Side Story: Tumbukan Mimpi

16 0 0
                                    

Antara Seri 4 & 5

"Satu jatuh, yang lain menunggu."

Seorang pria berseragam berjalan mendekati pintu logam besar yang penyok di beberapa bagian. Pakaiannya dipenuhi banyak sobekan. Bekas-bekas luka yang baru menutup menghiasi tubuhnya. Langkahnya tenang melewati serakan-serakan lempeng, pipa dan batang-batang logam di area bekas medan perangnya itu. Menjauhi tubuh gadis berambut merah--lawannya-- yang tergeletak tak bergerak.

Telapaknya menyentuh permukaan pintu besar. Kakinya bergeser membentuk kuda-kuda sembari tangan satunya mengambil ancang-ancang. Telunjuk di lengan terjauh mengacung.

"Tusuk Penghancur!"

Telunjuk yang teracung menghujam celah di bagian tengah pintu logam. Pintu besar itu bergetar hebat sebelum terhempas kedalam diiringi bunyi benturan logam dengan logam karna engsel-engselnya patah. Dua daun pintu itu terlempar nyaris hingga seberang ruangan sebelum sesuatu membuat hempasan berbalik ke arah si perwira berdiri.

Melihat hal itu, si pria berlari di sepanjang sisi bukaan pintu lalu melenting bersalto. Memanfaatkan celah sempit tepat di bagian atas di antara kedua daun pintu logam. Cukup muat untuk tubuhnya yang ramping. Pintu logam tebal dan berat itu bergulingan keras di lantai kubah besar. Sementara lelaki berseragam itu mendarat ringan dan melempar pandangan ke sebarang. Seorang pria bertubuh tinggi besar berdiri bersedekap di depan pintu logam besar yang tertutup.

"Perjalananmu berakhir di sini, Ryzan Si Taring Serigala!"

Pria berseragam itu kaget. Bagaimana laki-laki itu bisa mengetahui julukan lamanya? Sebuah julukan, lebih mirip gelar, berkat kepiawaiannya menggunakan kelima jari tangannya terutama telunjuk menjadi senjata mematikan. Mampu membunuh kru tank musuh tanpa menghancurkan benteng berjalan itu. Bahkan bagi lawan setara Ksatria Elktrans sekalipun, ia masih mematikan. Tapi kekagetan tidak tampak dari sikapnya. Ia balas dengan ejekan, "Tikus sebelumnya sesumbar yang sama. Nyatanya tergeletak di sana. Paling kau hanya besar badan saja, tapi otak kosong!"

Kakinya menjejak. Ia melesat sangat cepat mendekati pria besar tadi. Kurang dari dua detik, jarak memendek hingga 2 meter saja antara mereka berdua. "Tusuk Jiwa Dasar!" pekik Ryzan. Lawannya bergeming. Namun gerakan tangan pria besar itu tidak kalah cepat. Tinju dan telunjuk berbenturan. Energi tak kasat mata menghempas keduanya. Lelaki bertubuh besar itu segera memulihkan keseimbangan dan maju menyerang. Tinju tangan kirinya siap mendaratkan pukulan.

"Hyun!" Ruas kedua dari empat jari utama mengganti kepalan pria besar itu. Melasat dan berhenti satu inci dari perut lawannya. Tidak menyentuh, tapi tubuh penuh luka itu terhempas lebih jauh. Mendarat keras. Terpelanting. Berguling sekali lalu kembali berdiri.

Tinju hampa aliran Kurtun? batin Ryzan. Bukankah teknik itu sudah lama menghilang? Dan lagi kecepatan orang itu ... setara aku. Siapa dia sebenarnya? Masa bodoh! Waktuku sedikit. Aku haru menghancurkan pintu itu dan menghabisi Si Tua Mo.

"Kamu tidak mendekat. Apakah kamu takut?" ejek si pria besar sembari kembali bersedekap.

Namun Ryzan bukannya menjawab malah menghilang. Bergerak dengan kecepatan yang mata manusia biasa tidak dapat menangkap sosoknya. Tapi sayang, gerakannya sudah terbaca lawan. Sebelum telunjuknya menyentuh panel kunci, pria kekar itu sudah berada di sebelahnya. Memutar tubuh dan menyerang dengan telapak kearah dada pria berseragam yang tanpa pertahanan.

"Tapak Avigner!"

Andaikan kena, itu pukulan yang sangat telak. Tapi sosok berseragam itu meninggalkan bayangannya yang pecah seperti kabut dan menggelinding ke samping. Lawannya yang menyadari, bergerak mengejar.

"Ta' kyun!" Dua tinju ruas tengah jari menyerang bergiliran dengan tempo sangat cepat.

Ryzan tepat waktu menghindar. Ia melompat ke belakang. Bersalto sebentar dan mendarat ringan. Lalu kedua kakinya melebar hingga pantatnya nyaris menyentuh lantai. Matanya tajam menyorot lawannya. Kembali ia menjejak sembari berseru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EPIK; Semesta ParalelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang