The Burrow

3.7K 276 4
                                    

Hermione Granger, bersama kedua sahabatnya, Harry Potter dan Ron Weasley duduk di toko es krim Florean Fortescue di Diagon Alley. Ketiganya sedang dalam perdebatan seru tentang tahun ajaran baru.

"Memangnya itu harus?" tanya Ron.

Hermione mendesah, "tentu saja Ron, apa kau tidak membaca suratnya?"

"Aku membacanya, hanya saja maksudku, apakah kita harus kembali?" ulang Ron.

Hermione memutar bola matanya, "aku sudah bertanya kepada Kingsley, katanya, setiap pegawai Kementrian diwajibkan lulus NEWT dan mendapatkan nilai yang telah di tentukan." Jelasnya.

"Auror juga?" tanya Ron dan Harry bersamaan.

Hermione mengangguk pelan. "Menteri sialan!" umpat Ron.

"Ronald Weasley! Jaga bahasamu," seru Hermione tak suka.

Ron dan Hermione terus berdebat, meninggalkan Harry larut dalam pikirannya.
------------------------------------------------------
Harry sedang menunggu dua pasangan sejoli yang tak lain tak bukan adalah kedua sahabatnya, Ron dan Hermione, di toko es krim Florean Fortescue.

Ia memainkan sesuatu ditangannya. Sebuah batu berwarna hitam pekat dengan sebuah garis keemasan membentang di tengahnya. Ginny -yang sekarang sudah menjadi pacarnya- memberikannya saat ia akan pergi ke Amerika untuk liga Quidditch bersama timnya, Holyhead Harpies, bulan lalu.

Ginny bilang bahwa batu itu tak sengaja di temukannya di depan gang menuju Knokcturn Alley saat ia dan Luna sedang berjalan-jalan di Diagon Alley.

Harry bimbang, apakah ia harua memberikannya kepada kepala Auror, Strugis Podmore, atau menyimpannya dan membuangnya pada saat yang tepat.

Atau mungkin ia bisa -
------------------------------------------------------
Harry tesentak kaget dari lamunannya saat ia mendengar jeritan tertahan Hermione.

"Ada ap-"

Belum selesai Harry berbicara, lengannya dan Ron sudah ditarik menjauh menjauh dari kerumunan, menuju gang sempit di antara toko es krim dengan toko Ollivander.

"Bloody Hell Mione! Ada apa?" seru Ron tertahan.

"Sstt..." Hermione membekap mulut Ron, membuatnya nyaris tersedak.

Harry mengamati apa yang sedari tadi Hermione amati. Tangannya dengan refleks mencengkeram tongkat sihirnya yang berada di saku celana.

Di sekitar jalanan di depan toko es krim Florean Fortescue, banyak terdapat reporter Daily Propeth dan Rita Skeeter.

Hermione menggaruk kepala bagian atasnya, kemudian menggaruk kepala bagian atas Harry dan Ron. Sensasi yang mereka rasakan sama, bagai ada yang menyirami tubuh mereka dengan air yang sejuk.

Hermione -karena tahu bahwa ia tidak terlihat- berdeham pelan lalu menggenggam lengan Ron dan Harry dan membawa mereka ber-Apparate ke The Burrow.
------------------------------------------------------
Tanpa diketahui kelima sahabatnya, Ginny Weasley sudah duduk di sofa The Burrow sambil membaca buku. Tangannya memainkan sebuah batu berwarna hitam pekat dengan sebuah garis keemasan membelah batu itu. Di meja di hadapannya, terdapat sebuah surat dengan logo Hogwarts.

Pop!

Ginny tersentak kaget. Ia berdiri dan melihat sekelilingnya, tidak ada orang selain dirinya dan ibunya, Molly Weasley yang sedang mencuci pakaian.

Perlahan-lahan, dihadapannya, Miss-Knew-it-All, Hermione Granger, mulai nampak sosoknya. Tak lama disusulnya Ron Weasley, kakak Ginny yang humoris namun teledor. Dan tak lama kemudian, sang pujaan hatinya, Harry Potter juga mulai menampakkan tubuhnya.

"Oh, Merlin! Ginny!" Hermione berseru, berlari memeluk Ginny.

"Mione!" Ginny balas berseru. Ia balas memeluk Hermione, sama eratnya.

"Bloody Hell! Ginny!" Ron ikut berseru setelah menyadari apa yang terjadi, berlari menyongsong Ginny, sengaja menyenggol Hermione agar menyingkir dan memberikan Ginny pelukan mautnya.

Ginny mendengus geli, "oh, Ron, kakakku," ujarnya menekankan kalimat kakakku.

Ron melepas pelukannya, nyengir tak bersalah. Ginny memutar bola matanya dengan penuh rasa sayang kepada kakak termudanya itu.

"Ginny," Harry berkata pelan, namun dapat membuat jantung Ginny berdetak lebih cepat.

Ginny menghambur kedalam pelukan Harry. Sudah sebulan ini ia tak bertemu sang kekasih. Tentu saja hal itu membuatnya sangat meridukan The Choosen One ini. Harry balas memeluknya hangat, menciumnya lembut.

"I miss you," Ginny berkata, melepas ikatan diantara mereka.

"I miss you more," Harry berkata, mencium kepala Ginny, menghirup aroma lavender khasnya.

"Ehem," Ron berdeham keras, mengagetkan kedua insan yang bersatu itu.

Hermione memukul pelan tangan Ron, "mengapa kau tidak memberitahu kami kalau kau sudah pulang?" Hermione bertanya pada Ginny, mengalihkan percakapan.

Ginny nyengir, "aku awalnya ingin memberi kalian kejutan. Hanya mum dan Percy yang tau aku sudah pulang." Ujarnya.

"Percy?" dahi Hermione, Ron dan Harry berkerut.

Ginny mengangguk, "dia yang menjemputku dari kantor."

"Percy," Ron seperti berniat membunuh orang dengan nama itu, namun dihentikan dengan tatapan mematikan dari Hermione.

Harry tersenyum, merangkul Ginny, "tidak masalah, sekarang Ginny sudah bersama kita," ujarnya.

Rose, Lily and Lavender [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang