"Jika kau menemui kesulitan yang amat sangat, maka tembuslah batasmu."
***
"Hanya tinggal kau dan aku, nona. Tanpa pengganggu, mari lanjutkan dansa kita lebih mesra lagi."
Dengan senyum kemenangan, seorang pria muda berseragam berdiri dengan santai. Matanya tak lepas pada sosok wanita cantik berambut merah. Yang masih tak percaya pada penglihatannya sendiri. Saat ratusan serdadu mekaniknya hancur berkeping-keping hanya dengan satu sentuhan telunjuk lawannya. Entah dari mana rasa takjub dan takut menyergap. Membuat tubuhnya menggigil. Namun semua itu segera dihalaunya. Ia balas kalimat pria berseragam itu dengan senyuman.
"Baiklah, jika itu maumu. Tapi sayang, cukup sampai di sini saja!"
Wanita itu menyatukan dua telunjuk dan jari tengahnya. Membentuk percikan besar arus listrik. Kilatnya sangat terang hingga menggelapkan pijar lampu di sekitar. Tapi sang pria berseragam tadi tidak bergeming dari tempatnya. Ia mengayunkan tangan kanannya dan mengarahkan telunjuk pada kilat yang mendekat."Tusuk Energi!"
Berkas sinar membelah udara. Membawa serta suara mencicit arus listrik dan guntur yang menggelegar. Petir yang mengalir terbelah ditahan telunjuk pria muda. Terpecah menjadi banyak kilat, menyambar sekitar dengan liar. Benturan itu habis dengan cepat. Dan cahaya lampu kembali menerangi ruangan.
Tak mau menyerah, wanita cantik itu menembakkan banyak kilat pada lawan. Sementara lawannya dengan mudah menghindar dan sesekali membelokkan petir-petir yang menyerang. Arus listrik yang menyambung empat pedestal kembali mengalir. Begitu pula arus besar yang menyambung antara pedestal dengan dinding ruangan.
Wanita itu merentangkan kedua tangan kedepan. Bola listrik berukuran besar perlahan terbentuk. Ia mengarahkannya pada pria tadi. Menghempas tanpa ragu. Namun sang pria mengelak dengan ringan. Bola listrik itu menghantam dinding dan terpecah menjadi ukuran yang lebih kecil. Bola-bola listrik yang kecil itu mengejar sasarannya. Menabrak permukaan dinding dan menjadikan jumlahnya berkali-kali lipat.
'Hah! Kau pikir serangan ini bisa mengalahkanku?' ujar pria itu dalam hati. Telunjuknya sigap menghancurkan bola-bola energi yang mendekat. Membuatnya abai pada apa yang sedang dilakukan si wanita.
Sosok pengendali kilat itu menghempas sebongkah besar energi pada lantai tempatnya berdiri. Menciptakan gelombang listrik yang merambat cepat pada lantai ruangan. Meninggalkan percik-percik arus pada jejaknya. Melihat hal itu, si pria muda melompat kebelakang. Berlari di sepanjang dinding mendekati puncak kubah. Gelombang listrik yang besar itu mengejar dengan cepat dari belakang.
"Seranganmu mudah ditebak, nona!" tukas pria muda sembari bertolak pada dinding. Telunjuk tangan kanannya ia arahkan pada lawan di bawah. "Tusuk Jiwa!"
"Inilah yang kutunggu!" jerit wanita cantik itu seraya meninju telapak tangan kirinya. Dari benturan itu, terbentuk kubah gelombang ledakan. Yang anginnya kilat-kilat berjumlah banyak. Mengembang dengan cepat dan tanpa ampun.
Diserang dengan hal itu membuat si pria muda tidak banyak pilihan. Ia berhasil menghalau beberapa kilat. Namun banyak juga yang menyambar tubuhnya. Membuatnya terlempar dan jatuh pada lantai berarus di bawah. Percik-percik yang tersebar di lantai segera menyengat tubuhnya. Melemaskan otot-otot dan persendian. Teriakan derita bergema di sana.
"Rasakan kesalahanmu sendiri, Fadzin! Ugh!" Wanita berambut merah menyala itu meremas dadanya. Terasa sangat ngilu dan berat seperti habis dihantam sebuah pukulan langsung.
Lama berselang. Tubuh lelaki berseragam itu terlentang tanpa suara. Dan pada saat wanita pemilik kilat tadi akan menarik napas lega, sebuah suara datang memecah sunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIK; Semesta Paralel
FantasyPenculikan seorang putri perusahaan multi-stellar berbuntut panjang. Ternyata aksi Kelompok Mata Bayangan kali ini sudah tercium. Mereka harus berjuang melepaskan diri dari kejaran armada Aliansi. Dalam perjalanan perlahan terkuak tujuan rahasia di...