6: Perencanaan

15 0 0
                                    

Ruang perawatan sangat sepi. Kaca-kaca besar menampilkan pemandangan luar angkasa dengan milyaran bintang dan nebula menghiasinya. Seseorang melangkah masuk. Sosok itu berjalan di antara bangsal-bangsal. Berhenti di salah satunya dan menatap pada seorang berambut merah berbaring memejam terselubungi membran biru transparan. Matanya berubah nyalang. Dada naik turun terpancing emosi. Pandangannya melayang pada bangsal berdiri di mana tubuh Putri Likta berada. Sosok tersebut mendekat dengan telapak terangkat.

"Karna kamu, Elisa babak belur nyaris mati! Karna kamu, aku tidak bisa lagi memaksimalkan bakatku! Karna kamu, ribuan orang hebat hilang nyawa! Mungkin kamu berharga bagi Aliansi dan berbahaya untuk Konfederasi. Tapi melarikanmu termasuk ide konyol. Lebih mudah menghabisimu. Persetan dengan bakat langka! Tapi, aha ...." Telapaknya bergerak hingga setinggi wajah gadis dengan rambut biru itu. Pangkal pergelangannya berada segaris dengan dahinya. Perlahan terbentuk kerucut berwarna kuning keemasan dengan permukaan poligon di semua sisinya, melayang di depan pangkal pergelangan. "Membunuhmu dengan cepat sangat mudah, tapi tidak cukup memuaskan! Membuatmu menderita perlahan sampai mati, haha ... itu lebih baik!"

Telapak tangannya bergerak cepat kearah gadis itu. Hendak menghujamkan ujung runcing kerucut itu tepat ke dahi orang yang seharusnya ia selamatkan. Namun tiba-tiba laju lengannya terhenti. Seseorang berdiri di sebelahnya. Telapak orang tersebut menggenggam lengannya.

"Di mana kau mempelajarinya!?" desis orang bertubuh besar itu.

"Vulkan!" seru sosok muda tadi sembari mengibas tangan melepaskan genggaman pria besar yang entah kapan sudah ada di sampingnya.

"Prosedur Pembangkitan Paksa memang menyakitkan, tapi tidak akan membuat seseorang terbunuh. Tapi yang paling penting di mana kamu mempelajarinya? Siapa yang mengajarkannya padamu, Jack?"

"Bukan urusanmu! Apa yang kau lakukan di sini?"

"Justru aku seharusnya yang bertanya begitu. Apa yang sedang dan akan kau lakukan? Putri Likta adalah tujuan kita melakukan misi ini. Seharusnya kamu sudah mengetahuinya di awal. Dia berharga ...."

"Omong kosong!" bentak Jack. Kedua tangannya terentang ke samping. Telapaknya terbuka lebar. "Kamu sudah mendengar segalanya?Jangan harap keluar hidup-hidup!"
Dua puluh kerucut keemasan melayang bermunculan di sekitar Vulkan. Setiap ujungnya mengarah pada kepala pria itu. Tiba-tiba seseorang masuk dan berteriak. Membuat keduanya berpaling.

"Jack, hentikan!" teriak sosok berkudung dan berbaju terusan biru dari seberang ruangan.

"Tolong hentikan dia, Rein. Anak muda ini mulai terganggu pikirannya akibat cidera yang di alami," terang Vulkan ringan.

"Menjauhlah, Rein! Jangan ikut campur!"

"Bukan ini yang kau inginkan, Jack! Tolong, kendalikan emosimu!"

"Berhentilah bersikap sok tahu tentang apa yang aku ingin dan tidak aku inginkan! Kamu bukan siapa-siapa ku!"

"Oke, sikapmu sudah mulai memuakkan. Jangan pikir karna kamu keponakan Tuan Mo aku tidak akan menghajarmu. Dengan senang hati akan kubuktikan kau salah!" Mata Vulkan menatap tajam pada Jack.

"Bicaralah sesukamu. Sejarahmu berakhir di sini!" Pemuda itu menggerakkan kedua tangannya hingga bersilangan. Puluhan kerucut keemasan melesat cepat dan bertabrakan hingga pecah berantakan. Vulkan sudah tidak ada di sana.

"Kamu tahu? Orang yang membuat Elisa sekarat memiliki kemampuan yang setara denganku. Jika kamu tidak bisa melumpuhkanku, kamu tidak bisa membalaskan dendammu." Pria bertubuh tinggi kekar berbisik di belakang Jack. Buku jari tengahnya memukul tulang belakang remaja itu. Membuatnya jatuh tak sadarkan diri.

Rein berlari mendekat.

"Aku masih tidak habis pikir." Vulkan memberi jalan pada gadis itu menangani si pemuda. "Sepanjang yang aku tau hanya para Analis yang mendapat kewenangan langsung mengajarkan dan diajarkan. Di bawah pengawasan Ketua Klub setiap Divisi."

EPIK; Semesta ParalelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang