"Mamaaaaa......!"
"Mamaaaaa......!"
"Mamaaaaa......!"
"Aril, sini sama kak Diah yahh..."
"Enggak mauuu, mau sama mamaaa!"
"Tapi Rillll, mama lagi nggak bisa bantu Aril, lihat deh perut mama Aril udah gede!"
"Pokoknya sama mamaaa.....!"
"Kenapa sayangg?" Ily bangun dari berbaringnya ketika mendengar teriakan Aril putra pertamanya yang baru berumur dua tahun seminggu lalu. Real Putra Ally.
Nama yang mereka pilihkan untuk putra mereka itu terbilang unik. Real. Yang artinya nyata. Nyata. Fakta. Tidak terpaksa. Meskipun diperkirakan benih yang terproses menjadi janin yang berkembang dalam rahimnya dua tahun lalu sebelum Ily melahirkannya adalah hasil dari hubungan terpaksa. Putra Ally, jelasnya putra Ali & Ily.
"Baby 'Really', papa kerjaaa!"
Pagi tadi sebelum berangkat kerja Ali mengecup perut Ily yang sudah membesar kembali setelah pamit, mencium dahi dan bibirnya singkat. Ya, saat setahun tiga bulan usia Aril, Ily kembali positif hamil.
Pertama kali mengetahui positif hamil lagi, Ali sudah menganggapnya bayi nyata yang dihasilkan dengan hubungan tanpa paksaan. Bukan hanya napsu tapi penuh dengan cinta. Ah.
Tentu saja sangat wajar bagi mereka antara 'Real' dan 'Forced' sangat berkesan. Dan tentunya sangat bersejarah.
Pernikahan mereka yang awalnya terpaksa dan dipenuhi dengan kekerasan rumah tangga, meski bukan secara fisik karna mereka sama, yaitu mulut comberan dan patung mulut berbisa, berakhir dengan menghasilkan seorang putra yang makin merekatkan hubungan mereka yang kala itu baru saja berikrar saling ingin mempertahankan satu dengan yang lain.
Dan kehadiran Real Putra Ally, yang dipanggil Aril tersebut melengkapi perjalanan kasih mereka dari forced menjadi real. Lebih lengkap lagi jika nanti adiknya yang diperkirakan berjenis kelamin perempuan yang sudah dipersiapkan namanya "Really Baby Ally" lahir.
"Papaaaaaa!!"
Teriakan Aril pagi tadi sebelum saat ini meneriakan 'mama' sudah biasa terdengar. Aril memang sedikit temperamen. Sedang cemburu pada adik didalam kandungan karna sering dicium papa.
"Kenapa Ril?"
"Papa jahat!"
"Lho?"
"Papa celing cium pelut mama, Alil nggak pelnah dicium pelutnya!"
Aril menepuk perutnya yang sedikit gendut karna bobot tubuhnya yang montok. Ali tertawa mendengar ucapan Aril lalu mengangkat putranya yang sedang cemburu buta sama sepertinya saat cemburu pada Ily yang pernah bercerita tak sengaja bertemu dengan Bima.
Aril sama sepertinya, kalau cemburu selalu saja tak logis. Seperti kali ini, Aril cemburu karna papa sering cium perut mama, ia ingin perutnya juga dicium. Kan tak logis.
"Papa cium perut mama, karna ada adik didalamnya, kalau Arilkan sering papa cium pipinya, iyakan?!"
Meski menjelaskan seperti itu, tetap saja Ali mencium perut Aril sebagai ungkapan rasa sayang dan agar Aril tak merasa papanya tak adil.
Sekarang Aril sedang minta perhatian mama. Waktunya mandi tidak mau dibantu Diah, mintanya dibantu mama, hingga sedari tadi bikin keributan memanggil-manggil mama.
Keras kepala, apa maunya minta selalu dituruti karna selama ini memang selalu begitu."Ali kecil memang...." Diah selalu berkomentar begitu. Gelengan kepala dan helaan napasnya selalu menyertai saat menghadapi Aril yang diawasinya sejak lahir sampai Ali dan Ily pindah kerumah mereka memisahkan diri dari orangtuanya. Tadinya Ily masih bisa mengurus rumah dan Aril yang berusia setahun sendirian tanpa dibantu, tetapi saat ia dinyatakaan positif hamil, Ali menyarankan untuk mencari asisten rumah tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Couple
RomanceHidup tak menjanjikan semuanya jadi seperti yang diharapkan. Banyak berkhayal melalui masa remaja yang ceria, sederet pilihan cinta, bergaul dengan sesama lalu menikah dengan seseorang yang dicinta dan ditandai sebuah pesta yang meriah karna akan m...