"Bisa jelaskan padaku apa yang harus membuat kami khawatir tentang kalian?"
.
.
.
"Ehh, Remus, ini tidak seperti yang kau dengar." Harry berusaha berkilah dari Remus, yang sayangnya malah semakin membuat Manusia-Serigala itu curiga.
"Aku hanya bertanya, kenapa kalian jadi panik?"
"Itu ---Remus, dengar ---kami bisa jelaskan ..." ucapan Ron terpotong karena Remus sudah mengangkat tongkatnya.
Ia menatap mereka berempat tajam, "ayolah, apa itu sebuah rahasia? Kenapa kami tidak boleh tahu?"
"Remus," Ginny menatap Remus memelas, "kita bisa bicarakan ini baik-baik. Kumohon turunkan tongkatmu."
Namun Remus tidak mendengarkan, ia mengacungkan tongkatnya ke arah mereka berempat. Tapi Manusia-Serigala itu kalah cepat dibanding reflek Hermione.
"Expelliarmus!"
Mantra Pelucut-senjata itu terapal begitu saja dari mulut Hermione, membuat tongkat Remus terlepas dari genggamannya dan dengan tangkas ditangkap oleh Harry.
Remus menggeram kesal, "ayolah! Kalian hanya perlu memberitahuku. Apa maksud perbincangan kalian. Kembalikan tongkatku!"
"Maafkan kami, Remus. Tapi semakin sedikit orang yang tahu maka semakin baik." ujar Hermione, "obliviate!"
Mantra itu dengan tepat mengenai Remus, membuatnya menatap kosong ke depan beberapa saat sebelum menggelengkan kepala.
"Oh, hai, guys. Apa yang kita lakukan di luar kastil begini?" Remus menatap sekitar. Matahari sudah mulai kembali ke peraduannya.
"Hanya sedikit jalan-jalan, Remus." Ron nyengir.
"Lalu kenapa tongkatku ada di kau, Harry?"
"Ah ---ini," Harry memberikan tongkat cypress itu kepada sang pemilik. "Tadi kau menjatuhkannya."
Remus mengangkat alisnya, menerima uluran Harry, "benarkah? Kenapa aku tidak ingat."
"Mungkin karena kau kelelahan, Remus. Jadi lebih baik kita kembali ke menara dan istirahat." ucap Ginny yang disetujui oleh yang lain. Mereka berjalan bersisian memasuki kastil yang mulai diterangi cahaya obor di dinding-dinding batunya.
*****
Ingat saat Harry kepergok James kembali ke menara larut malam? Saat itu ia tidak sepenuhnya berbohong. Ia betul-betul habis dari kantor Dumbledore, meskipun tentu saja bukan untuk menemani Ginny mengambil paket. Ia datang sendiri malam itu, untuk bertanya tentang perkembangan batu kembar pembawa sial itu. Dumbledore menjanjikan hasilnya akan diberitahu akhir pekan bulan depan, mengingat kelas tujuh semakin disibukkan dengan segala tetek bengek persiapan NEWT yang menguras pikiran dan tenaga.
Dan Dumbledore menepati janjinya. Sebuah surat yang diberikan melalui perantara salah seorang murid kini telah tiba di tangan Harry.
'Setelah makan malam, sirup maple.'
-Albus Dumbledore"Ahh, padahal hari ini aku mengantuk sekali ...." keluh Ron, merenggangkan tubuhnya sambil menguap lebar.
"Yah, terserah sih kalau kau tidak mau ikut. Kau bisa tinggal di sini selamanya kalau itu maumu." sewot Ginny.
Ron balas menatap Ginny sengit, "hei, siapa yang tidak mau ikut?! Aku kan hanya bilang jika aku mengantuk."
"Ck, bisakah kalian berhenti berdebat?" Hermione menatap kedua kakak beradik itu tajam, membuat mereka bungkam seketika.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rose, Lily and Lavender [SLOW UPDATE]
FanfictionHinny, Ronmione, Jilly dan Time travel Harry, Ron, Hermione dan Ginny terjebak di tahun 1977, tahun dimana Marauders, Lily Evans dan Severus Snape masih menjadi murid kelas tujuh Hogwarts. Harry Potter sepenuhnya milik J. K. Rowling