Bab 7

419 21 2
                                    

Aku membuka mataku perlahan-lahan, semuanya terlihat kabur. Itu karena cahaya matahari merambat masuk ke kamarku sehingga sulit untuk melihat. Tapi aku bisa melihat cat putih polos yang menghiasi dinding kamar tidurku dan meja mahoni yang terletak disamping tempat tidur. Aku meletakkan tangan kananku didepan wajahku untuk menghalangi cahaya matahari yang begitu menyilaukan.

Kenapa ini terlalu terang? Kecuali ..

Sontak, seolah-olah ada arus listrik melewatiku. Aku tersentak kaget dari tempat tidurku dan duduk tegak. Aku melirik ke samping. Jam digital hitam berbentuk persegi panjang dengan lampu berkedip merah menghantuiku.
Pukul delapan lewat dua puluh lima menit. Oh. sial.

Aku melemparkan selimut yang membungkus tubuh mungilku, dan segera bangkit dari tempat tidur dan melangkahkan kakiku masuk ke kamar mandi. Aku merasa pusing setelah bangun dari tempat tidur karna ini terlalu cepat, tapi aku mengabaikan hal itu karna aku sudah terlambat.

Kelas pertamaku sudah dimulai dua puluh lima menit yang lalu. sedangkan aku, di sini baru bangun.

Dengan terburu-buru aku melepas pakaian pink yang kukenakan kemarin malam dan menyalakan kerang air. Air dingin merambas kekepalaku dan kulit tubuhku hinggah membuatku merinding. Tapi kurasa ini memang yang ku butuhkan untuk membangunkanku yang masih setengah tertidur.

Setelah selesai, aku melangkah keluar dari kamar mandi dan mengeringkan diriku. aku membuka lemariku tepat di seberang tempat tidurku dan mengambil seragam sekolah, tanpa menyia-nyiakan waktu, aku memakai  baju putih, rok lipit warna biru dan terakhir yaitu dasi merah. Lalu meraih ranselku dan pergi keluar dari kamar.

"Mom!" teriakku keras saat menuruni tangga. "Mom," teriakku lagi.

Tapi tak seorang pun yang menjawab panggilanku. Aku masuk ke dapur. sapa tau ibuku ada disana. tapi nihil, dia juga tidak ada disini. kemudian aku melihat catatan berwarna kuning yang menempel di kulkas.

*Ibu sudah mencoba membangunkanmu sayang..
Tapi kau tak bergerak juga. Lagi pula aku harus pergi kerja karna banyak hal yang harus ibu lakukan. Miliki hari yang baik sayang.*

P.S: uang belanjamu ada di meja.

-Mom

Aku ingin memarahi ibuku karena dia tidak berusaha lebih keras lagi untuk membangunkanku, tapi kupikir itu semua sia-sia.

Apa yang sudah dilakukan dan kesal pada ibuku itu tak akan mengubah fakta bahwa aku sudah terlambat.

Aku melirik jam tangan putih yang melingkar di tangan kiriku, ini sudah mau jam 9, aku masih memiliki tiga puluh menit sebelum pelajaran kedua dimulai, tapi sayangnya itu pelajaran yang kubenci. matematika.

Jadi tanpa berlama-lama, aku mengambil uang yang dilipat yang terletak dimeja, dan berlari keluar dari rumah. Aku mulai menyalakan mesin mobil dan membuat perjalanan ke sekolah.

Saat tiba, aku langsung berlari kedalam bangunan sekolah. dengan menyandang ranselku, memegang erat binderku dan juga bukuku sambil terburu-buru berjalanan ke lokerku. Dan didepan terlihat deretan loker yng berjejeran rapi di sebelah kiri. karena saking terburu-burunya aku berpapasan dengan seseorang di lorong. Ini membuat buku dan binderku jatuh kelantai tersebar di mana-mana.

Aku bergumam rendah 'minta maaf' dan mulai mengambil bukuku di lantai. Seseorang berjongkok di sampingku dan membantuku mengumpulkan barang-barangku.

Mungkin aku terlalu asyik mengumpulkan barangku jadi tak repot-repot untuk mencari tau orang itu. Aku hanya bisa melihat celana abu-abunya.

"Woah, C+ dalam pelajaran matematika" kata suara akrab yang dalam.

Suara itu lagi. itu suara yang sama. orang yang memerasku, memberiku perintah dan membuatku meledak ketika berada didekatnya.

The love LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang