Sepi. Tak ada suara-suara saling mencaci lagi yang terdengar dalam kamar Ali dan Ily. Sudah melewati dua kali hari minggu setelah kejadian itu suasana dalam kamar pasangan terpaksa itu tak lagi semarak dengan keributan.
"Ilyyy....dasikuuu man..."
Ali tak melanjutkan kalimatnya lagi karna terlihat Ily menenteng dasinya lalu memberikan padanya.
"Pasangin!"
Tanpa banyak bicara Ily memasangkan dasi pada leher Ali.
"Eeh nggak jadi, ntar lo cekik leher gue pake dasi gue sendiri!"
Tiba-tiba ucapan dengan nada menuduh keluar dari bibir Ali. Sebenarnya Ali memancing suara Ily agar menanggapi apa yang ia bicarakan. Tapi Ily setelahnya hanya berbalik dan mengerjakan yang lain. Ia terlihat memunguti baju, celana bahkan sampai underware Ali berceceran dilantai tanpa bicara. Melempar baju-baju kotor sembarangan juga Ali lakukan dengan sengaja.
Biasanya Ily akan mengomel, "lo gimana sih, baju-baju kotor dilemparin kemana-mana, nggak bisa apa masukin kekeranjang cucian???"
Dan Ali akan menyahut, "kan gue udah punya lo, bagian yang mungutin!"
Ily menyahut lagi, "Enak aja lo, sekali lagi kayak gitu, gue pungut dan gue masukin lo-nya sekalian kekeranjang cucian kotor!!"
"Sadisss!" Sebenarnya Ali ingin tertawa tapi matanya dipelototin menutupi rasa gelinya.
"Biar otak lo dicuci sekalian, beres!!"
"Otak lo aja sana yang lo cuci!"
"Ya udah cuci aja sendiri, gue nggak mau dianggap pembantu lo!" Ily beranjak keluar kamar dan Ali berteriak.
"Ehhh, mau kemana lo??"
"Yang jelas bukan ke hati lo!!"
"Anjayyy, ngapain lo ke hati gue?"
"Iyuhhhh, najis ke hati loo!!"
"Looo!!"
Dan Ali melotot tapi tak bisa apa-apa. Karna area yang dituju Ily, area pencitraan jadi ia tak bisa mengejar dan meneriaki Ily sampai keluar kamar.
Tapi itu kejadian sebelum ia membuat Ily seakan tak menganggap apapun yang diucapkannya. Dua minggu sudah kejadian terobos paksa itu hanya menyisakan kesepian. Ily menjadi pendiam mendadak. Tidak pernah menghiraukan ucapan-ucapan memancing keributan Ali lagi. Bicara seperlunya saja. Melakukan apa yang harus dilakukan. Memasak, beres-beres kamar, mencuci bajunya dan Ali lalu tetap berada didalam rumah terutama didalam kamar saat Ali tidak ada.
Karna Ily lebih banyak diam, pertengkaran mulutpun tak pernah terjadi lagi setelahnya meskipun didalam kamar. Dua minggu berlalu rasanya Ily tak bisa juga memaafkan perbuatannya. Apalagi tak ada kata meminta maaf juga dari Ali. Ily membiarkan Ali bertingkah laku sesukanya tanpa ada perlawanan mulut darinya lagi.
Sementara diluar kamar seperti biasa. Ily masih mau mengantar Ali kedepan pintu saat akan berangkat kerja. Ia tetap harus pencitraan didepan orangtua Ali. Demi orangtuanya.
"Pergi dulu yaa, istliku!"
"Ya....!"
"Senyum dulu, sayang!"
Ily menarik bibirnya sedikit dan menyipitkan matanya.
'Paling ada mertua!' Pikir Ily.
Begitupun ketika Ali mengulurkan tangan untuk diciumnya, Ily menyambut saja seperti biasa mencium punggung tangan itu dan merasa puncak kepalanya dikecup, ketika ia menunduk."Baik-baik kerja Li, istri nunggu dirumah nggak kemana-mana, kamu juga jangan kemana-mana!" Terdengar suara mama Ali dibelakang mereka.
'Benarkan, ada mama mertua!?' Ily membatin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forced Couple
RomanceHidup tak menjanjikan semuanya jadi seperti yang diharapkan. Banyak berkhayal melalui masa remaja yang ceria, sederet pilihan cinta, bergaul dengan sesama lalu menikah dengan seseorang yang dicinta dan ditandai sebuah pesta yang meriah karna akan m...