Sekarang ini aku tengah duduk didalam kelas yang baru bagiku. Ini terlihat sangat luas, bisa menampung tiga puluh sampai lima puluh siswa pada waktu yang sama. Dengan dinding yang berwarna putih polos dan terdapat dua buah jendela kaca di sebelah kanan dinding. Meja yang disusun rapi secara merata. Aku menulusuri pandanganku yang ada di sekitarku dan melihat wajah-wajah asing yang mengelilingiku. Itu membuatku sangat tidak nyaman berada di sekitar orang-orang yang tampak asing bagiku.
Jika ini memang benar-benar diriku, aku akan meninggalkan tempat ini sekarang juga. Tapi itu tak akan terjadi padaku sampai aku setuju untuk menjadi pembantu Zimon. Oleh karena itu aku terjebak di sini sekarang. Duduk di kelasnya bahkan sampai pelajaran belum dimulai.
Aku berbalik memutar kepalaku kebelakang dan melihat Zimon dengan raut geli di wajahnya. Matanya seperti laut dan sangat tajam.
"Ya Liza?" tanyanya terdengar seperti menggoda. Aku menatapnya dengan alis yang berkerut, berusaha terlihat marah. Tapi usahaku itu sepertinya sia-sia. Aku menggeleng putus asa dan menatap kembali kedepan.
Terlihat guru baru saja memasuki kelas. Dia berumur sekitar empat puluh dengan badan yang kurus. Rambutnya yang cokelat gelap sedikit beruban dan ia memakai kacamata dengan setelan cokelat muda.
"Baiklah, selamat sore anak-anak". sambutnya kepada seluruh siswa. "Jadi hari ini kita akan membahas Aljabar Linear Lanjutan Kalkulus" jelasnya.
Saat aku mendengar pembahasan itu aku menelan ludah karna aku tidak dapat menangani kalkulus dan sekarang di sini aku duduk dalam pelajaran itu. Ini sangat buruk.
Tampaknya guru mengamati seluruh kelas dan tatapannya jatuh kepadaku. "Kau di sana!" tegurnya dengan suara yang tinggi dan menunjuk ke arahku.
"Ya Sir? " tanyaku takut-takut.
"Kau bukan bagian dari kelas ini bukan? Saya tidak mengizinkan kau duduk di sini!" ia memarahiku dengan tatapan yang fokus menatapku.
"Ya, Sir. Aku akan pergi sekarang." ucapku pelan sambil mengumpulkan barang-barangku dan berdiri dari tempat dudukku. Tapi ada yang menekan bahuku sehingga aku terduduk kembali. Yach aku tahu itu. tentu saja itu tangan zimon.
"Duduklah." perintahnya. Seolah-olah aku masih tidak duduk sekarang.
"Sir, dia bersamaku" ucap Zimon dingin.
"Sepertinya disini tak ada pengecualian," ucapnya dengan suara yang tegas dan mantap.
'Yes. akhirnya aku bisa jauh dari sibrengsek manipulatif ini' ada sedikit perasaan lega yang kurasakan.
"Apa mungkin anda memiliki sekolah cadangan untuk mengajar Sir!" Mike berbicara di sampingku.
"Relax Mike" kata zimon dengan tenang. "Mari kita beri Mr Pilip kesempatan" lanjutnya.
"Namaku Zimon Willsom. Dan aku membawanya bersamaku ke kelas ini untuk menuliskan beberapa catatan untukku" ucap Zimon coba menjelaskan.
"Seseorang untuk menulis catatanmu?" tanyanya "Apakah seseorang bernapas untukmu juga?" tanya Mr pilip sekali lagi dengan sinis.
'Aku tersenyum kagum. Wow ternyata guru ini tidak terganggu oleh latar belakang Zimon.'
"Apa lagi yang dia lakukan untukmu?" tanya Mr pilip dengan geram sambil menatap Zimon.
"Guys.. bisakah kalian beritahu siapa diriku? " ucap zimon dengan seringai.
"Zimon Willsom" Sorak kelas serentak. Vion di sisi kananku yang tampaknya terbangun oleh suara kelas itu mengangkat kepalanya. "Dia adalah putra dari Elbert williom" Jelasnya sambil menguap.
KAMU SEDANG MEMBACA
The love Letter
RomanceApa yang terjadi jika kau menulis surat yang berisi pernyataan cintamu kepada seorang pria yang kau sukai sejak dulu. Tapi Satu kesalahan besar, hingga surat cintamu itu jatuh ke tangan orang yang salah. Dan lebih gilanya lagi, orang yang mendapatka...