Rencana dan Kebersamaan

1.2K 153 0
                                    

Severus Snape menatap para Marauders dari meja Slytherin. Tangannya saling mengatup, mengabaikan sup jagung di hadapannya. Pikirannya melayang ke arah rencana yang akan ia lakasanakan. Balas dendam singkat membuatnya tersenyum kecil.

Snape berdiri, berjalan menuju Aula Depan. Tangan pucatnya menggenggam sebuah topeng yang diberikan Broderick Bode, anak kelas enam Slytherin.

Ia memakai topeng itu, lalu bersembunyi ke dalam bayangan lemari sapu. Tongkat sihir siap ditangan pucatnya. Ia menunggu para Marauders selesai makan dan keluar dari Aula Besar.

" ... aku tak menyangka, ternyata Harry dan Ginny sangat romantis. Andai aku dan Lily seromantis itu." Snape mengenal suara itu dengan baik. Suara yang sama yang selalu mengejek dan membullynya. Suara James Potter, anggota Marauders yang paling populer.

Snape mengacungkan tongkat sihirnya kearah James, Sirius dan Peter yang sedang lewat. "Stupefy!" bisiknya.

Sekejap, ketiga Gryffindor muda itu roboh dalam satu serangan mantra bius. Snape berjalan menghampiri mereka. Ia mengambil perkamen dan pena bulu yang disembunyikannya di kantung. Menuliskan sebuah surat.

Mr Filch yang terhormat,

Saya menemukan sesuatu yang mungkin membuat Anda tertarik. James Potter dan teman-temannya sudah saya bius dan saya kutuk. Anda boleh melakukan apapun yang Anda mau, tapi harap dicatat, Anda harus mengambil perkamen yang dipegang Sirius Black.

Sekian dari saya,
Anonim

Setelah Snape membaca suratnya berulang kali, ia menggunakan Mantra Usir untuk mengusir surat itu ke kantor Filch. Ia mengacungkan tongkat sihirnya kearah tiga pemuda populer itu, mengucapkan mantra non-verbal, membuat James, Sirius dan Peter babak belur seperti habis bertengkar.

Ia berjalan kembali ke Aula Besar, sebelum itu ia melepas topengnya, dan menghancurkannya dengan satu jentikan tongkat sihir. Ia berjalan menuju meja Slytherin, memberi kode pada Harry dan Ron, duduk disamping Amycus Carrow.

"Dari mana saja kau?"

"Kamar mandi," jawab Snape singkat, berusaha menyembunyikan senyum kemenangannya. Anehnya, Carrow percaya begitu saja, dan kembali asyik mengobrol dengan Avery.

------------------------------------------------------

Di meja Gryffindor, Harry, Ron, Hermione dan Ginny tengah asyik berdebat.

" ... kau berkata apa yang salah! Tentu saja semuanya salah!" Hermione berseru.

"Tapi Mione, ini untuk kebaikan kita juga, bukan? Jika kita tidak meminta bantuan Snape, mungkin mereka akan mencurigai kita!" sanggah Ron.

Hermione baru ingin menjawab, tapi Ginny cepat-cepat menyela, "oke, oke, baiklah, kita akan membahas itu nanti. Setuju? Sekarang sudah malam, aku ingin tidur. Ayo Harry." Dengan berkata begitu, Ginny melenggang pergi keluar Aula Besar, dengan Harry yang ditariknya. Cepat, Ron dan Hermione segera menyusul kedua pasangan muda itu.

" ... lain kali kau harus bertindak lebih cepat, Ginny. Nyaris saja aku mendapati gendang telingaku pecah karena perdebatan-tiada-jeda Ron dan Hermione." Ucap Harry.

Ginny memutar bola matanya sebal, "ya, ya, Mr Potter, bukankah kau tidak melakukan sesuatu? Setidaknya hargai sikapku ini." Gerutunya.

Harry tertawa, merangkul tubuh mungil adik sahabatnya itu, "okay, i'm sorry." Ujarnya.

"Ehem,"

"Ronald! Shut up!"

"Ups, sorry Mione," Ron berkata nyaris enggan.

Hermione menghela napas, menggandeng tangan Ron mendekati Harry dan Ginny. Keduanya terkikik geli.

"Ohh, diam kalian berdua!" bentak Hermione

Ginny tertawa, "ayolah, Mione, apa yang salah denganmu? Bersenang-senanglah..." Hermione mendengus keras.

Harry memutar bola matanya bosan, "yasudah, kalau tidak mau, kami saja. Ayo Ginny,"

"Hei Potter! Tunggu!" Ron menarik tangan Hermione, berlari mengejar Harry dan Ginny  yang sudah lebih dulu berlari sambil tertawa riang. Dan malam itu mereka habiskan dengan berlarian menuju menara Gryffindor. Kebersamaan itu indah.

Rose, Lily and Lavender [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang