Hermione menatap perkamen di hadapannya dengan frustasi. Lusa sudah mulai libur Natal, tapi esai Ramuannya baru setengah dikerjakan. Dan waktu pengumpulannya adalah hari pertama setelah liburan. Ia mencoba menyelesaikannya secepat mungkin, tapi kini kamar Marauders sangat berisik.
Ya, Hermione, Ginny, Alice, Marlene, dan Lily sedang berada di kamar Marauders untuk merayakan Lily dan James yang kini resmi menjadi sepasang kekasih. Serius, Lily sudah tidak lagi berteriak di depan wajah James, tidak lagi memakinya, dan tidak lagi bersikap dingin padanya. Itu kemajuan yang sangat besar menurut Sirius. Mereka mentransfigurasi kasur-kasur menjadi beberapa meja dan kursi, meminta Peri-rumah mengantarkan makanan dan minuman (Hermione dan Lily kurang setuju dengan ini), dan menyihir supaya lagu-lagu metal dan rock terdengar dari sudut-sudut kamar.
"Hey, 'Mione, ayolah kita bersenang-senang. Jangan terus berkencan dengan esaimu itu. Pacarmu itu aku, bukan perkamen berisi tugas Ramuan." Ron berteriak di samping Hermione, berusaha mengalahkan dentuman lagu rock yang disetel keras-keras oleh James. Tidak peduli mengganggu kamar sebelah atau tidak.
"Aku tidak mau," Hermione balas teriak, "aku akan menyelesaikan esaiku sebelum liburan agar liburanku tenang."
"Astaga Hermione," Ron menepuk jidatnya, "kita masih punya waktu besok untuk mengerjakannya."
"Aku. Tidak. Mau!"
"Ayolah, hanya beberapa jam saja. Setelah itu berpuas-puaslah kau mengerjakan esaimu."
Hermione menggeram sebal. Ron itu selalu ngotot jika diberi tahu. "Baiklah! Tapi kalau sampai aku tidak punya waktu untuk mengerjakan esaiku, kau tidak akan kuberi contekan."
"Hei Ron, Hermione!" Harry berteriak sambil menghindari Sirius yang bergerak liar mengikuti alunan musik rock. Ia berjalan menghampiri Ron dan Hermione sambil melayangkan empat gelas Butterbeer ke arah mereka.
"Butterbeer?" tawarnya.
"Thanks, Harry." Kata Hermione mengambil segelas Butterber yang sudah diletakkan Harry di meja bulat di tengah-tengah kursi yang mereka duduki. "Di mana Ginny?"
"Kamar mandi," Harry bergumam pelan, "hei Ron, Marlene memanggilmu, tuh."
Ron bergumam tidak jelas, mengalihkan pandangannya ke arah Marlene yang berdiri di sampingnya.
Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan Ginny masuk sambil membawa gulungan perkamen. "Hai, guys." sapanya duduk di samping Harry, mengambil segelas Butterbeer dan meneguknya.
"itu esaimu, Gin?" tanya Hermione menunjuk perkamen yang dipegang Ginny dengan dagunya.
"Bukan, ini surat dari Dumbledore. Tadi anak kelas lima yang memberikan ini padaku." Jawab Ginny.
"Sepertinya Dumbledore rindu pada kita, makanya dia kasih surat terus." Celetuk Ron. Obrolannya dengan Marlene telah usai.
"Jangan mengada-ada, Ron." Kata Ginny malas, menjitak kepala kakak termudanya itu.
"Aduh!" Ron meringis, mengusap kepalanya yang sakit.
"Surat apa? Kau sudah baca isinya?" tanya Harry pada Ginny.
Ginny menggeleng, "belum. Aku baru akan membacanya sekarang."
Ginny membuka gulungan perkamen di tangannya. Harry, Ron, dan Hermione mencondongkan tubuh mereka ke arah Ginny, agar bisa ikut membaca surat dari Dumbledore.
Kantor kepala sekolah, besok setelah makan siang.
Ttd,
Albus DumbledoreP.s: kayu lapuk
"Dia ganti password melulu," gumam Ron menyesap Butterbeer di gelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose, Lily and Lavender [SLOW UPDATE]
FanfictionHinny, Ronmione, Jilly dan Time travel Harry, Ron, Hermione dan Ginny terjebak di tahun 1977, tahun dimana Marauders, Lily Evans dan Severus Snape masih menjadi murid kelas tujuh Hogwarts. Harry Potter sepenuhnya milik J. K. Rowling