15. Perasaan

928 43 7
                                    

biar feel nya lebih ngena, sambil dengerin lagu Wish You Were Here nya Avril Lavigne yaa!

*

I can be tough

I can be strong

But with you, it's not like that at all

Karena ketika Ale bersama Farel, dia berubah.

Memaksanya menjadi pribadi yang berbeda. Awalnya Ale tidak menyukainya, tapi seiring waktu, dia menikmatinya.

There's a girl that gives a shit

Behind this wall

You just through it

"Kamu kenapa cemberut?" tanya Farel seraya merangkul Ale posesif.

Ale menggeleng, masih dengan raut wajah yang cemberut.

"Jangan cemberut lah." Farel menjawil pipi Ale yang mengembung.

"Ihh, aku tuh kesel tau," kata Ale.

"Kesel kenapa?"

"Kamu ngapain tadi? Sama siapa?"

Farel mengerutkan keningnya, sebelum akhirnya tertawa keras.

"Jadi kamu cemburu?"

Wajah Ale bersemu.

Farel tertawa lagi, lalu mengacak rambut Ale sayang.

"Tenang aja," kata Farel. "Kamu itu istimewa, ngebuat aku gak bakal naksir sama siapapun lagi, selain kamu."

Mau tak mau, membuat Ale tersenyum pada saat itu. Tapi untuk sekarang, membuat Ale hanya bisa menangis.

And i remember all those crazy things you said

You left them running through my head

"Farel ngomongnya apa banget."

Ale tertawa lepas. Farel benar-benar tahu bagaimana cara untuk membuatnya tertawa saat dia lagi badmood.

"Nah, kan, kalau begini cantik," kata Farel.

Ale nyengir.

Ah, Farel memang manis. Wajar saja Ale susah untuk melupakannya. Setiap kata yang terucap dari mulut Farel, masih diingatnya. Semua perilaku manis Farel benar-benar membuatnya tersanjung.

Tapi, sekarang, apa dia masih bisa untuk mengangkat sudut bibirnya?

Meski sekarang ada Aldrid dan Clarissa yang mulai bisa merelakan Farel dan menghiburnya, tapi tetap saja.

You're always there, you're everywhere

But right now I wish you were here

Ale sangat berharap, mungkin saja saat ini Farel ada disampingnya, mengusap kepalanya, menenangkannya.

Ya, itu yang biasa dilakukan Farel jika dia sedang bersedih.

Tapi, sekarang, apa Farel masih seperti itu kepadanya?

Saat ini, Ale benar-benar berharap ada yang mengusap airmatanya, menenangkannya, seperti Farel.

Sedetik setelah Ale berfikir seperti itu, ada tangan yang mengusap airmatanya. Ale mendongak, itu Aldrid. Dengan senyum menenangkannya.

"Jangan nangis. Kamu harus kuat," kata Aldrid yang begitu persis seperti apa yang biasa Farel katakan.

Kontan, hal ini tambah membuat tangis Ale semakin keras.

Believe in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang