14. Pertemuan

942 44 6
                                    

alurnya gue cepetin yap! :d

*

2 years later . . .

Aldrid keluar dari asramanya, menuju asrama yang disebelahnya.

Menuju kamar 018, Aldrid memasukkan kedua tangannya dalam saku celananya. Banyak para hawa bergumam kagum.

Hoodie yang dipakainya berwarna biru tua. Beanie-nya berwarna abu-abu, pas dengan kepalanya. Baju garis-garis berwarna abu-abu dan jeans nya berwarna hitam, menempel pas di tubuhnya.

Tak heran, banyak para hawa tak bisa melepas pandangan dari Aldrid.

Tapi Aldrid tak pernah mempermasalahkan itu. Dia tetap santai, menuju kamar 018.

Sampai di depan kamar itu, dia mengetuk pintunya. Menunggu sepersekian detik, pintunya terbuka.

Muncul seorang gadis yang memiliki rambut coklat bergelombang. Jaketnya berwarna putih bersih. Beanie-nya berwarna biru muda, begitu pula syal dan sepatu boot-nya berwarna putih.

Aldrid membungkukkan badannya dan mengulurkan tangannya. "My lady."

Clarissa, gadis tadi, tertawa. Dia menyambut uluran tangan Aldrid.

Mereka berdua berjalan menyusuri koridor seraya tertawa kecil. Kalau tadi banyak gumaman memuji yang ditujukan pada Aldrid, kalau sekarang, ada gumaman iri juga.

Tapi Aldrid dan Clarissa sudah kebal akan itu, mereka tetap seperti biasa. Setelah berhasil keluar dari asrama putri, mereka berdua berlari keluar gerbang.

"Aku tadi hampir aja mau nyolot sama salah satu cewek yang kayaknya iri banget sama aku! Untung deh bisa nahan," kata Clarissa seraya terkekeh pelan.

Aldrid ikutan terkekeh. "Tahan, ya. Untungnya aku enggak."

"Ihh, kamu sih enak."

Aldrid tertawa lebar, lalu mengacak rambut Clarissa yang tertutup beanie.

"Drid! Jadi jelek, kan?" Clarissa mengerucutkan bibirnya.

Aldrid mengedipkan sebelah matanya. "Engga kok. Tetep cantik, seperti biasa."

Keduanya tertawa.

"Jadi," kata Clarissa setelah mengendalikan tawanya, "kita mau kemana?"

"Ke Parc de Sceaux aja, ya? Aku belum pernah kesana kalau autumn gini."

"Emp. Aku juga."

*

Di Parc de Sceaux, banyak bunga dandelion.

Pohon-pohon disekitar nya juga lebih indah. Daun-daunnya berwarna merah kekuningan. Pendaran cahaya matahari yang bersudut rendah dan udara sejuk dan anginnya yang dingin, memberi nuansa tersendiri.

"Di sini sejuk banget ya, Drid," kata Clarissa seraya menarik tangan Aldrid untuk duduk disalah satu bangku.

Aldrid mengangguk menanggapinya.

"Kamu capek gak kayak gini terus?" tanya Aldrid.

Clarissa diam sebentar, sebelum menjawab, "Kayak gini gimana?"

"Memendam rasa di hati kecil tanpa bisa mengutarakannya."

Clarissa memejamkan matanya dan bersenandung kecil.

"Aku capek. Sangat malah," kata Clarissa seraya membuka matanya yang terpejam. "Aku pengen bilang ke dia, tapi, dia nya aja udah bahagia sama yang lain."

Believe in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang