Sihir Biru

1.1K 121 7
                                    

Hai everyone!

Maaf ya, Nina hiatus buaangeeettt ..., soalnya UN sudah mendekat dan sekarang sudah mulai Try Out dan Nina sementara waktu harus off di Wattpad. But, big thanks for loyal reader yang udah setia nunggu fic hiatus ini. terutama @pearlkey yang udah ngertiin Nina. Love to all and happy reading.

Enjoy!

*****

Libur Natal tinggal hitungan hari. Dan kunjungan Hogsmead terakhir adalah besok. Harry, Ron, Hermione dan Ginny sudah merencanakan untuk pergi ke Hogsmead bersama Marauders, Lily, Marlene dan Alice.

"Hoaaamm ...," Ron menguap lebar, terkantuk-kantuk di pelajaran Sejarah Sihir. "Ternyata pelajaran Sejarah Sihir di tahun 1970-an sama saja seperti tahun 1990-an." Bisiknya pada Harry yang duduk tepat di sebelahnya, sama ngantuknya dengan Ron.

Harry mengangguk, "semua Binns sama saja," gumamnya pelan, menguap lebar.

" ... dan buat esai sepanjang sebelas inci tentang masa kejayaan dan kekalahan Gellert Grindelwald." Ucap Binns menutup pelajaran.

Anak-anak keluar kelas dengan penuh sukacita. Apalagi Harry, Ron, Ginny, Marlene dan para Marauders --kecuali Remus-- yang memiliki jam kosong setelah ini. Sementara yang lainnya memiliki jam Aritmancy.

"Aku menyesal menerima tawaran Dumbledore untuk mengambil Sejarah Sihir. Aku kira akan menyenangkan mempelajari Sejarah Sihir di tahun --maksudku, Hogwarts. Nyatanya, bahkan lebih buruk dibandingkan Sejarah Sihir kita." Gerutu Ron saat mereka mengambil jalan menuju menara Gryffindor.

"Apa di Ilvermorny ada Sejarah Sihir juga?" tanya Sirius.

Harry mengangguk, "ya, pelajarannya sama membosankannya dengan Sejarah Sihir di sini. Walau pengajarnya bukan hantu, dia wanita galak yang sangat memuja kebersihan dan akan menghukum siapapun yang berani mengotori kelasnya." Jawabnya. Dalam pikirannya terlintas bayangan Bibi Petunia.

"Tampaknya mengerikan." Cicit Peter.

"Lumos," kata James menyebutkan kata kunci ke lukisan Nyonya Gemuk. Mereka duduk di salah satu sofa di depan perapian untuk menghangatkan badan.

"Ya, Pete. Dan wanita itu sama galaknya seperti, er, Profesor McGonagall." Ucap Ginny membenarkan kebohongan Harry.

"Apa?! Ada dua Minnie di dunia ini? Oh Merlin, aku tidak sanggup membayangkannya." Seru Sirius histeris.

"Ha! Karena otakmu itu tidak bisa menampung pikiran, Black!" seru Marlene.

Sirius mengangkat kedua alisnya, "oh ya? kalau begitu kenapa aku selalu mendapat nilai lebih tinggi di setiap mata pelajaran, McKinnon?" balas Sirius skak mat.

Wajah Marlene berubah masam dan yang lain mentertawakannya.

Tiba-tiba, seorang anak perempuan kelas dua menghampiri mereka. "Em, maaf mengganggu. Adakah di antara kalian yang bernama Harry Radcliffe?" tanya anak itu.

"Itu aku. Ada apa?" sahut Harry.

"Profesor Dumbledore memintaku memberikan surat ini padamu dan teman-temnamu." Jawab anak itu sambil menyerahkan segulung perkamen.

"Terima kasih, Manis," kata Ginny.

Anak itu mengangguk kemudian berlari menuju teman-temannya di pojok ruangan.

Harry membuka surat itu dengan penasaran dan membacanya dengan suara keras, "kepada Mr. Radcliffe yang terhormat, jika ada waktu, aku ingin mengundangmu dan teman-temanmu ke kantorku tepat pukul delapan malam ini. Ttd, Albus Dumbledore. NB : sirup apel."

Rose, Lily and Lavender [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang