13. Perpisahan

1K 45 8
                                    

Satu tahun enam bulan sudah terlewat.

545 hari sudah terlewat.

Sekarang Aldrid dkk sudah kelas 12. Banyak kejadian yang tak terlupakan. Tapi ada satu yang benar-benar tak bisa dilupakan Aldrid. Apa lagi jika bukan kejadian dia menyatakan perasaannya pada Ale?

Sejak kejadian itu, Aldrid sedikit menjaga jarak dari Ale, meskipun hubungan keduanya baik. Bukannya apa, Aldrid hanya tidak mau mengusik kebahagiaan Ale. Dia cukup tahu diri.

"Drid, lo udah belajar buat UN?" tanya Clarissa.

Aldrid mengangguk. "Udah. Emangnya lo belom?"

Clarissa menggeleng seraya nyengir.

 "Beberapa hari lagi mau UN dan lo belum belajar? Great," gumam Aldrid. Clarissa terkekeh.

"Sudah setahun lebih lo ditolak Ale dan lo masih belum move? Great," kata Clarissa yang mengikuti gaya bicara Aldrid.

Aldrid mendelik. "Yang namanya perasaan, siapa yang ngatur? Gue juga gak nyangka masih suka sama Ale. Susah buat ngelupain dia."

*

Anak kelas 12 telah melewati masa-masa UN. Jadi sekarang, mereka sedang dalam masa gabut.

"Lo mau kuliah kemana entar, Rel, Le, Riss?" tanya Aldrid begitu mereka duduk di kantin berempat.

"Gue sih belom tau," jawab Farel dan Ale kompak.

Clarissa mengedikkan bahunya acuh. "Kayaknya gue bakal ke Paris deh."

Aldrid mengerutkan keningnya. "Loh? Kok sama? Gue rencananya juga mau kuliah di Paris."

"Hih, ngikut."

Farel dan Ale saling melempar pandangan, sebelum kompak meneriaki mereka. "Ciee, samaan."

"Ini cuma kebetulan, oke?" Aldrid memutar bola matanya.

Clarissa bergumam mengiyakan.

"Takdir yang bener," celetuk Farel.

"Iya iya, betul tuh! Takdir," sambung Ale.

Aldrid mengedikkan bahunya. Untungnya, sekarang dia tidak secanggung dulu jika bersama Ale.

"Le, abis ini gue mau ngomong bentar sama lo," kata Aldrid.

Farel melemparkan tatapan tajam. Buru-buru Aldrid menambahkan.

"Cuma bentar. Lo gak perlu ikut, Rel. Gue gak bakal ngapa-ngapain Ale," tambahnya.

Farel mengerutkan keningnya ragu.

"Gak papa kok, Rel. Aku gak bakal lama sama Aldrid. Kalo udah, entar aku nyusul kamu," kata Ale, yang langsung menghilangakan kerutan di kening Farel.

"Giliran Ale aja, baru nurut lo," gumam Aldrid kesal.

Farel merangkul Ale posesif. "Iyalah, Ale kan cewek gue."

"Tapi kan dia bukan mama lo, Rel," kata Clarissa.

"Yang bilang dia mama gue siapa?"

"Gak ada. Tapi dari lo memperlakuin dia, dia kayak mama lo, Rel," canda Clarissa.

Farel menghela nafas kesal.

"Canda, Farel. Ampuni dakuu."

Semuanya tertawa melihat tingkah Clarissa.

Aldrid melirik Ale lewat ujung matanya. Ale tertawa lepas. Membuat sudut bibir Aldrid tertarik keatas.

Melihat Ale bahagia saja, sudah membuat dia bahagia.

Believe in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang