James pikir semuanya akan baik-baik saja. Atau setidaknya, itu yang dia harapkan. Ia jadian dengan Lily, kedua orangtuanya kemarin berhasil mengantarnya ke stasiun Kings's Cross—meskipun agak terlambat, apa lagi yang kurang? Hanya saja, ucapan sang ibu tentang keempat teman barunya membuatnya banyak berpikir.
"Teman-teman barumu itu baik kan, James?" tanya Euphemia tepat sebelum Hogwarts Express berangkat.
"Ya, mereka baik. Selama liburan dengan kita mereka tidak meledakkan rumah, kan?" James mencoba berkelakar. Pasalnya, Euphemia sangat jarang bertanya tentang teman-temannya—terakhir kali yang ditanya adalah Snape yang fotonya diambil James ketika lelaki berminyak itu tersandung Kaki Gaib Sirius, dan Snape jelas bukan orang yang baik.
"Tapi—entahlah, Mum merasa ada yang salah dengan mereka. Maksudku—aura mereka berbeda. Ada sesuatu, aku tidak tahu apa, yang mengelilingi mereka. Seperti—seperti rantai. Dan bahkan aku belum pernah bertemu kedua orang tua mereka! Memang ada tambahan Auror baru belakangan ini, tapi aku sama sekali belum bertatap muka. Tidakkah kau pikir itu aneh?"
James terdiam untuk beberapa saat. "Mum percaya padaku. Mereka baik." Entahlah, James hanya mengikuti instingnya. Karena selama ini toh, ia berteman dengan keempat orang itu dan ia baik-baik saja sekarang.
Hingga kini, James terbaring di ranjang empuknya di asrama Gryffindor, is masih memikirkan perkataan sang ibu. Sebagian dirinya membenarkan perkataan Euphemia, sebagian lagi ... ragu. Jujur saja, ketika Hogwarts kedatangan tamu, agak sedikit aneh karena - sebelum-sebelumnya belum pernah, kan? Tetapi melihat perilaku orang-orang baru itu beberapa bulan ini, James berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa mereka orang-orang baik.
"James, belum tidur?"
Itu suara Harry. James dapat melihat lelaki itu baru masuk kamar mereka.
"Aku agak sulit tidur akhir-akhir ini. Kau sendiri? Habis dari mana?"
"Eumm ... kantor Dumbledore. Menemani Ginny ke sana. Ibunya kirim surat."
"Kirim surat untuk Dumbledore?"
"Tidak - sebenarnya untuk Ginny, tapi ibunya mengirimkan beberapa kue kering untuk Dumbledore - sebagai ucapan terima kasih, kau tahu, karena telah menerima kami dengan baik."
James mengangguk-angguk. Benar juga, Harry dan ketiga temannya tidak pernah menerima surat dari keluarga mereka. Bahkan natal mereka rayakan di rumah James. Ini semakin aneh. Namun pemuda Potter itu memutuskan untuk tidak peduli. Toh, mungkin saja karena orangtua mereka berpikir mereka bisa berteman lebih baik jika merayakan natal bersama. Ya, begitu. James memutuskan memejamkan matanya, mengalihkan pikiran tentang teman-teman barunya dengan wajah Lily.
***
James berlari menuju kamar Ketua Murid dengan tergesa. Sial, semalam ia tidur di kamar Gryffindornya, ia lupa seluruh seragam sekolahnya ada di kamar ketua muridnya, sehingga sekarang ia merelakan sarapannya hanya untuk mengambil seonggok kain hitam itu jika tidak ingin dicecar McGonagall."Kayu manis!" seru James cepat. Lukisan mengayun terbuka memperlihatkan ruang rekreasi ketua murid yang bernuansa merah.
"James?" Lily bangkit dari sofa, menatap sang kekasih—ehem—yang terengah-engah memasuki ruangan.
"Ah, hai, Lils."
"Kau kenapa?"
"Aku lupa seragamku di sini. Semalam aku tidur di asrama, aku harus mengambilnya jika tidak mau McGonagall menyemprotku."
"Profesor McGonagall, James. Lagipula, mengapa kau tidak menggunakan Mantra Panggil saja? Itu jelas lebih efektif."
James mencerna perkataan Lily sebelum akhirnya menertawai kebodohannya. "Kau tahu? Kadang rasa panik membuatmu lupa kau itu penyihir."
Lily tersenyum, "dan, jika kau lupa, James, hari ini kita tidak ada kelas. Kecuali setelah makan siang, dengan Slughorn."
James menepuk dahi, "tentu saja, Merlin, mengapa aku lupa? Bodoh." gerutunya, menjatuhkan pantat di sofa di sebelah Lily. "Untuk apa aku capek-capek ke sini."
"Untuk menemuiku?" Lily menyunggingkan senyumnya, lagi.
"Bukan ide yang buruk," James merangkul Lily, membuat gadisnya mendekat ke dadanya. "Karena kita berdua tidak ke bawah untuk sarapan, bagaimana jika kita memasak bersama saja?"
Lily lagi-lagi memasang senyumnya. Dan James langsung menarik Lily ke dapur.
***
"Kapan kita ke kantor Dumbledore lagi?" Ron membuka percakapan. Mumpung mereka hanya berempat di bawah pohon Birch besar, mereka punya banyak waktu untuk mendiskusikan masalah mereka.
"Entahlah, Dumbledore belum memberikan informasi apa-apa. Tapi kuharap dia sudah menemukan titik terang masalah kita." Ucap Harry, pandangannya menerawang jauh.
Hermione yang asyik dengan buku tebalnya menggumamkan sesuatu, "sejujurnya aku memikirkan ini sejak beberapa hari lalu." Ia menutup bukunya, membuat ketiga temannya mengalihkan atensi mereka pada gadis bersurai cokelat itu.
"Apakah mereka—para Marauders dan yang lain—tidak merasakan keganjilan pada Kita? Maksudku—kita di sini berperan sebagai orang-orang baru. Bisa jadi kita adalah utusan Voldemort untuk memata-matai Hogwarts. Ada banyak keanehan yang Kita timbulkan. Maksudku—Hogwarts tidak biasanya menerima orang baru." tutur Hermione.
Ron, Harry, Dan Ginny mengangguk-angguk. "Yeah, bukankah itu berarti mereka menunjukkan rasa percaya dan solidaritas yang tinggi?" ujar Ginny. "Dengan begitu tidak ada yang perlu kita khawatirkan. Mereka semua memercayai kita."
"Tapi kita harus lebih berhati-hati." Harry membuka suara. "Kupikir nenekku—maksudku, Euphemia Potter menangkap sesuatu yang aneh dari kita. Dan aku yakin ia pasti memberitahu keanehannya pada James."
"Jangan terlalu dipikirkan." Ron melambaikan tangannya. "James tidak akan semudah itu mencurigai teman-temannya. Kau lihat sendiri apa yang terjadi pada si tikus." Tanpa dijelaskanpun mereka berempat tahu siapa yang dimaksud 'si tikus'.
"Baiklah, sudah hampir gelap. Ayo masuk." Harry berdiri dari duduknya.
Saat mereka berempat berjalan bersisian menuju kastil, langkah mereka terhenti. Di hadapan mereka, Remus berdiri menghadang mereka. Kedua bola matanya menusuk tajam.
"Bisa jelaskan padaku apa yang harus membuat kami khawatir tentang kalian?"
•
•
•
Maapkeun maapkeun maapkeun Nay ya manteman😭😭. Udah slow up, sekalinya up ga nyampe 1k. Aku bener bener minta maaf gais. Ga tau kenapa akhir-akhir ini imajinasiku tentang wizarding world sedikit ambyar. Aku bener-bener butuh feedback kalian untuk story-storyku. Komen, jangan sungkan-sungkan ngasih saran bahkan kritikan. Itu bakal bener-bener membantu, kalau kalian gak mau lapak ini berenti di tengah jalan😊. Soooo, mungkin Nay bakal ganti jadi slow update klo banyak yang komen. Hehe, seenggaknya gak hiatus kannn.
Much love much sorry,
Nay
![](https://img.wattpad.com/cover/122114872-288-k734424.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose, Lily and Lavender [SLOW UPDATE]
FanfictionHinny, Ronmione, Jilly dan Time travel Harry, Ron, Hermione dan Ginny terjebak di tahun 1977, tahun dimana Marauders, Lily Evans dan Severus Snape masih menjadi murid kelas tujuh Hogwarts. Harry Potter sepenuhnya milik J. K. Rowling