Bab 2.

566 27 0
                                    

Saat aku berjalan di lorong loker sekolah, aku bisa merasakan detak jantungku berdetak tak karuan. Mataku tetap fokus memperhatikan amplop merah muda yang terlihat akrab, yaitu berisi pengakuan perasaanku pada Jake.

Di kepalaku seperti terdengar lonceng alarm yang berdering, itu menandakan tanda bahaya. Kakiku terasa sangat berat untuk melangkah dan susah digerakkan.

Saat aku sudah sampai di tempat dekat lokerku, aku menatap tajam kepada orang asing yang memegang suratku. Mata birunya yang tajam menatapku, menungguku untuk mengatakan sesuatu.

Tetapi pada saat ini, kata-kata itu hilang seketika. Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa. 'Apa yang harus dikatakan seorang gadis pada orang yang salah yang mendapatkan surat cinta! Haruskah aku minta maaf?" Aku berusaha berpikir apa yang harus kukatakan saat ini. Ketika aku ingin berbicara dia mendahuluiku duluan.

"Apakah kau kehilangan sesuatu nona?" Suaranya terdengar dalam dan tenang. Dia mengucapkan setiap kata dengan nada tegas.

"Oo iyah kau benar. Terima kasih" Ucapku dengan nada manis. Dan segera meraih suratku.

Tapi tiba-tiba dia mengangkat surat yang ada di genggamannya itu diudara, aku mencoba untuk mencapainya tapi dia menjulang terlalu tinggi di atasku. Aku tak bisa menggapainya. Sebuah seringai miring muncul dalam bibirnya dan mata birunya berkilau seperti merasa geli dengan melihatku melompat-lompat kecil untuk meraih suratku itu. Jika dilihat dari dekat begini, matanya tampak terlihat jelas warna biru laut.

"Eitss,, tidak secepat itu. Aku tidak akan memberikannya kepadamu dengan mudah!" katanya menyeringai sambil menatap wajahku.

"Apa?" tanyaku dalam setengah bingung juga setengah kesal.

"Dengar, kau jangan bodoh! aku tidak datang kesini untuk mengembalikan surat cintanu ini". Dia mengatakan hal itu sambil memutar bola matanya.

"Lalu apa?" Jawabku kesal.

"Aku memintahmu untuk menjadi pembantuku mulai dari sekarang!" Ucapnya dengan lantang dan itu lebih terdengar seperti perintah yang membacakan surat kerajaan. wajahnya tampak terlihat ada aura yang mengancam pada dirinya.

Aku menyeringai dengan senyum palsu. "Itu sama sekali tidak lucu" ucapku dengan nada serius dan ketus. "kembalikan suratku sekarang" tuntutku dengan setengah berteriak .

Dia tersenyum, itu terlihat seperti mengejek. Apakah ia menikmati ini?

"Mengembalikan suratmu?" Denggusnya. "Aku tak kepikiran akan melakukan itu! tidakkah kau memahami situasi yang mengasikkan ini"

"Apa?" Aku tak mengerti apa yang dia katakan. Apakah dia mencoba mengambil keuntungan dalam situasi ini. Itu tak akan pernah kubiarkan.

"Bagaimana jika aku membuat salinannya lalu menempelnya disetiap dinding sekolah ini?". Pria yang ada di depanku ini mencoba menantangku dengan kilatan nakal yang berbinar dimatanya sambil memainkan suratku di tangannya. Apakah dia sedang mempermainkanku?

"Apakah kau bercanda? kau tidak akan melakukan hal itu" protesku dengan sedikit suara yang lebih tinggi.

"Atau begini saja! bagaimana kalau aku membacakan surat ini pada semua orang pada jam istirahat makan siang nanti! Mungkin itu akan mendapat perhatian dari Jake". Ancamnya "Apakah kau tak berpikir begitu Elizabeth?" Godanya dengan mata birunya yang berubah menjadi keras dan tajam terlihat nampak gila.

Hanya dengan membayangkannya saja apa yang dia katakan, itu sudah cukup memberiku serangan jantung dalam sekejap. Ya. perasaan ketakutan menghampiriku sekarang karna ucapannya.

'Ok Tenangkan dirimu' ucapku dalam hati. Aku tak boleh memperlihatkan rasa takutku padanya, jangan biarkan ancaman yang dia katakan mempangaruhimu Liza' tegasku mencoba menutupi kekhawatiranku.

The love LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang