengan kata yang membuat Ily sepertinya tersinggung.
"Apa????"
"Ehh...itu duluuuu, sekarang enggak najis kokkkk!" Ali seketika menyadari sepertinya ia salah mengeluarkan kata.
"Sanaaaaa.....!" Ily mengusir sambil membalik tubuhnya jengkel.
"Ihhh jangan gitu dong, gitu aja ngambekkkk!" Ali mencoba memperbaiki keadaan yang toba-tiba kurang baik.
"Sanaaa, jauh-jauhh looo!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Couple
RomanceHidup tak menjanjikan semuanya jadi seperti yang diharapkan. Banyak berkhayal melalui masa remaja yang ceria, sederet pilihan cinta, bergaul dengan sesama lalu menikah dengan seseorang yang dicinta dan ditandai sebuah pesta yang meriah karna akan m...