Bab 8

374 20 1
                                    

Aku berdiri di sana seperti jamur sambil mendengarkan percakapan mereka yang bukan bagian dariku. Mike dengan ekspresi bingung terukir dalam wajahnya. Dan di sisi lain Zimon telihat tersenyum sambil berbicara dengannya. sepertinya dia merencanakan sesuatu!

"Tapi bagaimana dengan dia?" Mike menunjuk ke arahku.

Zimon mendesah. "Tentu saja dia ikut dengan kita. Itulah alasanku membawanya kesini" jelasnya seperti itu adalah hal yang paling jelas.

"Tunggu," potongku mengganggu percakapan mereka "apa yang ingin kau lakukan?." tanyaku dan menempatkan tanganku di pinggul.
Jelas mereka tidak bisa menyeretku seenak jidatnya tanpa alasan yang cukup jelas.

"Kita akan pergi ke suatu tempat," jawab Zimon santai dan menatapku.

"Kita! Maksudmu aku, kau dan Mike" sambil menunjuk ke arah mereka berdua.

Zimon menatapku seperti aku gila. "Apakah kau tidak mendengar pembicaraan kami tadi?" tanyanya sambil menatapku dengan tatapan seperti aku orang tolol "Tentu saja, kita bertiga," katanya jelas.

"Apa? Tidak !" Tolakku. "Aku masih memiliki kelas dalam dua puluh menit"

"Jadi?" Zimon mengatakan acuh tak acuh. "Kau bisa membolos" Dia menyarankan seperti itu hal yang biasa.

"Apakah kau bercanda?" jawabku terkejut "Aku belum pernah melakukan itu sebelumnya".

"Woah," jawab Zimon geli. "jadi kau belum pernah melewatkan kelas sekali'pun?" dia mempertanyakan seakan tak percaya.

Aku menggeleng. "Tidak,"

Zimon mendengus. "Well, selalu ada yang pertama kali untuk segalanya" jawabnya dan menatap Mike. "Benarkan Mike?"

Mike memberinya senyum dan menganggukan kepalanya.

"Kau akan memberiku kesulitan!"

Dia mengangkat bahu terlihat itu hal mudah. "Kalau begitu aku akan membuatmu keluar dari itu," solusinya dengan keangkuhan.

Oh, Dia memang super sombong.
Itu bukan keangkuhan. karena kau tahu sendirikan dia bisa melakukannya itu Liza. Oh. Tuhan. apa sekarang aku membelanya?'

"Tidak, terima kasih." tolakku " aku akan kembali ke dalam" aku mulai berjalan pergi.

Saat aku berjalan dalam beberapa langkah. Aku mendengar Zimon berdeham speerti membersihkan tenggorokannya. "liza, sepertinya kau telah melupakan sesuatu"

"Apa?" jawabku dan berbalik.

Zimon berdiri di sana dengan seringai sombong. karena dia memegang amplop merah di tangannya. Itu adalah surat pengakuanku kepada jake. Saat melihatnya aku langsung menelan ludah.

"Kau ikut dengan kami kan?" tanyanya dengan cara yang menggoda.

"Baiklah". jawabku terpaksa dan berjalan kearah mereka berdua dengan lesuh.

Zimon menyeringai. aku benar-benar ingin sekali meninjunya sekarang. "Memangnya kita mau kemana?"

"Lihat saja nanti." jawabnya misterius.

"Aku tidak akan ikut sampai kau bilang padaku," keluhku dan menyilangkan tanganku di depan.

Ekspresi geli dalam wajah Zimon seperti sedang menikmati tampilanku.

"Apakah kau bisa berhenti bertingkah seperti anak kecil Liza?"

"aku tidak bertingkah seperti anak kecil!" jawabku membela diri. "Aku hanya ingin tahu di mana kita akan pergi!, Aku berhak tahu itu. Karena kau mungkin akan membawaku ke suatu tempat yang aneh dan membunuhku!" kataku ngaco dengan nada suara yang sedikit naik satu okta.

The love LetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang